Temukan jutaan ebook, buku audio, dan banyak lagi dengan uji coba gratis

Hanya $11.99/bulan setelah uji coba. Batalkan kapan saja.

Digenjot Mutia, Istri Tetangga
Digenjot Mutia, Istri Tetangga
Digenjot Mutia, Istri Tetangga
eBook75 halaman36 menit

Digenjot Mutia, Istri Tetangga

Penilaian: 3 dari 5 bintang

3/5

()

Baca pratinjau

Tentang eBuku ini

Aku terkena musibah. Rumahku terbakar. Arifin tetanggaku mengajakku untuk menginap di rumahnya, hingga aku selesai membangun rumah yang baru. Ketika Arifin belum kembali dari kantor, Mutia istri Arifin menemui aku. Mutia kemudian meminta kompensasi karena aku akan menginap selama beberapa waktu di rumahnya. Kompensasi yang diminta Mutia benar-benar tidak aku sangka.

 

Apa kompensasi yang diminta Mutia yang jelita itu? 
 

Ikuti kisah yang mendebarkan ini...
 

BahasaBahasa indonesia
Tanggal rilis15 Jan 2024
ISBN9798224393282
Digenjot Mutia, Istri Tetangga

Baca buku lainnya dari Enny Arrow

Terkait dengan Digenjot Mutia, Istri Tetangga

E-book terkait

Romansa untuk Anda

Lihat Selengkapnya

Ulasan untuk Digenjot Mutia, Istri Tetangga

Penilaian: 3 dari 5 bintang
3/5

1 rating0 ulasan

Apa pendapat Anda?

Ketuk untuk memberi peringkat

Ulasan minimal harus 10 kata

    Pratinjau buku

    Digenjot Mutia, Istri Tetangga - Enny Arrow

    Diterbitkan oleh

    EnnyArrow Digitals

    Versi Baru

    Sebagaimana diceritakan Daniel Narada

    Hak Cipta Dilindungi Undang-undang

    1

    AKU menatap nanar. Aku berkali-kali mengerjapkan mata, berharap apa yang kusaksikan akan berubah.

    Namun pemandangan di depan mataku tidak berubah.

    Yang kulihat tetap sama. Asap tipis yang keluar dari puing rumah yang baru saja terbakar.

    Rumahku.

    Hanya sebagian kecil dari dinding rumahku yang masih berdiri. Selebihnya ludes dimakan api.

    Aku kembali memejamkan mata selama beberapa detik, berharap yang aku lihat itu hanya khayalan aneh yang menyeramkan. Ketika membuka mata, pemandangan yang kusaksikan tetap sama.

    Ini bukan khayalan.

    Ini bukan imajinasi.

    Ini nyata.

    Rumahku benar-benar terbakar. Benar-benar ludes terbakar.

    Asap tipis yang membumbung tipis yang keluar dari puing rumahku yang baru saja terbakar hebat itu bukan khayalan.

    Aku sedang berada di kantor ketika Pak Dirman Suswoyo, Ketua RT di kompleks perumahan tempatku tinggal menelponku. Aku mengangkat telepon dengan ogah-ogahan karena merasa tak ada urusan dengan ketua RT.

    Ya halo pak Dirman?

    Dik Daniel di mana sekarang? Di kantor? Terdengar suara pak Dirman dengan medok Jawa yang kental.

    Iya pak, di kantor. Ada yang bisa dibantu pak? Aku menjawab sekaligus memberikan pertanyaan.

    Seberapa cepat dik Daniel bisa pulang? Kini pak Dirman yang menjawab dengan pertanyaan.

    Aku melirik ke jam tanganku. Saat itu pukul 15.17 menit. Masih lumayan lama untuk jam pulang kantor.

    Kalau bisa dik Daniel pulang secepat mungkin. Terjadi musibah...

    Musibah apa pak?

    Musibah kebakaran. Rumah adik terbakar, beserta dua rumah lainnya. Sekarang lagi coba dipadamkan oleh Pemadam Kebakaran...

    Astaga...

    Aku terdiam. Saking terkejutnya, aku bahkan lupa untuk mengucapkan terima kasih kepada pak Dirman.

    Aku bergegas menemui manajerku pak Saiful untuk meminta izin. Di saat itu aku menerima pesan singkat WA dari dua temanku di kompleks perumahan yang mengabarkan kalau rumahku kebakaran. Kemudian muncul lagi pesan singkat lainnya dari orang yang berbeda.

    Ada beberapa orang berbeda yang mengirimkan kabar. Kabar yang sama.

    Rumahku kebakaran dan aku diharapkan pulang secepat mungkin.

    2

    AKU mengemudi mobilku kesetanan. Dalam sekejap aku berubah menjadi pembalap mobil dengan kecepatan melebihi mobil Formula 1. Namun akhirnya, aku harus mengalah pada padatnya lalu lintas Jakarta.

    Kemacetan membuat mobilku melaju lambat.

    Aku mencoba untuk tetap tenang dan tidak memaki. Sementara ponselku terus memberikan notifikasi masuknya sejumlah pesan singkat. Ada beberapa tetangga yang mengirimkan pesan berisi foto dan rekaman video terbakarnya rumahku. Ada dua grup WA yang kuikuti yang juga mengabarkan hal yang sama.

    Akhirnya aku berhasil mengalahkan kemacetan jalan raya. Mobilku kembali melaju kencang dan akhirnya tiba di kompleks perumahan.

    Ada ratusan warga yang memadati jalan raya. Aku melihat sejumlah laki-laki berseragam Pemadam Kebakaran, juga beberapa anggota polisi.

    Aku memarkir mobilku di sebuah Alfam*rt dan kemudian berjalan kaki. Ada puluhan mata yang menatapku. Sebagian besar menatapku penuh iba.

    Beberapa teman mendekatiku dan menepuk pundakku, memberikan kekuatan. Aku bisa melihat sejumlah warga saling berbisik ketika melihat kedatanganku.

    Kemudian, aku melihat itu.

    Rumahku.

    Rumahku yang kini tinggal puing.

    Lima mobil pemadam kebakaran ternyata tak mampu menyelamatkan rumahku. Selain rumahku ada tiga rumah lainnya yang juga ikut terbakar.

    Menikmati pratinjau?
    Halaman 1 dari 1