Temukan jutaan ebook, buku audio, dan banyak lagi dengan uji coba gratis

Hanya $11.99/bulan setelah uji coba. Batalkan kapan saja.

Insight Germany (Cakrawala Negeri dan Budaya Jerman)
Insight Germany (Cakrawala Negeri dan Budaya Jerman)
Insight Germany (Cakrawala Negeri dan Budaya Jerman)
eBook166 halaman1 jam

Insight Germany (Cakrawala Negeri dan Budaya Jerman)

Penilaian: 0 dari 5 bintang

()

Baca pratinjau

Tentang eBuku ini

Budaya "on time" melekat erat pada masyarakat di negara Jerman yang dikenal akan kemajuan teknologi dan salah satu penghasil mobil terbaik di dunia. Ketepatan waktu sangat berkaitan dengan prinsip menghargai di negeri ini. Namun, kebiasaan presisi ini tidak membuat masyarakatnya menjadi manusia mesin. Orang Jerman dengan gaya hidup yang bersahaja sangat mencintai hewan dan peduli pada lingkungannya. Misalnya, memberi makan burung liar pada musim dingin, yang dianggap sebagai kewajiban moral, demi menghindari unggas-unggas kelaparan dan terjaga populasinya.

Meski hidup di negara maju dan modern, adat istiadat peninggalan nenek moyangnya masih tetap dilestarikan, seperti Erntedankfest, pesta panen sebagai ungkapan rasa syukur akan hasil bumi yang mereka peroleh.

Buku ini menyajikan keindahan kota-kota di Jerman, yang menghadirkan keserasian antara arsitektur klasik peninggalan masa lalu bak negeri dongeng dan desain bangunan modern. Pun tidak ketinggalan ragam kultur dan kebiasaan masyarakatnya yang belum banyak diketahui secara luas.

BahasaBahasa indonesia
PenerbitPIMEDIA
Tanggal rilis26 Apr 2023
ISBN9798223371663
Insight Germany (Cakrawala Negeri dan Budaya Jerman)

Terkait dengan Insight Germany (Cakrawala Negeri dan Budaya Jerman)

E-book terkait

Ulasan untuk Insight Germany (Cakrawala Negeri dan Budaya Jerman)

Penilaian: 0 dari 5 bintang
0 penilaian

0 rating0 ulasan

Apa pendapat Anda?

Ketuk untuk memberi peringkat

Ulasan minimal harus 10 kata

    Pratinjau buku

    Insight Germany (Cakrawala Negeri dan Budaya Jerman) - Hennie Triana Oberst

    Preface

    Budaya on time melekat erat pada masyarakat di negara Jerman yang dikenal akan kemajuan teknologi dan salah satu penghasil mobil terbaik di dunia. Ketepatan waktu sangat berkaitan dengan prinsip menghargai di negeri ini. Namun, kebiasaan presisi ini tidak membuat masyarakatnya menjadi manusia mesin. Orang Jerman dengan gaya hidup yang bersahaja sangat mencintai hewan dan peduli pada lingkungannya. Misalnya, memberi makan burung liar pada musim dingin, yang dianggap sebagai kewajiban moral, demi menghindari unggas-unggas kelaparan dan terjaga populasinya.

    Meski hidup di negara maju dan modern, adat istiadat peninggalan nenek moyangnya masih tetap dilestarikan, seperti Erntedankfest, pesta panen sebagai ungkapan rasa syukur akan hasil bumi yang mereka peroleh.

    Buku ini menyajikan keindahan kota-kota di Jerman, yang menghadirkan keserasian antara arsitektur klasik peninggalan masa lalu bak negeri dongeng dan desain bangunan modern. Pun tidak ketinggalan ragam kultur dan kebiasaan masyarakatnya yang belum banyak diketahui secara luas.

    Selamat membaca!

    Hennie Triana Oberst

    Acknowledgement

    Rasa syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

    Buku ini tidak akan selesai tanpa dukungan banyak orang yang akan saya beri penghargaan dan ucapan terima kasih.

    Yang pertama, keluarga tercinta. Terima kasih tak terhingga untuk suami saya, Walter, atas kesabaran, inspirasi, pendapat, dorongan moril maupun materil, pun tidak pernah keberatan waktu yang saya berikan untuknya berkurang demi menyele-saikan tulisan ini. Tidak ketinggalan untuk Chiara, putri tersa-yang, terima kasih atas dukungan dan keyakinan penuh kepada saya.

    Terima kasih setinggi-tingginya untuk ibunda, Endang Sutijah (alm), beliau adalah orang pertama yang mendorong saya untuk menulis dan mendalami dunia literasi. Ayahanda, Azmil Hardy (alm) yang selalu meyakinkan untuk berani mewujudkan impian.

    Saya juga berterima kasih untuk keenam saudara kandung saya, Edie, Tatie, Novia, Dewi, Julie, dan Ika untuk suport, ide, tambahan dokumentasi, seluk beluk kepenulisan, serta saran yang sangat berarti.

    Rasa terima kasih untuk sahabat saya, Yunitha Fairani, a.k.a. Rani Takahashi, dan Handoko Widagdo yang ikut menyum-bangkan buah pikirannya hingga selesainya buku ini.

    Tidak lupa, untuk Pak Ikhwanul Halim dan tim Pimedia, terima kasih atas kerjasama, pertimbangan, dan bantuannya un-tuk menerbitkan buku ini.

    Last but not least, terima kasih banyak saya haturkan untuk teman-teman dan semua pembaca buku ini, yang telah bersedia meluangkan waktunya yang sangat berharga.

    Semoga buku ini membawa manfaat bagi semua.

    Terima kasih dari lubuk hati yang terdalam.

    Hennie Triana Oberst

    Daftar Isi      

    Preface

    Acknowledgement

    Daftar Isi

    Ada Aroma Harum Tembakau Indonesia di Romantisnya Kota Bremen

    Brezel, Roti Terpopuler dari Jerman

    Fasching, Tradisi Karnaval Mengusir Roh Musim Dingin di Jerman

    Maibaum, Tradisi Musim Semi Lambang Kesuburan dan Cinta di Jerman

    Stuttgart, Kota Mercedes dan Porsche

    Storch, Bangau sebagai Simbol Kelahiran Bayi di Jerman

    Pünktlich, Terlambat Sedikit pun Ditinggal

    Menumpang Salat di Zentralmoschee, Masjid Sentral Cologne Jerman

    Ketika Orang Tersayang Mendapat Julukan Nama Hewan

    Wandern, Aktivitas yang Sangat Digemari Orang Jerman

    Mengagumi Keindahan Teknologi Otomotif Jerman di Museum Mercedes Benz

    Bauernhof, Daerah Pertanian Tempat Liburan Anak

    Hati-Hati, Denda Tinggi Buang Puntung Rokok Sembarangan di Jerman

    Ban Mobil di Jerman Penggunaannya Harus Sesuai Musim

    Berburu Jam Kuckuck hingga ke Black Forest

    Flohmarkt, Mengapa Pasar Loak di Jerman Disebut Pasar Kutu

    Sonntagsruhe, Hari Minggu Toko-Toko Tutup di Jerman

    Menyusuri Romantisnya Kota Universitas Tübingen di Selatan Jerman

    Denda Tinggi Jika Membunuh Lebah dan Tawon di Jerman

    Budaya Traktir Mentraktir di Jerman

    Jadi Penumpang Gelap di Bus dan Kereta Jerman? Jangan Coba-Coba!

    Pfahlbauten Unteruhldingen Jerman, Museum Arkeologi Outdoor Terbesar di Eropa

    Tindik Telinga Anak di Jerman, Harus Cukup Usianya

    Vatertag, Hari Ayah di Jerman Selalu Bersamaan dengan Kenaikan Isa Almasih

    Menapak Tilas di Mannheim, Kota Kuadrat dan Teknologi

    Schultüte Wajib Menemani Anak Memasuki Dunia Sekolah di Jerman

    Ssst! Jangan Bising di Hari Minggu, Tetangga di Jerman Bisa Protes!

    Jangan Kaget Jika Mengunjungi Sauna di Jerman!

    Berlin, Saksi Negeri Jerman yang Pernah Terbelah

    Tradisi Pesta Pernikahan di Jerman, Jangan Tersinggung Jika Tak Diundang

    Wildbrücke, Jembatan Penyeberangan Satwa Liar di Jerman

    Tidak Hanya Bir, Oktoberfest Identik Juga dengan Dirndl

    Erntedankfest, Pesta Panen di Jerman sebagai Rasa Syukur

    Frankfurt, Romantisme Metropolis Perbankan dan Rumah Goethe

    Adventskalender, Kado Dalam Kalender Penyemangat Anak Menanti Natal

    Budaya Memberi Makan Burung Saat Winter di Jerman, Menjaga Populasi Unggas

    Ulm, Kota Einstein dan Menara Gereja Tertinggi

    Membersihkan Salju di Trotoar, Kewajiban Warga di Jerman

    Weihnachtsmarkt, Pasar Natal Tradisi Jerman Penghias Desember

    Ada Little Tokyo di Düsseldorf, Jerman

    Tentang Penulis

    Ada Aroma Harum Tembakau Indonesia di Romantisnya Kota Bremen

    Liburan musim panas tahun ini kami putuskan untuk mengunjungi beberapa tempat di bagian Utara negara Jerman, salah satunya adalah kota Bremen.

    Jaraknya dari tempat tinggal kami sekitar 700 km. Kami tempuh selama sekitar hampir 10 jam perjalanan dengan mengendarai mobil, termasuk istirahat makan dan mengisi bahan bakar.

    Negara Bagian Bremen, atau nama lengkapnya Freie Hansestadt Bremen, adalah salah satu negara bagian di Jerman yang dibentuk dari dua kota, yaitu kota Bremen dan Bremerhaven. Kota Bremen sebagai ibu kota, saat ini memiliki jumlah penduduk sekitar 569.000 jiwa. 

    Marktplatz 

    Kota yang dihiasi dengan gedung tua yang indah dan terawat ini terlihat sangat cantik dan menyajikan romantisme masa lalu. Di alun-alun kota yang sangat luas dan merupakan salah satu alun-alun kota terindah di Eropa terdapat bangunan-bangunan kuno di sekelilingnya.

    Salah satunya adalah gedung Balai Kota (Rathaus), dibangun pada tahun 1405 M. Gedung megah bergaya Gotik ini mewakili otonomi kedaulatan Kekaisaran Romawi Suci.

    Menjelang akhir abad ke-16 gedung Balai Kota direnovasi dan diperluas, karena tidak mencukupi untuk menampung jumlah perwakilan Senat. Fasad bangunan kemudian dipercantik dengan gaya Weser-Renaissance¹ yang kaya dengan figur dan relief berbentuk malaikat, manusia dan hewan mitos. 

    Di tengah alun-alun berdiri patung ksatria Ronald dengan pedang terhunus. Patung yang terbuat dari batu pasir dengan total tingginya sekitar 10 meter ini adalah simbol kebebasan kota, yang pada masa silam dihasilkan dari hukum pasar dan yurisdiksinya sendiri.

    Rathaus dan Patung Roland ini pada tahun 2004 tercatat dalam daftar Situs Warisan Dunia UNESCO.

    Schnoor

    Tidak terlalu jauh dari alun-alun, jika kita berjalan kaki terdapat distrik tertua di kota Bremen. Di distrik Schnoor terdapat sekitar 100 rumah mungil yang berdiri sejak abad ke-17, berbaris di jalan yang sempit.

    Nama Schnoor berasal dari dialek masyarakat di wilayah ini, dalam Bahasa Jerman adalah "Schnur" yang berarti; baris, tali. 

    Pada jaman dulu, sebagian besar wilayah ini dihuni oleh para nelayan dan pelaut. Salah satu pelabuhan pertama Bremen dan Belge, anak sungai Weser terletak di sekitar distrik ini. Sampai sekarang rumah-rumah ini masih dijadikan hunian dan sebagian adalah toko, kafe dan restoran.

    Tembakau Indonesia

    Sejak berabad-abad yang lalu Kota Bremen terkenal dengan bursa perdagangan tembakau mentah. Sekitar pertengahan tahun 1800-an ada sekitar 10.000 orang dari kota ini yang aktif dalam pembuatan cerutu. Pada saat itu Bremen merupakan pusat impor tembakau mentah di Eropa Utara.

    Di akhir tahun 1950-an karena konflik Irian Barat pusat perdagangan tembakau Indonesia dari Belanda dipindahkan ke Bremen. Tepatnya pada tahun 1959 M ditandatangani perjanjian antara pemerintah Indonesia di bawah naungan Kementerian Perdagangan dengan Bremen.

    Tembakau yang berasal dari Jawa dan Sumatera (kita pasti pernah mendengar mengenai Tembakau Deli) yang dilelang di bursa tembakau di kota Bremen.

    Kualitas yang baik menjadikan tembakau Indonesia menjadi produk yang diminati oleh penikmat cerutu. Indonesia adalah pemasok tunggal tembakau pembungkus cerutu terbesar di dunia.

    Pada tahun 1961 M didirikan gedung dengan bentuk atapnya yang unik, khusus untuk lelang tembakau di kota Bremen. Di sinilah pedagang dan produsen datang dari seluruh

    Menikmati pratinjau?
    Halaman 1 dari 1