Suami Pengganti untuk Tante Lestari

Oleh Dirga Prasodjo

Aku mendatangi perpustakaan pribadi milik pak Heru dan tante Lestari yang merupakan tetanggaku. Ketika sedang asyikmembaca, muncul tante Lestari yang meminta agar aku memijat punggungnya.

Karena aku kesulitan memijat punggung yang ditutupi daster, aku mengusulkan agar tante Lestari membuka dasternya. Dan yang terjadi kemudian sungguh sama sekali tidak aku duga. Apa itu?

Silakan simak kisahnya...
 

• Bahasa: Bahasa indonesia
• Penerbit: Dirga Wahana Press
• Tanggal rilis: 29 Agu 2018
• ISBN: 9781386108443

Pratinjau buku

DITERBITKAN OLEH

DIRGA WAHANA PRESS

Hak Cipta Dilindungi Undang-undang

BASED ON A TRUE STORY

1

ADA banyak perempuan cantik di kompleks perumahan yang aku tempati. Sebagian belum menikah, sebagian lagi istri orang. Dari sejumlah emak-emak yang cantik— yang meski sudah menikah namun masih punya daya tarik bagi kami para pemuda, ada satu yang lumayan menonjol. Yakni tante Lestari.

Tante Lestari tak hanya cantik jelita. Yang membuatnya berbeda adalah senyumnya. Tante Lestari punya senyum yang lembut, sangat lembut.

Tak hanya senyumnya yang berbeda. Tatapan matanya juga sangat teduh. Berbincang dengan tante Lestari akan menghadirkan rasa damai dan teduh di hati.

Itu sebabnya, dari sekian banyak ibu muda cantik di kompleks perumahan, tante Lestari satu-satunya yang tidak kami hadirkan dalam fantasi nakal kami sebagai anak muda. Ya, sebagai anak muda, jika lagi berkumpul, tak jarang kami membicarakan perempuan cantik di kompleks perumahan. Baik yang masih gadis maupun yang sudah tante-tante. Dari sekian pembicaraan, terutama yang berkonotasi nakal, tante Lestari tak pernah disebut-sebut.

Tante Lestari dan suaminya pak Heru tergolong akrab dengan kami. Mereka ramah dan kerap mengundang kami untuk berkunjung, terutama ke perpustakaan pribadi mereka. Sekitar satu tahun lalu, pak Heru dan tante Lestari mendapat hibah lebih dari tiga ribu judul buku dari rekan mereka, pasangan suami istri pecinta buku yang pindah ke luar negeri. Karena tak mungkin membawa semua buku yang dikoleksi, mereka kemudian menghibahkan kepada pak Heru dan tante Lestari.

Pak Heru dan tante Lestari kemudian membuat gedung kecil dua lantai di samping rumah sebagai perpustakaan. Mereka kemudian secara terbuka mengundang kami para anak muda, termasuk anak-anak di kompleks untuk berkunjung dan menyantap ribuan buku itu.

Aku sendiri tergolong rajin berkunjung ke perpustakaan itu, terutama di sore hari. Aku suka berkunjung guna membaca beragam majalah