Temukan jutaan ebook, buku audio, dan banyak lagi dengan uji coba gratis

Hanya $11.99/bulan setelah uji coba. Batalkan kapan saja.

Part Time Lover with Mrs. Nagitta and Mrs. Amelia
Part Time Lover with Mrs. Nagitta and Mrs. Amelia
Part Time Lover with Mrs. Nagitta and Mrs. Amelia
eBook79 halaman44 menit

Part Time Lover with Mrs. Nagitta and Mrs. Amelia

Penilaian: 2.5 dari 5 bintang

2.5/5

()

Baca pratinjau

Tentang eBuku ini

Guna membantu kakakku yang terkena musibah, aku terpaksa meminjam uang kepada pak Suparlan, pemilik toko bangunan di
kompleksku. Pak Suparlan kemudian mengarahkan agar aku menemui tante Nagitta, istrinya, yang merupakan pengusaha sukses.
Tante Nagitta setuju memberikan pinjaman uang kepadaku, dengan syarat aku membayarnya dengan menjadi"part time lover"
untuknya.

 

Tante Nagitta kemudian memperkenalkan teman baiknya yang tak kalah cantik, yakni tante Amelia.

 

Apa yang terjadi selanjutnya?
 

BahasaBahasa indonesia
Tanggal rilis16 Agu 2020
ISBN9781393500162
Part Time Lover with Mrs. Nagitta and Mrs. Amelia

Terkait dengan Part Time Lover with Mrs. Nagitta and Mrs. Amelia

E-book terkait

Romansa untuk Anda

Lihat Selengkapnya

Ulasan untuk Part Time Lover with Mrs. Nagitta and Mrs. Amelia

Penilaian: 2.25 dari 5 bintang
2.5/5

4 rating0 ulasan

Apa pendapat Anda?

Ketuk untuk memberi peringkat

Ulasan minimal harus 10 kata

    Pratinjau buku

    Part Time Lover with Mrs. Nagitta and Mrs. Amelia - Darrel Pranata

    Diterbitkan oleh

    Matadiraga Publishing

    ––––––––

    Hak Cipta Dilindungi Undang-undang

    Ini adalah kisah nyata

    Demi alasan privacy, beberapa detil dalam kisah ini terpaksa disamarkan

    1

    ADA banyak hal dalam hidup yang bisa diduga, atau setidaknya diprediksi. Kita bisa menduga kalau besok matahari akan terbit. Awan akan menghiasi langit. Kita bisa memprediksi kalau besok akan turun hujan. Di daerah tertentu, kita bisa memperkirakan kalau turunnya hujan akan diikuti banjir.

    Namun ada juga hal-hal yang tak bisa diduga, atau diprediksi. Kita tak bisa memprediksi kalau sebuah kawasan yang terkena curah hujan yang cukup lebat akan mendatangkan longsor. Kita juga tak bisa menduga kapan terjadinya gempa bumi. Atau kebakaran.

    Untuk urusan kehidupan, kita sebagai manusia bisa saja berharap mendapatkan pekerjaan yang mapan, dan halal. Namun percik kehidupan terkadang tak bisa diduga. Apa yang terjadi, atau yang didapatkan, terkadang berbeda dengan yang diduga, atau yang diharapkan.

    Itu yang terjadi padaku. Begitu lulus kuliah, aku memutuskan untuk membuka usaha sendiri. Usaha kecil-kecilan. Karena aku lumayan paham pada sektor teknologi informasi, aku menawarkan layanan IT ke sejumlah perusahaan. Sejauh ini, usahaku lumayan. Aku sudah mendapatkan tiga klien. Aku juga sudah memiliki karyawan, meski baru tiga orang.

    Selain sebagai spesialis IT, diam-diam, tanpa diketahui banyak orang, aku juga punya profesi lain.Profesi sampingan yang meski tidak terlalu mendatangkan keuntungan finansial yang cukup besar, namun mendatangkan kesenangan dan kenikmatan tersendiri.

    Profesi sampingan yang kulakoni adalah menjadi part time lover, atau kekasih  paruh waktu. Yang menjadi klienku adalah perempuan cantik, perempuan bersuami, yang karena alasan tertentu, memerlukan lelaki lain sebagai kekasih.

    Saat buku ini dibuat, aku punya enam klien. Aku sudah menceritakan asal mula bagaimana aku menjadi part time lover dalam buku berjudul: Part Time Lover with Mrs Melinda, yang sudah dijual di sejumlah ritel online. Anda mungkin sudah membacanya. Jika belum, belum terlambat untuk membelinya, hehe.

    Yang akan kuceritakan kali ini adalah kisahku dengan klien nomor 2, tante Nagitta (bukan nama sebenarnya). Kisahku dengan tante Nagitta terjadi benar-benar tanpa rencana, dan semuanya berawal dari sebuah musibah.

    Musibah itu menimpa kakakku yang bermukim di kampung. Suatu ketika, kakakku yang mengendarai sepeda motor menabrak pejalan kaki, seorang ibu-ibu. Korban luka lumayan parah, kaki kanan dan tangan kanannya patah. Korban ibu-ibu itu harus dioperasi. Karena kakakku yang menabrak, maka otomatis semua biaya pengobatan dibebankan pada kakakku. Jika tak sudi membayar, konsekuensinya kakakku harus mendekam di ruang tahanan.

    Situasi menjadi lebih runyam karena korban yang ditabrak tak punya BPJS. Selain santunan asuransi kecelakaan Jasa Raharja, tak ada keringanan lain. Jadi kakakku harus menebus semua biaya pengobatan, termasuk operasi tulang pada korban.

    Kakakku bukan orang berada. Dia hanya petani yang kemudian alih profesi menjadi tukang ojek. Sebagai tukang ojek yang harus membiayai empat orang anak, hidupnya bisa disebut sangat pas-pasan. Karena itu bisa dibayangkan bagaimana situasinya ketika kakakku diharuskan menanggung biaya operasi yang hampir mencapai enam puluh juta rupiah.

    Kakakku kemudian menghubungiku. Sambil menangis, dia minta agar aku menolongnya. Dia sudah mengupayakan untuk pinjam sana-sini, namun yang didapatkannya baru sekitar 5 juta rupiah. Jadi sedikitnya masih perlu 55 juta rupiah.

    Masalahnya, aku juga baru merintis usaha, dan uang simpananku masih minim. Apalagi aku harus membayar karyawan. Mengirimkan uang 55 juta rupiah dari kantongku sendiri itu tidak mungkin, karena aku tak punya uang sebanyak itu. Aku hanya bisa mengupayakan maksimal sepuluh juta. Artinya, masih sekitar 45 juta rupiah yang perlu dicari.

    Satu-satunya jalan keluar adalah mencari pinjaman. Setidaknya aku harus mendapatkan pinjaman sebanyak 45 juta rupiah.

    Tentu, mencari pinjaman 45 juta rupiah di Jakarta itu tidak mudah. Tak banyak orang yang dengan rela mau meminjamkan 45 juta kepada seorang pemuda yang baru saja merintis karir di bidang IT.

    Karena itu, aku berusaha memilah-milah siapa kira-kira yang bisa atau mau meminjamkan. Yang punya kemampuan dari sisi finansial dan yang kira-kira tak keberatan untuk meminjamkan.

    Pilihanku adalah pak Suparlan. Aku mengenalnya ketika kami sama-sama menjadi panitia

    Menikmati pratinjau?
    Halaman 1 dari 1