Temukan jutaan ebook, buku audio, dan banyak lagi dengan uji coba gratis

Hanya $11.99/bulan setelah uji coba. Batalkan kapan saja.

Bonus Birahi Untuk Tante Sekompleks
Bonus Birahi Untuk Tante Sekompleks
Bonus Birahi Untuk Tante Sekompleks
eBook98 halaman52 menit

Bonus Birahi Untuk Tante Sekompleks

Penilaian: 0 dari 5 bintang

()

Baca pratinjau

Tentang eBuku ini

Aku membantu mama membawa barang pesanan pelanggan dari toko kelontong di perumahan kami. Ketika aku membawa air mineral kemasan galon kepada tante Amelia yang baru saja mandi, dia meminta bonus.

 

Beberapa hari kemudian, ketika aku membawa pesanan gas kepada tante Astuti, dia yang rupanya sudah mendengar cerita dari tante Amelia, meminta bonus. Hal serupa kemudian diminta Bunda Fateema ketika aku membawa beras kemasan 20 kg. Bunda Fateema juga meminta bonus. 

 

Bonus seperti apa yang diminta tante Amelia, Astuti dan Bunda Fateema? Ikuti kisah yang mendebarkan ini.
 

BahasaBahasa indonesia
Tanggal rilis6 Agu 2023
ISBN9798223025726
Bonus Birahi Untuk Tante Sekompleks

Baca buku lainnya dari Enny Arrow

Terkait dengan Bonus Birahi Untuk Tante Sekompleks

E-book terkait

Romansa untuk Anda

Lihat Selengkapnya

Ulasan untuk Bonus Birahi Untuk Tante Sekompleks

Penilaian: 0 dari 5 bintang
0 penilaian

0 rating0 ulasan

Apa pendapat Anda?

Ketuk untuk memberi peringkat

Ulasan minimal harus 10 kata

    Pratinjau buku

    Bonus Birahi Untuk Tante Sekompleks - Enny Arrow

    Diterbitkan oleh

    EnnyArrow Digitals

    Versi Baru

    Hak Cipta Dilindungi Undang-undang

    Dilarang mengcopy atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini, tanpa izin tertulis dari Penerbit

    Sebagaimana diceritakan Veron Pambudi

    1

    INI kisahku dengan para tante sekompleks. Kisah yang mendebarkan. Kisah yang selama ini tidak diketahui banyak orang. Kisah yang mungkin sukar dipercaya.

    Anda mungkin tak percaya kalau cerita ini benar-benar terjadi dan menganggap ini hanya kisah khayalan. Namun percayalah, ini benar-benar terjadi.

    Namaku Veron, tepatnya Veron Pambudi. Aku diberi nama Veron karena ayahku merupakan penggemar pemain sepakbola asal Argentina, Sebastian Veron.

    Aku sekarang berusia 22 tahun. Aku kuliah di sebuah perguruan tinggi di Jakarta dan sekarang sedang menyusun skripsi. Karena sedang menyusun skripsi, aku punya waktu yang lumayan lapang untuk beraktifitas.

    Aku tinggal di sebuah perumahan yang tergolong ramai. Perumahan kami tak bisa disebut elit, namun juga bukan golongan kelas bawah. Perumahan kami didominasi penghuni yang dari sisi ekonomi merupakan kelompok menengah.

    Di perumahan kami, hanya ada satu warung atau toko yang cukup besar. Warung itu menjual beraneka kebutuhan rumah tangga dan dikelola oleh papa dan mamaku beserta dua karyawan. Di kompleks perumahan, saingan kami adalah beberapa warung tradisional dan warung modern yang merupakan kelompok franchise terkemuka yang tokonya sudah tersebar di seluruh penjuru Indonesia, yakni toko dengan akhiran mart (aku tak akan menulis nama tokonya karena akan menjadi iklan terselubung, hehe).

    Sejak awal tahun ini, mama punya inovasi, dalam kaitan dengan menjaring pelanggan. Yakni menawarkan layanan pesan antar. Jadi konsumen bisa memesan melalui media sosial Efbeh, atau pesan singkat atau melalui telepon dan pesanannya akan kami antar ke rumah.

    Rupanya pendekatan yang dilakukan mama cukup berhasil. Transaksi penjualan yang kami lakoni melonjak tajam. Rupanya banyak pelanggan yang lebih suka jika pesanannya diantar ke rumah dan bukannya mendatangi toko.

    Awalnya yang bertugas sebagai kurir pengantar barang adalah papa. Jika lokasi pemesan cukup jauh dan jumlah yang dipesan cukup banyak, papa menggunakan mobil. Jika pemesan berada di dekat, cukup diantar dengan sepeda motor.

    Karena permintaan pelanggan semakin besar, akhirnya aku diminta membantu sebagai kurir. Aku ikut mengantarkan barang pesanan.

    Biasanya aku mengantar menggunakan mobil milikku. Sejak kuliah aku memang dibelikan mobil oleh papa dan mama. (Sebenarnya dibelikan itu bukan istilah yang tepat karena mobil itu dikredit).

    Tugasku sebagai kurir pada akhirnya membuka lembaran baru dalam hidupku. Lembaran baru yang sama sekali tidak aku sangka.

    Lembaran baru yang sampai sekarang masih aku lakoni.

    Lembaran baru yang sangat menyenangkan, namun menjadi rahasia.

    2

    AKU beruntung dianugerahi Maha Pencipta dengan wajah yang ganteng. Aku berwajah tampan. Ini bukan karena aku suka memuji diri sendiri tapi itu kenyataan.

    Banyak orang yang terang-terangan mengatakan aku ganteng. Yang mengatakan itu tak hanya pacarku (atau beberapa pacarku) namun juga orang lain, baik laki-laki maupun perempuan.

    Aku memiliki sepasang mata yang bersinar cerah, dengan hidung yang mancung. Wajah gantengku diwariskan dari kedua orang tuaku. Papaku masih berdarah Arab, meski sudah lumayan jauh. Sementara mamaku asli Sunda, dengan kecantikan khas Sunda yang sangat mempesona. Paduan Arab dan Sunda membuat wajahku menjadi ganteng, setidaknya untuk ukuran orang Indonesia.

    Selain berwajah ganteng, aku juga memiliki postur tubuh yang proposional. Dalam arti aku tidak gemuk namun juga tidak kurus.

    Aku suka berolahraga ringan sehingga tubuhku bisa terbentuk. Memang, tubuhku tidak terlalu berotot, setidaknya tidak seperti tubuh Cristiano Ronaldo yang memang sempurna itu. Namun  setidaknya, dari segi penampilan aku tidak malu-maluin.

    Beberapa orang yang memuji ketampananku mengatakan seharusnya aku menjadi bintang sinetron. Wajah tampanku bisa menjadi modal utama untuk melakoni dunia hiburan.

    Biasanya aku hanya tersenyum jika mendengar orang berbicara tentang hal itu. Aku sendiri tak pernah tertarik untuk menjadi artis atau aktor. Mungkin di kehidupan lain, atau di dunia yang berbeda aku bisa menjadi bintang tenar. Namun di realita saat ini, aku hanya mahasiswa tampan yang mencoba menikmati kehidupan.

    Karena berwajah ganteng, aku sudah merasakan ditaksir perempuan ketika aku kelas 3 SMP. Namun saat itu aku masih bau kencur dan tak tahu apa-apa tentang perempuan, atau tentang pacaran. Baru di kelas 2 SMA aku memberanikan diri pacaran. Aku pacaran dengan cewek cantik sekelas.

    Di kelas 3, aku semakin berpengalaman. Selain dengan teman sekelas, aku juga berpacaran dengan dua cewek di kelas berbeda. Aksi pacaranku sempat menjadi perbincangan di sekolah karena tiga cewek yang kupacari itu semuanya

    Menikmati pratinjau?
    Halaman 1 dari 1