Temukan jutaan ebook, buku audio, dan banyak lagi dengan uji coba gratis

Hanya $11.99/bulan setelah uji coba. Batalkan kapan saja.

Petualangan Noni Penggembala
Petualangan Noni Penggembala
Petualangan Noni Penggembala
eBook40 halaman24 menit

Petualangan Noni Penggembala

Oleh Linea

Penilaian: 0 dari 5 bintang

()

Baca pratinjau

Tentang eBuku ini

Buku ini adalah kumpulan cerita yang menghangatkan hati tentang berbagi kasih, tolong menolong dan menawarkan keceriaan khas kanak-kanak. Kisahnya mengambil latar dari berbagai daerah di Indonesia, yang mengisahkah bocah penggembala kerbau, tikus, kelinci, sapi, angsa, kuda dan rusa. Selamat menikmati kisah yang berbalut cinta dan tawa dari dunia kanak-kanak Nusantara

BahasaBahasa indonesia
Tanggal rilis20 Jul 2022
ISBN9798201590031
Petualangan Noni Penggembala

Terkait dengan Petualangan Noni Penggembala

E-book terkait

Fiksi Aksi & Petualangan untuk Anda

Lihat Selengkapnya

Kategori terkait

Ulasan untuk Petualangan Noni Penggembala

Penilaian: 0 dari 5 bintang
0 penilaian

0 rating0 ulasan

Apa pendapat Anda?

Ketuk untuk memberi peringkat

Ulasan minimal harus 10 kata

    Pratinjau buku

    Petualangan Noni Penggembala - Linea

    C:\Users\Asus\Downloads\IMG_20220716_235111.jpg

    Petualangan Noni Penggembala

    A book by

    Linea

    Noni Gempita,

    Penggembala Kerbau Dieng

    Nun, di lereng Bukit Dieng, tinggal Noni Gempita bersama tujuh orang adiknya. Kedua orang tua mereka sudah lama meninggal dunia. Noni Gempita dan ketujuh adiknya hidup amat melarat. Namun kemelaratan itu tak menghalangi Noni Gempita untuk merawat adik-adiknya dengan penuh kasih sayang.

    Sebelum meninggal, ayah mereka meninggalkan seekor kerbau jantan. Hampir setiap hari, Noni Gempita menggunakan kerbaunya untuk menolong orang-orang untuk membajak di kebun. Penduduk Dieng suka bertanam pepaya carica di kebunnya. Jika pekerjaan membajak telah selesai, Putri Gempita mendapatkan sayuran segar atau pepaya carica untuk dimasak.

    Sering kali, Noni Gempita menolak pemberian itu. Terima kasih. Aku hanya ingin menolong saja, ujarnya sambil menghela kerbau dan pulang ke rumah. Kebaikan Noni Gempita, membuatnya disayangi penduduk lereng Dieng.

    Oh .. aku ingin sekali memiliki sebatang pepaya calina. Setiap hari aku bisa memetiknya untuk adik-adikku. Tapi halaman rumahku terlampau sempit, renung Noni Gempita dalam perjalanan pulang.

    Ah ...  tapi Noni Gempita tidak membiarkan dirinya bersedih. Seraya menuntun kerbau, Noni Gempita bersenandung menyanyikan lagu. Kerbau bernguik riang gembira. Lebah yang hinggap di ujung bunga bakung, seketika ikut bernyanyi. Capung mengepakkan sayapnya yang keemasan. Kodok berhenti berenang dan ikut berdendang. Bahkan, gumpalan awan urung menurunkan hujan ke bumi.

    Indahnya sore di lereng Dieng.

    Oh ... namun kegembiraan itu terhenti, ketika Noni Gempita melihat sesosok nenek tua yang membawa beban berat di punggungnya. Nenek bongkok itu memanggul keranjang buah pepaya carica. Napasnya tersengal kelelahan.

    Noni Gempita menghentikan langkah. Tertegun. Itu Nenek Dukalo. Nenek itu ditakuti penduduk lereng Dieng. Desas-desus menyebutkan, Nenek Dukalo memiliki ilmu hitam untuk membuat orang lain menderita tak henti tertawa terkikik sampai sakit perut.

    Tapi ... kasihan sekali Nenek Dukalo, guman Noni Gempita iba. Punggungnya bisa patah karena keberatan beban. Dia menghentikan kerbau di tepi jalan.

    Nenek mau kemana?

    Ehh .... aduhhh ... berat sekali. Aku mau pulang, Nak. Baru saja aku dari ladang, Nenek Dukalo ikut berhenti. Dia menghapus keringatnya yang bercucuran. "Keranjang ini

    Menikmati pratinjau?
    Halaman 1 dari 1