Temukan jutaan ebook, buku audio, dan banyak lagi dengan uji coba gratis

Hanya $11.99/bulan setelah uji coba. Batalkan kapan saja.

Charmapala
Charmapala
Charmapala
eBook152 halaman1 jam

Charmapala

Penilaian: 5 dari 5 bintang

5/5

()

Baca pratinjau

Tentang eBuku ini

Cerita yang diilhami kisah dari Thailand tentang pencarian jalan pulang menuju Dammacakka.

Diharapkan pembaca dapat mengambil intisari cerita, bahwa tidak ada manusia yang dapat melawan ketetapan Kamma atas apa yang telah dilakukan semasa hidup.

Umat Buddha yakin, bahwa setelah kematian, ada tumimbal lahir atau hukum kelahiran kembali yang disebut reinkarnasi."

Bagaimana manusia dilahirkan kembali semua itu tergantung dari apa yang dilakukan semasa hidupnya.

BahasaBahasa indonesia
PenerbitPIMEDIA
Tanggal rilis1 Mar 2022
ISBN9786239757380
Charmapala

Baca buku lainnya dari Tari Abdullah

Terkait dengan Charmapala

E-book terkait

Ulasan untuk Charmapala

Penilaian: 5 dari 5 bintang
5/5

1 rating0 ulasan

Apa pendapat Anda?

Ketuk untuk memberi peringkat

Ulasan minimal harus 10 kata

    Pratinjau buku

    Charmapala - Tari Abdullah

    Prakata

    Cerita yang diilhami kisah dari Thailand tentang pencarian jalan pulang menuju Dammacakka.

    Diharapkan pembaca dapat mengambil intisari cerita, bahwa tidak ada manusia yang dapat melawan ketetapan Kamma atas apa yang telah dilakukan semasa hidup.

    Umat Buddha yakin, bahwa setelah kematian, ada tumimbal lahir atau hukum kelahiran kembali yang disebut reinkarnasi."

    Bagaimana manusia dilahirkan kembali semua itu tergantung dari apa yang dilakukan semasa hidupnya.

    Sidoarjo, 27 Juli 2021

    Daftar Isi

    Prakata

    Daftar Isi

    1. Kannika

    2. Dalam Pelarian

    3. Di Rumah Aaron

    4. Misteri Gudang

    5. Pertarungan

    6. Hantu di Wihara

    7. Teror Dimulai

    8. Janin yang Membalas Dendam

    9. Perbincangan di Wihara

    10. Orang Tua Aaron

    11. Sebuah Rahasia

    12. Prajna Paramitha

    13. Bangsal Kosong

    14. Takdir atas Kamma

    15. Retrograde Amnesia

    16. Mencari Informasi

    17. Menguak Tabir

    18. Jari-Jari

    19. Pertemuan Tak Disangka

    20. Sebuah Petunjuk

    21. Kesepakatan

    22. Prosesi

    23. Salam Perpisahan

    24. Reinkarnasi

    Tentang Penulis

    1. Kannika

    Seorang perempuan berlari ketakutan, napasnya tersengal-sengal, beberapa lebam di wajahnya seperti bekas pukulan. Tanpa mengetuk pintu, perempuan itu menerobos masuk rumah dengan gemetar.

    Laki-laki pemilik rumah yang setengah terlelap mengerutkan kening, melihat perempuan yang tiba-tiba ada di hadapannya, matanya melebar heran.

    Kamu kenapa, Nika? tanya Kla—pemilik rumah itu.

    Aaron ..., jawab Kannika, perempuan cantik itu dengan napas tersengal.

    Kenapa dengan Aaron?

    Tolong aku, Kla! pinta Kannika sekali lagi dengan napas yang masih tersengal, wajahnya tampak ketakutan. Kla masuk dan mengambil segelas air dari nakas.

    Minumlah! ujar laki-laki berkulit kuning itu sambil menyodorkan air. Kannika meraih gelas dan langsung meneguk habis airnya, lalu menghela napas panjang, menatap sahabatnya.

    Tolong aku, Kla.

    Kla mengerutkan alis, memandang Kannika dengan mimik serius, masih belum mengerti maksud perkataannya.

    Aaron mau membunuhku, ucap Kannika lirih, seakan takut ada yang mendengar.

    Aaron? ulang Kla ... matanya menatap heran,

    Kenapa Aaron mau membunuhmu? Bukankah kalian pacaran?

    Aku hamil, bisik Kannika, Aaron memaksaku untuk menggugurkan kandungan, tapi aku tidak mau. Kannika memulai terisak.

    Kla menghela nafas panjang, memandang prihatin pada perempuan cantik yang tengah terisak di depannya. Hatinya bergetar, kalau saja dirinya setampan Aaron, pasti Kannika telah jadi miliknya. Namun, perempuan yang bekerja sebagai customer service di sebuah Bank terkenal itu lebih memilih Aaron—lelaki mapan dan berwajah tampan.

    Kamu melakukannya? Kla bertanya getir. Kannika menatap Kla, perlahan menunduk.

    Aku tahu, tak seharusnya sejauh ini. Aku tak bisa menolak ketika dia meminta dengan alasan cinta.

    Harusnya kamu tidak melakukannya, Nikka! Kamu tahu itu terlarang, tegas Kla.

    Aku salah, aku terbuai rayuannya. Dia juga mengatakan akan menikahi aku. isak Kannika lirih.

    Kenyataannya dia tak pernah menepati janjinya. Kannika mendongak, menghela napas panjang, matanya menatap redup.

    Dia menyuruhku menggugurkan kandungan ketika tahu aku hamil.

    Dan kamu menurutinya? tanya Kla tajam, menyudutkan.

    Aku sangat mencintainya, dan aku takut kehilangan dia, lirih Kannika bergumam putus asa.

    Kla hanya menatap tanpa reaksi, mengembuskan asap rokok yang diisapnya dalam-dalam.

    Ini sudah yang ketiga kalinya. Dulu aku selalu menurut setiap kali Aaron menyuruhku menggugurkan kandungan. Kannika berhenti, membuang pandangannya ke arah luar.

    Setelah aku melakukan perbuatan terkutuk itu, setiap malam aku dihantui bayi-bayi yang menangis dengan wajah berlumuran darah, ujar Kannika.

    Aku takut. Bayi-bayi itu selalu muncul dalam mimpiku.

    Aku juga pendarahan setiap habis menggugurkan, kata dokter rahimku menipis, bisa fatal jika aku melakukan aborsi lagi. Kannika menyusut air matanya dengan kasar.

    Tapi Aaron tetap memaksa, bahkan mengancam akan membunuhku.

    Seharusnya, sejak awal kamu tinggalkan Aaron, dia bukan laki-laki yang baik. Kla menekankan ujarnya.

    Laki-laki baik, yang mencintai perempuan tak akan melakukan hal keji seperti itu. Menggugurkan kandungan sama dengan membunuh bayimu sendiri. Kamu tahu itu, kan? tandas Kla tajam.

    Kannika menunduk, menghindari tatapan Kla yang seakan mendakwanya.

    Harusnya sejak awal kamu tinggalkan Aaron, kamu itu perempuan cantik, cerdas, tapi sekaligus bodoh.

    Aku memang bodoh, Kla, ujar Kannika lirih.

    Aku mengira Aaron benar-benar mencintaiku, nyatanya dia cuma menjadikan aku tempat melampiaskan nafsu binatangnya. Kannika mengangkat wajah, matanya menatap tajam, tangisnya berubah marah.

    Aku terlalu bodoh ... bodoh, mempercayai semua yang Aaron lakukan dengan mengatas namakan cinta, nyatanya tak lebih dari nafsu binatang. Kannika mengepal tangan. Rahangnya mengeras, bibirnya gemetar menahan amarah.

    Kla mengelus punggung sahabatnya, berusaha menenangkan sekaligus prihatin. Perempuan cerdas terkadang kehilangan logika jika sedang jatuh cinta. Itulah yang dimanfaatkan laki-laki pengumbar syahwat, memanfaatkan kelemahan wanita untuk kesenangan tanpa memikirkan perasaannya.

    Sekarang apa rencanamu? Kla menatap Kannika. Perempuan itu kelihatan putus asa. Tangannya memilin ujung baju untuk menghalau resah.

    Kamu tak mungkin melawan Aaron, dia pasti mencarimu sampai dapat.

    Itulah ..., aku takut. Kannika menghela napas berat, lalu menunduk. Matanya meredup.

    Aku tidak tahu harus bagaimana, bisiknya putus asa.

    Aku juga tidak bisa menjanjikan apapun, kamu tahu sendiri, kan? Aaron punya segalanya, dengan hartanya dia bisa melakukan apa saja, tandas Kla. Kannika bergeming, menatap lurus dengan pandang kosong. Untuk sesaat keduanya tenggelam dalam pikiran masing-masing.

    Aku akan pergi ke luar kota, kata Kannika akhirnya memecah hening.

    Aku tidak akan menggugurkan bayiku lagi, aku akan merawat untuk menebus kesalahanku yang lalu.

    Kamu mau kemana? tanya Kla menyelidik.

    Entah, tapi aku harus pergi, tak mungkin di sini terus.

    Apa kamu yakin? Bagaimana jika Aaron bisa menemukanmu? Kla bertanya cemas.

    Sebenarnya aku juga takut, cepat atau lambat Aaron pasti menemukanku. Tapi setidaknya, untuk sementara aku bisa menenangkan pikiran. Semoga Sang Hyang Adi Buddha, melindungiku. Kannika berujar tegas.

    Banyaklah berdoalah, kamu juga harus bertobat! Kla memberi nasihat. Kannika mengangguk, mempermainkan ujung bajunya lagi, mengusir pikirannya yang resah.

    Sudah terlalu banyak karma buruk yang kamu lakukan, untuk meringankan dan melenyapkan kamu perlu bertobat dan melakukan penyesalan.

    Apa tobatku masih akan diterima? tanya Kla ragu.

    Sang Hyang Adi Buddha pasti akan menerima tobatmu, asalkan kamu berjanji tidak akan mengulangi.

    Justru itu, aku menyesal. Anak ini tidak bersalah, aku akan merawatnya sebagai bukti penyesalanku.

    Kla mengangguk, tersenyum tipis, seandainya bisa, ia ingin berbuat sesuatu untuk menolong perempuan yang pernah menawan hatinya, tapi dia cukup tahu diri, kehadirannya tak pernah punya arti dalam hidup perempuan bertubuh semampai dihadapannya.

    Kla, apakah kamu mau menolongku? Kannika meraih jemari Kla, lalu menatapnya penuh harap.

    Apa yang bisa kulakukan? Kla balas menatap, berusaha menghalau desir yang menerobos masuk saat kedua netra mereka bertemu.

    Tolong jangan katakan apapun pada Aaron.

    Aku tidak akan mengatakan apapun.

    Janji? Kannika mengasongkan kelingkingnya.

    Janji .... Kla menautkan kelingkingnya.

    Terima kasih, Kla.

    Sebaiknya, sementara jangan pulang ke rumah, pergilah kesatu tempat untuk sembunyi sampai kamu bisa meninggalkan kota ini. ujar Kla lagi.

    Aaron pasti curiga kalo kamu tidak muncul, dia akan mencarimu.

    Kamu benar, Kla. Mungkin aku akan sembunyi di rumah May sementara waktu.

    Terserah, jika kamu merasa aman di sana.

    Kannika mengangguk, menghela nafas panjang, lalu beranjak meninggalkan rumah laki-laki bermata sipit itu.

    Doakan aku, pinta Kannika sesaat sebelum keluar ruangan, mata bulatnya menatap penuh makna. Kla mengangguk sambil menggangkat jempol.

    Hati-hati ... dan jaga diri baik-baik. ujar Kla perlahan, matanya menatap punggung Kannika yang makin menjauh. Entah ... tiba-tiba sebersit rasa menyelinap masuk, saat angin malam menguarkan aroma wangi kamboja, bunga yang selalu terselip di teling Kannika, kemanapun dia pergi. Wangi kamboja itu begitu kuat, menyebarkan hawa dingin yang membelai tengkuk, hati Kla makin berdesir, detak jantungnya seolah mengabarkan tentang bahaya yang mengintai sahabatnya.

    2. Dalam Pelarian

    Malam sudah tua, gelap menyelimuti suasana yang hening dan sepi, tak satupun penduduk bumi terjaga di kampung tempat tinggal Kannika, sesekaali ... suara burung hantu menambah seram suasana. Sesosok tubuh terlihat sedang mengendap pelahan, tangannya menenteng sebuah tas kecil berisi pakaian seperlunya.

    Setelah memastikan keadaan benar-benar aman, perempuan bertubuh semampai itu melangkah bergegas menuju mobil yang sengaja disembunyikan di belakang rumah, tak seorangpun bisa menemukan karena posisinya terhalang dua buah pohon besar dan semak setinggi tubuh manusia dewasa.

    Kannika berjalan berjingkat, tak ingin menimbulkan suara, sesekali menoleh kekiri dan kekanan, memastikan situasi benar-benar aman sebelum akhirnya masuk ke dalam mobil.

    Diempaskannya tubuh yang sedang mengandung ke bangku di belakang kemudi, menghela napas panjang untuk meredakan debaran jantungnya. Matanya nanar, berat meninggalkan rumah, di mana ia selama ini dibesarkan dalam kasih sayang orang tua dan kedua adiknya. Namun, satu kesalahan telah membuatnya harus meninggalkan orang-orang yang dicintainya, ia tak ingin keluarganya kelak ikut menderita

    Menikmati pratinjau?
    Halaman 1 dari 1