Perawan Desa Belajar Bercinta
Oleh Denus Enli
5/5
()
Tentang eBuku ini
Aku seorang mahasiswa semester akhir yang tinggal di Jakarta, berliburan di rumah kakek dan nenek di desa. Aku ingin mencari inspirasi dengan kehidupan pedesaan dalam rangka menyusun skripsi. Aku lalu bertemu dengan Sinta, gadis desa yang masih duduk di kelas tiga SMA. Sinta kemudian meminta aku mengajarkan PR dari sekolahnya. Setelah itu, dia meminta aku mengajarkan cara berpacaran.
Penasaran? Ikuti kisahnya di buku ini.
Baca buku lainnya dari Denus Enli
Gairah Suster Riska Penilaian: 4 dari 5 bintang4/5Gairah Filya Istri Bosku Penilaian: 5 dari 5 bintang5/5Terpesona Gadis Tetangga Penilaian: 5 dari 5 bintang5/5Terjebak Cinta Berbayar Penilaian: 5 dari 5 bintang5/5Cinta Berbayar Tante Herny Penilaian: 5 dari 5 bintang5/5
Terkait dengan Perawan Desa Belajar Bercinta
E-book terkait
Digoyang Inara, Istri Legislator Penilaian: 0 dari 5 bintang0 penilaianDigilir Perempuan Jelita Penilaian: 0 dari 5 bintang0 penilaianGeliat Attiqah, Perempuan Judes Penilaian: 5 dari 5 bintang5/5Digenjot Mutia, Istri Tetangga Penilaian: 3 dari 5 bintang3/5Digoyang Balqiss, Istri Teman Penilaian: 0 dari 5 bintang0 penilaianBonus Birahi Helena, CEO Galak Penilaian: 4 dari 5 bintang4/5Rintih Audria, Istri Pemalu Penilaian: 5 dari 5 bintang5/5Selingkuh Undercover: Mbak Ameera Penilaian: 4 dari 5 bintang4/5Suami Pengganti untuk Tante Lestari Penilaian: 4 dari 5 bintang4/5My Friend's Wife: Annisa: Seri Selingkuh dengan Istri Teman Penilaian: 3 dari 5 bintang3/5Suami Pengganti untuk Karina Penilaian: 4 dari 5 bintang4/5Bonus Birahi Untuk Tante Sekompleks Penilaian: 0 dari 5 bintang0 penilaianDigoyang Pramita, Dosen yang Galak Penilaian: 5 dari 5 bintang5/5Zabrina, Istri Setia yang Tergoda Penilaian: 4 dari 5 bintang4/5My Friend's Wife: Carmenita: Seri Selingkuh dengan Istri Teman Penilaian: 2 dari 5 bintang2/5My Friend's Wife: Anjani: Seri Selingkuh dengan Istri Teman Penilaian: 4 dari 5 bintang4/5Digoyang Fazira, Istri Ketua Ormas Penilaian: 5 dari 5 bintang5/5Perjakaku Direnggut Teman Mama Penilaian: 5 dari 5 bintang5/5Suami Pengganti untuk Tante Farah Penilaian: 3 dari 5 bintang3/5Umur Ketiga Belas Megan: Roh Pemandu, Roh Harimau, Dan Seorang Ibu Yang Menakutkan! Penilaian: 0 dari 5 bintang0 penilaianPart Time Lover with Mrs. Nagitta and Mrs. Amelia Penilaian: 2 dari 5 bintang2/5Confession Of Friends Penilaian: 0 dari 5 bintang0 penilaianLast Second Penilaian: 4 dari 5 bintang4/5My Friend's Wife: Larasati: Seri Selingkuh dengan Istri Teman Penilaian: 2 dari 5 bintang2/5Perempuan Bergaun Kafan Penilaian: 0 dari 5 bintang0 penilaianGajah Mada: Cinta Dua Dunia Penilaian: 4 dari 5 bintang4/5My Best Friend's Wife: Regina: Seri Selingkuh dengan Istri Teman Penilaian: 3 dari 5 bintang3/5My Friend's Wife: Raisa: Seri Selingkuh dengan Istri Teman Penilaian: 4 dari 5 bintang4/5Crying Rose Penilaian: 4 dari 5 bintang4/5Eliksir Dua Rindu - Permata Dewi Hygea: 3 Penilaian: 4 dari 5 bintang4/5
Romansa Kontemporer untuk Anda
Menggoda Perawan Alena Penilaian: 3 dari 5 bintang3/5Digoyang Airin Penilaian: 4 dari 5 bintang4/5Perjakaku Direnggut Guru Judes Penilaian: 4 dari 5 bintang4/5Rahasia Perawan Ginaya Penilaian: 4 dari 5 bintang4/5Perjakaku Direnggut Ibu Teman Penilaian: 4 dari 5 bintang4/5Pendekar Pemuas Nafsu: Erang di Pulau Salju Penilaian: 4 dari 5 bintang4/5Aku Berselingkuh, dan Ini Catatannya Penilaian: 4 dari 5 bintang4/5Skandal Zarina, Istri Pemalu Penilaian: 4 dari 5 bintang4/5Skandal Zandra, Istri Setia yang Selingkuh Penilaian: 4 dari 5 bintang4/5Perjakaku Direnggut Calon Mertua Penilaian: 4 dari 5 bintang4/5Skandal di Vila Puncak Penilaian: 4 dari 5 bintang4/5Gairah CEO Cantik, Sekretaris dan Putrinya Penilaian: 4 dari 5 bintang4/5Digoda Ibu Teman Penilaian: 4 dari 5 bintang4/5Menggoda Aurell, Kekasih Teman Penilaian: 5 dari 5 bintang5/5Skandal Pesta Lajang Alisha, Maura dan Salina Penilaian: 4 dari 5 bintang4/5Digoda Istri Dosen: Seri Selingkuh Penilaian: 4 dari 5 bintang4/5Digoyang Delisha, Tetangga Hamil Penilaian: 3 dari 5 bintang3/5Digoda Istri Teman Penilaian: 4 dari 5 bintang4/5Perjakaku Direnggut Teman Mama Penilaian: 5 dari 5 bintang5/5My Friend’s Wife: Kirana: Seri Selingkuh dengan Istri Teman Penilaian: 4 dari 5 bintang4/5Skandal di Puncak Gunung Penilaian: 4 dari 5 bintang4/5Bonus Birahi Untuk Tante Sekompleks Penilaian: 0 dari 5 bintang0 penilaianSuami Pengganti untuk Dokter Clara Penilaian: 4 dari 5 bintang4/5Damayanti Istriku, Selingkuh Penilaian: 4 dari 5 bintang4/5Digoda Istri Bos Penilaian: 4 dari 5 bintang4/5Digoyang Fazira, Istri Ketua Ormas Penilaian: 5 dari 5 bintang5/5Selingkuh Undercover: Amanda Penilaian: 4 dari 5 bintang4/5Zabrina, Istri Setia yang Tergoda Penilaian: 4 dari 5 bintang4/5Digoda Najwa, Istri Teman Penilaian: 4 dari 5 bintang4/5Natasha Istriku, Selingkuh Penilaian: 4 dari 5 bintang4/5
Ulasan untuk Perawan Desa Belajar Bercinta
2 rating2 ulasan
- Penilaian: 5 dari 5 bintang5/5Ceritanya cukup natural, lumayan menghibur sekali. Lanjut episode yang lainnya
- Penilaian: 5 dari 5 bintang5/5Wah, ceritanya asyik banget. Berdebar dan menegangkan. Ditunggu karya selanjutnya...
Pratinjau buku
Perawan Desa Belajar Bercinta - Denus Enli
DITERBITKAN OLEH
DENUSDIGITALS
HAK CIPTA DILINDUNGI OLEH UNDANG-UNDANG
_____________
Dilarang mengcopy atau memperbanyak sebagian atau seluruhnya isi buku ini, tanpa izin dari Penerbit
BERDASARKAN KISAH NYATA
____________
Sebagaimana Diceritakan Bima Santhoso
1
HIRUK pikuk kehidupan Kota Jakarta membuat aku bosan, jika liburan perkuliahan tetap di kota kelahiranku Jakarta. Aku berkeinginan liburan kali ini menikmati suasana alam yang adem, sejuk dan bebas dari polusi. Suasana alam tersebut biasanya hanya ada di pedesaan.
Aku akhirnya teringat kampung halaman dari ayahku, yang masih di daerah Pulau Jawa. Di sana tinggal kakek dan nenek, ayah dan ibu dari ayahku. Aku sudah hampir tiga tahun tak pernah lagi ke sana. Tapi, kalau berjumpa dengan kakek dan nenek sering. Karena mereka yang datang berkunjung ke rumah kami yang ada di Jakarta, seperti pada saat lebaran tiba.
Aku memutuskan untuk berlibur ke rumah kakek dan nenek di desa. Ayah dan ibu bukan hanya mengijinkan aku berlibur ke sana, tapi sangat mendukungnya. Mereka menginginkan agar aku sering-sering berkunjung ke rumah kakek dan nenek di desa.
Sebagai bentuk dukungannya, ayah mengijinkan aku menggunakan mobilnya. Sementara ayah menggunakan mobil kantornya untuk beraktivitas sehari-hari. Tapi aku menolaknya. Aku lebih suka menggunakan sepeda motor, agar lebih leluasa menikmati keindahan alam yang akan aku lalui. Selain itu, menggunakan sepeda motor gampang mencari lokasi parkiran.
Bim, papa udah nelpon kakek dan nenek. Mereka udah menunggu kamu. Kamu hari ini kan pergi ke sana?
Papa berujar datar.
Iya pa, nih lagi siap-siap.
Aku lalu berkemas, membawa perlengkapan, seperti baju, sepatu dan sandal. Tak lupa HP dan charger-nya. Semuanya itu aku kemas di tas keril.
Setelah semua perlengkapan siap, aku pamitan ke papa dan mama yang sedang duduk santai di teras rumah. Hari ini, bertepatan hari Minggu, papa dan mama bebas dari aktivitas mereka di kantor.
Pa, ma, aku pergi ya...
Iya, hati-hati di jalan Bim,
ujar mama menasehatiku.
Bim jangan ngebut, santai aja, sekalian nikmati perjalanannya,
sambung papa.
Aku keluar rumah sekira pukul satu siang. Setelah kurang lebih empat jam menempuh perjalanan, aku tiba di rumah kakek dan nenek di desa (nama desa sengaja tak disebut demi menjaga privasi). Halaman rumahnya tidak memakai pintu. Aku pun bergegas masuk.
Tampak rumah kakek dan nenek masih seperti dulu saat aku berkunjung tiga tahun lalu. Hanya warna catnya yang berubah. Dulu berwarna krem kombinasi coklat muda, sekarang sudah berwarna biru muda.
Halaman depannya sangat luas, terdapat tanaman buah-buahan. Seperti rambutan, mangga dan alpukat.
Saat mengamati halaman rumah kakek dan nenek, nenek muncul dari dalam rumah.
Eh cucuku Bima udah datang. Tambah cakep aja kamu Bim. Gimana perjalanannya sampai ke sini?
Nenek berucap menyambutku di depan teras rumah.
Asyik nek. Aku melewati sawah dan kawasan perkebunan yang indah banget,
ujarku.
Iya Bim, beda dengan Jakarta yang dipenuhi gedung-gedung tinggi. Yuk masuk Bim
Nenek mengajakku.
Aku melangkah masuk ke rumah kakek dan nenek.
Nenek bikinin kopi ya. Pasti kamu capek kan...
Oh iya, kamar kamu di sana Bim, nenek udah siapin,
sahut nenek, sambil tangannya menunjuk sebuah kamar yang berada di posisi depan.
Iya nek, makasih,
balasku.
Aku lalu duduk di sofa tunggal, di ruangan tamu. Udara sejuk langsung terasa, yang masuk melalui pintu depan dan jendela. Itu bertepatan juga karena hari mulai senja.
Sambil duduk, aku memperhatikan isi rumah kakek dan nenek. Tampak tak berubah, terdapat satu set sofa berwarna coklat yang aku duduki sekarang. Disebelahnya, satu set kursi kayu ukir dan lemari yang isinya dipenuhi guci cantik milik nenek. Serta masih tergantung foto keluarga di dinding. Terdiri dari kakek, nenek, papaku dan paman Hermanto adik papa.
Di ruangan belakang, terlihat televisi yang diletakkan di atas lemari bufet kayu, serta satu set meja makan dan kursinya.
Ini kopinya Bim, silakan diminum nanti keburu dingin,
ujar nenek sembari duduk di sampingku.
Aku langsung meneguk kopi buatan nenek. Rasanya manis dan ada pahitnya.
Nek, kakek dimana? Kok nggak kelihatan?
Aku bertanya santai.
"Kakek cuma di belakang, lagi urus ayam dan