Temukan jutaan ebook, buku audio, dan banyak lagi dengan uji coba gratis

Hanya $11.99/bulan setelah uji coba. Batalkan kapan saja.

2045 (Kumpulan Cerpen Fiksi Ilmiah)
2045 (Kumpulan Cerpen Fiksi Ilmiah)
2045 (Kumpulan Cerpen Fiksi Ilmiah)
eBook151 halaman1 jam

2045 (Kumpulan Cerpen Fiksi Ilmiah)

Penilaian: 0 dari 5 bintang

()

Baca pratinjau

Tentang eBuku ini

Fiksi ilmiah adalah literatur ide, menggali keniscayaan sains dan masa depan manusia. Kumpulan cerita pendek ini memuat kisah-kisah menakjubkan seperti penjalanan waktu, penjelajahan antariksa, kecerdasan buatan, semesta sejajar, distopia, dan banyak lagi.

BahasaBahasa indonesia
PenerbitPIMEDIA
Tanggal rilis27 Mei 2024
ISBN9798224210787
2045 (Kumpulan Cerpen Fiksi Ilmiah)

Baca buku lainnya dari Ikhwanul Halim

Terkait dengan 2045 (Kumpulan Cerpen Fiksi Ilmiah)

E-book terkait

Fiksi Ilmiah untuk Anda

Lihat Selengkapnya

Ulasan untuk 2045 (Kumpulan Cerpen Fiksi Ilmiah)

Penilaian: 0 dari 5 bintang
0 penilaian

0 rating0 ulasan

Apa pendapat Anda?

Ketuk untuk memberi peringkat

Ulasan minimal harus 10 kata

    Pratinjau buku

    2045 (Kumpulan Cerpen Fiksi Ilmiah) - Ikhwanul Halim

    Kata Pengantar

    Fiksi Ilmiah merupakan jenis literatur yang sangat spesifik yang ditujukan untuk para pembaca yang sangat spesifik juga. Selain memerlukan persyaratan tertentu agar dapat disebut sebagai fiksi ilmiah, ada unsur yang memerlukan evaluasi dan umpan balik ilmiah pula. Dengan kata lain, fiksi ilmiah membutuhkan kombinasi analisis ilmiah dan sastra. Meski fiksi, literatur perlu memanfaatkan sains yang baik untuk mebuat suatu situasi masuk akal.

    Menurut Brian Aldiss dalam bukunya Trillion Year Spree (Atheneum, 1986), fiksi ilmiah adalah cabang dari fiksi gothik, dimulai dengan Frankenstein karya Mary Shelley (1818).

    Pada awal 1930-an, Hugo Gernsback memperkenalkan istilah ‘fiksi ilmiah’, tentang mengenai literatur ‘baru’ yang dia publikasikan dalam Amazing Stories (1926). Hugo Gernsback pernah menggambarkan fiksi ilmiah (seperti yang dia bayangkan) sebagai literatur yang ditulis dalam mode Edgar Allen Poe, Jules Verne, tapi terutama H. G. Wells.

    Era fiksi ilmiah modern dimulai pada tahun 1937 ketika John W. Campbell Jr memimpin Astounding Stories dan mengubah arah genre ini selamanya. Era modern fiksi ilmiah, di bawah pengaruh Campbell, menjadi genre yang kita kenal sekarang.

    Era kontemporer fiksi ilmiah dapat dikatakan bermula ketika Harlan Ellison menerbitkan antologi bersejarahnya, Dangerous Visions, pada tahun 1967. Pada saat bersamaan Michael Moorcock sebagai editor majalah radikal New Worlds di Inggris mengizinkan segala eksperimen termasuk jenis baru  yang disebut New Wave (Gelombang Baru) yang digagas para penulis dan editor yang merasakan kejenuhan sehingga diperlukan adanya perubahan radikal.

    Gelombang Baru dalam fiksi ilmiah dikhususkan untuk menerbitkan cerita yang menerobos semua rintangan, menantang setiap aturan penerbitan yang ada. Penulis tidak hanya menulis tentang seks dan moralitas dengan cara baru dan mengejutkan, mereka juga berusaha memecahkan berbagai jenis mode naratif, seperti menulis cerita dimana garis waktu semuanya kacau.

    Fiksi ilmiah di Indonesia kurang berkembang, meski bukan berarti nihil sama sekali. Fiksi sains yang muncul pertama kali di Indonesia adalah karya Djokolelono dengan judul Jatuh ke Matahari (1976). Sudah sewajarnya jika Djokolelono kemudian dikenal sebagai Bapak Fiksi Ilmiah Indonesia.

    Fiksi ilmiah seperti yang ada sekarang adalah fenomena budaya di seluruh dunia yang mencakup media cetak dan media visual, bahkan banyak ditemukan dalam iklan dan video musik. Bahkan ada juga drama fiksi ilmiah, seperti R.U.R. besutan Karl Capek (1920) yang mengenalkan kata robot untuk pertama kalinya, atau opera seperti Aniara karya Karl-Berger Blomdahl (1959), berdasarkan sebuah puisi epik tahun 1953 oleh penyair Swedia pemenang Nobel Sastra tahun 1974 Harry Martinson, tentang wahana antariksa yang hilang di luar angkasa.

    Saat ini, fiksi ilmiah telah menjadi bagian pengalaman budaya sehari-hari. Dan itu yang saya tuangkan dalam kumpulan kisah fiksi ilmiah ini.

    Bandung, 4 Mei 2017

    Ikhwanul Halim

    Daftar Isi

    Kata Pengantar

    Daftar Isi

    Manusia yang Paling Berkuasa di Alam Semesta

    Kota yang Hidup dan Sekarat

    Percakapan dengan Hologram

    Memori

    Akses Tak Terbatas

    Hantu

    Jodoh Masa Depan

    2045

    Lipstik

    Gawai Jenius

    Asenion

    Menyoal tentang Robot

    Illuminati

    Ramadan di Bulan

    Penerbangan 19

    Tanpa Daya

    Dicari: Saksi

    Tak Ada Kristal yang Tak Retak

    Antara Bumi dan Mars

    Terjebak oleh Ketiadaan  dalam Mesin Ruang-Waktu

    Pemilihan Presiden Pribadi

    Apakah Anda Melihat Kekasihku?

    Amusia

    Yang Mulia Bos Kepala Suku

    Relativitas

    Mengapa Manusia Belum Juga Berangkat ke Mars

    Wahai Rakyatku

    Menyelamatkan Masa Depan

    Tentang Penulis

    Manusia yang Paling Berkuasa di Alam Semesta

    Planet itu balas menatapku tak berkedip, biru mengapung dengan latar belakang hitam. Setengahnya diterangi oleh bintang terdekat. 

    Mataku menyusuri garis antara terang dan gelap, mencoba membayangkan wajah senja. Atau fajar. 

    Sungguh memalukan. Aku bisa menggambarkan elemen orbit setiap planet yang ada dalam setiap sistem di galaksi, tapi aku tak tahu tentang orbitologi planet asalku sendiri....

    Baru aku sadari bahwa tanganku gemetar. Kugosok-gosokkan keduanya berharap rasa hangat akan menghentikan getaran tersebut. Sia-sia. Sia-sia saja.

    Kemal? Kamu di situ?

    Aku di sini, Bu.

    Ah. Semburan matahari bertambah parah akhir-akhir ini. Ibu sampai mengira sambungan kita terputus.

    Layar transparan di sisiku memantulkan bayangan satu-satunya dokumen di permukaan meja kerja. Ada tanda tanganku di situ.

    Ibu sungguh gembira kamu pergi sebelum semua ini terjadi, kata ibuku. Keadaan di sini bertambah buruk sejak karantina.

    Aku tahu, jawabku. Maafkan aku.

    Dulu tawanya adalah dering lonceng yang indah di telingaku. Kini, dengan penyakit yang ada dalam dirinya, tawa itu seperti air mendidih dituangkan ke atas balok es.

    Jangan konyol, Nak. Ini bukan salahmu.

    Aku ingin membantah, berteriak bahwa semua adalah salahku, namun lidahku kelu. Aku mengalihkan pandanganku dari planet dan menatap layar komunikasi. Ibu sedang memandangku. Wajahnya masih menyimpan sisa-sisa kecantikan masa lalu. Melalui torehan koreng dan luka, aku masih bisa melihat betapa anggunnya dia. Keanggunan yang dicuri oleh teror makhluk pikobiologis. Namun, entah bagaimana, dia masih tersenyum.

    Aku merindukanmu, Nak, katanya.

    Aku juga rindu Ibu.

    Aku hampir tidak bisa melihat bentuk dapur di belakangnya. Stasiun ini terlalu jauh, dan sinyal yang lemah hanya menampilkan garis abu-abu sebagai representasi memori ruang dari masa kecilku. Namun aku masih bisa mencium bau ayam dipanggang di oven. Aku tak tahu kapan terakhir kali ibu makan daging, namun aku tak berani bertanya. Sia-sia belaka.

    Pak Kemal, terdengar suara dari vidkom. Kita segera siap.

    Baik, jawabku. Ingatkan saya jika kita akan memulai.

    Ya pak.

    Layar vidkom padam setelah aku menekan tombol di meja.

    Siapa itu? tanya Ibu.

    Asistenku, Ibu, jawabku.

    Ibu kembali tertawa, dan aku sekuat tenaga menggigit bibir menahan air mata.

    Anakku, manusia paling berkuasa di alam semesta. Ibu sangat bangga padamu, meski Ibu tak tahu apa yang kamu lakukan.

    Bahuku terangkat.

    Bukan hal yang luar biasa, Bu.

    Itu menurutmu, sanggahnya. "Tapi ibu lebih tahu dari kamu."

    Aku menelan ludah, melirik peta bintang yang mengapung di atas proyektor di sisi meja. Catatanku berpendar di bawahnya: daftar nama empat planet lain. Nama yang berputar-putar di benakku setiap malam ketika aku berbaring tak bisa tidur. ‘Karantina’ telah gagal, dan keempat planet itu telah dibersihkan. Hanya sumbernya yang belum.

    Jadi, mengapa kamu menghubungi Ibu? dia bertanya.

    Tidak biasanya kamu mengontak Ibu kecuali siklusmu memang dekat. Dan setahu Ibu, orbit terdekat masih tiga bulan lagi.

    Aku hanya ingin melihat wajah Ibu, aku berbohong.

    Aku tidak ingin melihat wajahnya. Aku hampir tidak ingin mendengar suaranya. Aku tak ingin diingatkan bahwa aku telah gagal. Aku ingin berada di sisinya, menderita bersamanya. Mungkin aku akan mati terlebih dahulu, karena makhluk pikoorganisme memangsa pria lebih cepat. Aku masih hidup kini hanya karena aku lebih dulu pergi.

    Kamu baik sekali, Nak, kata ibu.

    Ibu juga kangen melihatmu. Eh, kamu tahu tetangga kita...

    Aku membiarkan suaranya menghilang tenggelam bersama lamunanku. Ibu hanya akan menyampaikan kabar buruk: si Anu meninggal, sekian orang terinfeksi, persediaan makanan semakin menipis, Kaum Perlawanan membuat kerusuhan di setiap kota besar.

    Mungkin mereka yang bertanggung jawab atas penyelundupan antar planet. Tapi sudah terlambat untuk mencari siapa yang salah. Semua sia-sia saja.

    Pak Kemal, vidkom menyala. Sudah waktunya.

    Ibuku masih bicara. Kali ini ia tidak mendengar kata-kata asistenku barusan.

    Aku meraih berkas otorisasi. Kalimat yang tertulis di

    Menikmati pratinjau?
    Halaman 1 dari 1