Temukan jutaan ebook, buku audio, dan banyak lagi dengan uji coba gratis

Hanya $11.99/bulan setelah uji coba. Batalkan kapan saja.

Bonus Birahi Helena, CEO Galak
Bonus Birahi Helena, CEO Galak
Bonus Birahi Helena, CEO Galak
eBook76 halaman39 menit

Bonus Birahi Helena, CEO Galak

Penilaian: 4.5 dari 5 bintang

4.5/5

()

Baca pratinjau

Tentang eBuku ini

Narottama Pratama bersama Anindya Agita dan Devita Kusumastuti mendatangi Helena Sundari, CEO sebuah perusahaan ternama untuk membawa proposal bantuan dana untuk korban bencana kebakaran. Helena yang selama ini dikenal galak dan judes bersedia membantu, dengan catatan Narottama mau memberikan semacam bonus, yang terkait dengan masa lalu Narottama.

 

Bonus seperti apa yang diminta Helena? Masa lalu seperti apa yang selama ini dirahasiakan Narottama dari sahabatnya?

 

Ikuti kisah yang mendebarkan ini
 

BahasaBahasa indonesia
Tanggal rilis15 Okt 2023
ISBN9798223740384
Bonus Birahi Helena, CEO Galak

Baca buku lainnya dari Enny Arrow

Terkait dengan Bonus Birahi Helena, CEO Galak

E-book terkait

Romansa untuk Anda

Lihat Selengkapnya

Ulasan untuk Bonus Birahi Helena, CEO Galak

Penilaian: 4.333333333333333 dari 5 bintang
4.5/5

3 rating0 ulasan

Apa pendapat Anda?

Ketuk untuk memberi peringkat

Ulasan minimal harus 10 kata

    Pratinjau buku

    Bonus Birahi Helena, CEO Galak - Enny Arrow

    Versi Baru

    Diterbitkan oleh

    EnnyArrow Digitals

    Hak Cipta Dilindungi Undang-undang

    Dilarang mengcopy atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini, tanpa izin tertulis dari Penerbit

    1

    JADI kita beneran akan mengunjungi tante Helena? Narottama Pratama bertanya perlahan. Pemuda yang sedang menyetir itu berujar sambil melirik ke perempuan yang duduk di sampingnya.

    Iya, Tama, barusan tadi aku konfirmasi dan tante Helena bilang dia bisa punya waktu untuk bertemu dengan kita. Dia menunggu kita di ruang kerjanya. Emang kenapa? gadis di sebelahnya, Anindya Agita menjawab sambil balik bertanya.

    Gak apa-apa sih Nindya, jawab Narottama. Aku hanya gak yakin aja. Soalnya... Pemuda itu menghentikan ucapannya. Wajahnya terlihat ragu.

    Soalnya tante Helena itu galak? Devita Kusumastuti yang duduk di belakang tiba-tiba bicara.

    Narottama menyeringai. Kita semua tau kalau tante Helena itu galak. Super galak...

    Iya, tante Helena itu dikenal galak, tapi kan dia galaknya hanya pada laki-laki, terutama anak muda seperti kamu. Kan kamu biasanya melotot jika melihat tante Helena lewat. Bukan kamu aja, rata-rata anak muda di kompleks kita akan melotot jika tante Helena lewat...

    Sebenarnya bukan salah kita juga, kata Narottama. Salah tante Helena sendiri kenapa dia itu cantik banget. Cantik dengan tubuh langsing semampai...

    Makanya gak perlu heran jika tante Helena itu galak pada kalian, anak muda mata keranjang. Makanya sebentar aku dan Nindya aja yang bicara, kata Devita.

    Narottama mengangguk dan kembali berkonsentrasi ke jalan raya. Arus lalulintas di Jakarta kini lumayan ramai.

    Tak lama kemudian, mereka tiba di tempat yang dituju. Sebuah gedung tinggi berlantai sembilan yang nampak megah. Narottama memarkir mobilnya di basement dan ditemani Anindya dan Devita memasuki pintu depan.

    Mau ketemu ibu Helena? Silakan, tadi ibu bilang sudah menunggu. Silakan ke lift di sebelah sana, dan naik ke lantai sembilan. Ruangan ibu Helena berada di sebelah kanan, seorang resepsionis perempuan berujar ramah.

    Setelah mengucapkan terimakasih, Narottama bertiga memasuki lift menuju lantai sembilan.

    ***

    Narottama merasa udara yang dingin seperti menusuk kulitnya. AC di ruangan lantai sembilan ini amat sangat dingin dan benar-benar menusuk kulit.

    Anindya memberi isyarat agar mereka memasuki sebuah pintu yang terbuat dari kaca yang berada di sebelah kanan.

    Seorang gadis cantik yang mengenakan busana berwarna kuning telur menyambut.

    Mbak Anindya ya? Mau ketemu ibu? Mari mbak saya antar, gadis itu berujar ramah dan segera berdiri, memandu mereka memasuki sebuah pintu yang juga terbuat dari kaca.

    Mereka berjalan di semacam lorong yang lantainya ditutupi karpet tebal. Di kanan kiri nampak lukisan berbagai tanaman hias dan pepohonan.

    Mereka tiba di sebuah pintu yang terbuat dari kayu tebal berukir. Gadis itu mengetuk tiga kali dan membuka pintu.

    Maaf ibu, ini mbak Anindya dan teman-teman udah tiba, gadis itu berujar penuh hormat ke perempuan yang duduk di depan sebuah meja kerja.

    Oke, makasih Keisha, kamu di sini aja dulu. Kita udah gak ada agenda lagi kan? Perempuan yang duduk di meja kerja itu berujar sambil tersenyum ramah.

    Iya bu, pertemuan dengan mbak Anindya merupakan agenda ibu yang terakhir hari ini, jawab gadis yang ternyata bernama Keisha itu.

    Helena Sundari mengangguk. Dia menutup laptopnya dan berjalan mendekati ketiga tamunya itu.

    Silakan duduk, silakan duduk. Kalian terlihat tegang, nyantai aja... Helena berujar sambil sedikit melambaikan

    Menikmati pratinjau?
    Halaman 1 dari 1