Temukan jutaan ebook, buku audio, dan banyak lagi dengan uji coba gratis

Hanya $11.99/bulan setelah uji coba. Batalkan kapan saja.

Karena Euro 2020, Dalila Selingkuh
Karena Euro 2020, Dalila Selingkuh
Karena Euro 2020, Dalila Selingkuh
eBook106 halaman52 menit

Karena Euro 2020, Dalila Selingkuh

Penilaian: 3.5 dari 5 bintang

3.5/5

()

Baca pratinjau

Tentang eBuku ini

Aku diajak teman sekaligus tetanggaku Fadel untuk nonton bareng Euro 2020 bersama Syamsul, Hidayat dan Margono.

 

Ketika aku ingin buang air kecil di belakang, aku mendengar permintaan minta tolong dari Dalila, istri Fadel yang sedang mandi, untuk mengambilkan handuk. Dalila rupanya mengira kalau yang berada di kamar kecil adalah Fadel, suaminya.

 

Apa yang terjadi selanjutnya?
 

BahasaBahasa indonesia
Tanggal rilis23 Sep 2021
ISBN9798201501969
Karena Euro 2020, Dalila Selingkuh

Baca buku lainnya dari Enny Arrow

Terkait dengan Karena Euro 2020, Dalila Selingkuh

E-book terkait

Romansa Kontemporer untuk Anda

Lihat Selengkapnya

Ulasan untuk Karena Euro 2020, Dalila Selingkuh

Penilaian: 3.5625 dari 5 bintang
3.5/5

16 rating2 ulasan

Apa pendapat Anda?

Ketuk untuk memberi peringkat

Ulasan minimal harus 10 kata

  • Penilaian: 4 dari 5 bintang
    4/5
    Seni berimajinasi yang bagus , alur cerita dari awal hingga akhir mengalir bagaikan aliran air di sungai
  • Penilaian: 1 dari 5 bintang
    1/5
    Gak masuk akal blas, meski cuma karangan tapi mestinya dikarang dengan bagus, bukan asal-asalan

Pratinjau buku

Karena Euro 2020, Dalila Selingkuh - Enny Arrow

Diterbitkan oleh

EnnyArrow Digitals

Hak Cipta Dilindungi Undang-undang

Sebagaimana diceritakan Bachtiar Mangkubroto

Berdasarkan peristiwa yang benar-benar terjadi

1

INI adalah kisahku yang terjadi beberapa waktu lalu. Kisah yang terjadi tanpa sengaja. Kisah yang mendebarkan, dan melibatkan Dalila, istri temanku.

Kisah ini terjadi ketika ajang akbar sepakbola, Euro 2020 berlangsung. Ajang yang menjadi tontonan wajib bagi penggila sepakbola ini awalnya dijadwalkan bergulir tahun 2020. Namun karena pandemi Covid, hajatan ini baru digelar tahun 2021, namun tetap menggunakan nama Euro 2020.

Beberapa saat sebelum hajatan ini dimulai, aku dihubungi teman sekaligus tetanggaku, Fadel Aryanto.

Bro, Euro bakalan dimulai. Kita nonton bareng yuk? Gak enak jika nonton sendirian, kata Fadel melalui sambungan telepon.

Boleh juga, jawabku. Siapa aja? Gak seru jika hanya kita berdua.

Aku udah hubungi Syamsul dan dia udah oke untuk gabung. Nanti setelah ini aku coba ajak Hidayat, jawab Fadel.

Oke, sip, pasti bakalan seru jika kita kumpul, kataku. 

Fadel, setahuku adalah penggemar Italia. Syamsul sejak dulu adalah penggemar Jerman sedangkan Hidayat tergila-gila pada Inggris. Aku sendiri karena penggemar Real Madrid, otomatis aku menyukai timnas Spanyol.

Sekitar pukul delapan malam, aku menuju ke kediaman Fadel. Sebelumnya Fadel sudah berpesan agar aku langsung menaiki tangga di samping rumah. Tempat kami berkumpul terletak di lantai dua.

Lantai dua kediaman Fadel awalnya hanya berupa lantai dak dari beton. Belakangan dia membuat atap yang dilengkapi kursi sofa untuk bersantai. Untuk keperluan nonton bareng Euro 2020, Fadel telah membawa satu buah televisi layar datar berukuran besar, lengkap dengan speaker.

Begitu aku tiba, Fadel ternyata sedang bermain kartu domino bersama Syamsul, Hidayat dan Margono.

Karena kartu domino hanya bisa dimainkan empat orang, aku memutuskan untuk menonton. Lagipula, aku memang tidak terlalu mahir untuk urusan permainan kartu seperti domino. Kalau catur, aku lumayan bisa namun domino, aku sama sekali buta.

Aku menyaksikan pertandingan domino ini sambil sesekali mengintip ke televisi yang suaranya dikecilkan. Fadel cs bermain domino dengan sistem ‘kalah berdiri’. Siapa yang kalah akan berdiri, dan dia tetap berdiri hingga menang.

Sejak aku tiba, Syamsul, Hidayat dan Margono sudah berdiri. Fadel tak henti-hentinya meledek mereka. Margono akhirnya duduk namun hingga beberapa partai, Syamsul dan Hidayat tetap berdiri.

Aku menonton sambil sesekali memberi komentar, sekaligus meledek Syamsul dan Hidayat yang selalu saja kalah.

Kemudian, aku merasakan kebutuhan mendesak. Aku ingin buang air kecil.

WC kamu di mana bro? Aku bertanya pada Fadel.

Di bawah, di belakang. Tapi jika hanya ingin buang air kecil, di samping rumah juga boleh, jawab Fadel sambil tetap memerhatikan kartu domino di tangannya.

Aku mengangguk dan segera turun. Dari lantai dua ini ada pintu dan tangga yang terhubung ke lantai satu. Aku memutuskan untuk buang air di WC saja. Aku tak terbiasa membuang hajat di tempat terbuka.

2

WC milik Fadel terletak di belakang, dan  bersebelahan dengan kamar mandi. Ketika aku membuang air kecil, aku mendengar ada suara air yang diguyur.

Begitu aku keluar dari WC, aku mendengar suara. Suara perempuan.

Eh Fadel, tolong ambilin handuk yang dijemur di tali. Tadi aku lupa ambil, terdengar suara itu. Aku mengenali suara itu. Itu suara Dalila, istri Fadel.

Rupanya Dalila menyangka kalau yang berada di WC itu Fadel suaminya. Dalila kemudian menyuruh Fadel untuk mengambilkan handuk. Aku melihat sekeliling. Di sudut dapur ada tali nilon dan pada tali itu terlihat sebuah handuk berwarna merah.

Fadel, kok lama banget? Aku kedinginan nih, kembali terdengar suara Dalila. Suara Dalila diikuti bunyi ‘klik’, pertanda dibukanya kunci pintu.

Aku berdiri bingung. Aku ingin bersuara dan mengatakan kalau aku bukan Fadel. Namun aku membatalkan keinginan itu. 

Adaa rasa penasaran yang tiba-tiba muncul di dalam hatiku. Rasa penasaran yang membuat aku berdebar.

Dalila baru saja mandi. Dia belum mengenakan handuk. Jika ada perempuan yang baru saja mandi, itu artinya dia tidak mengenakan apa-apa.

Aku melirik ke pintu yang kini terbuka sedikit. Dalila baru saja membuka pintu yang tadinya terkunci.

Dalila rupanya lupa kalau Fadel suaminya telah mengundang beberapa temannya untuk nonton bareng Euro. Dalila lupa bahwa teman-teman suaminya telah berkumpul di lantai dua.

Mungkin juga Dalila tidak lupa. Dia hanya tidak memperhitungkan bahwa ada kemungkinan salah satu teman suaminya mendatangi dapur untuk urusan buang air kecil.

Aku dan Dalila tidak terlalu akrab. Memang, dengan Fadel suaminya, aku sangat akrab. Aku dan Fadel bisa dibilang sahabat dekat. Kami dulu pernah bekerja di perusahaan yang sama ketika baru lulus kuliah. Kami kemudian resign dari tempat itu dan meniti karir pekerjaan di tempat lain.

Nasib

Menikmati pratinjau?
Halaman 1 dari 1