Temukan jutaan ebook, buku audio, dan banyak lagi dengan uji coba gratis

Hanya $11.99/bulan setelah uji coba. Batalkan kapan saja.

Suami Pengganti untuk Dokter Clara
Suami Pengganti untuk Dokter Clara
Suami Pengganti untuk Dokter Clara
eBook69 halaman37 menit

Suami Pengganti untuk Dokter Clara

Penilaian: 4 dari 5 bintang

4/5

()

Baca pratinjau

Tentang eBuku ini

Aku dan beberapa temanku membawa proposal bantuan dana kegiatan Karang Taruna kepada dokter Herman dan istrinya, dokter Clara.

Beberapa hari kemudian dokter Clara mengundangku ke tempat prakteknya dan mengatakan siap membantu, dengan sebuah syarat. Syarat yang kemudian membawaku ke petualangan asmara nan panas membara dengan dokter Clara.

Bagaimana kisah selengkapnya?

BahasaBahasa indonesia
Tanggal rilis4 Des 2018
ISBN9781386089339
Suami Pengganti untuk Dokter Clara

Baca buku lainnya dari Dirga Prasodjo

Terkait dengan Suami Pengganti untuk Dokter Clara

E-book terkait

Komedi Romantis untuk Anda

Lihat Selengkapnya

Ulasan untuk Suami Pengganti untuk Dokter Clara

Penilaian: 3.814814814814815 dari 5 bintang
4/5

54 rating2 ulasan

Apa pendapat Anda?

Ketuk untuk memberi peringkat

Ulasan minimal harus 10 kata

  • Penilaian: 4 dari 5 bintang
    4/5
    bagusss...! alur cerita enak dibaca, mengasyikkan. acung dua jempol nih. rekomended..!
  • Penilaian: 1 dari 5 bintang
    1/5
    KOK BISA CERITA MESUM SEPERTI INI ADA DALAM SCRIBD......
    GIMANA KL DIBACA ANAK2 KRN SY BERBAGI PASWORD DNG YG LAIN

Pratinjau buku

Suami Pengganti untuk Dokter Clara - Dirga Prasodjo

Diterbitkan oleh

Dirga Wahana Press

––––––––

Hak Cipta Dilindungi Undang-undang

Ditulis berdasarkan kisah nyata

1

PERUMAHAN yang aku tempati dihuni warga yang punya beragam profesi. Ada beberapa yang pengusaha, ada yang karyawan swasta (seperti aku), ada aparat sipil pemerintah, polisi, tentara, staf pengajar (guru dan dosen) dan dokter.

Di kompleks kami, hanya ada dua dokter, dan kebetulan keduanya suami istri. Mereka biasa kami sapa dengan panggilan dokter Herman dan dokter Clara (keduanya bukan nama sebenarnya).

Berbeda dengan dokter lain yang cenderung menjaga jarak dan bersifat eksklusif, pasangan suami istri ini ramah pada kami, terutama dokter Herman yang rajin menyapa kami. Dokter Herman menempati posisi penting di sebuah rumah sakit terkemuka di Jakarta (karena alasan privacy, nama rumah sakit dan jabatan dokter Herman tak bisa dipaparkan dengan jelas di sini).

Dokter Clara juga berdinas di sebuah rumah sakit. Di sore hari hingga malam, dokter Clara membuka praktek dokter umum di kompleks perumahan. Tempat praktek berupa ruangan khusus yang dibuat persis di samping rumah mereka.

Dokter Herman bertubuh tambun dan gemuk. Dia suka melucu, meski sering gurauannya tidak lucu. Gaya berceritanya agak aneh dan terkadang sukar kami pahami.

Dokter Clara berwajah cantik. Konon, dari yang kami dengar, dia masih berdarah Tiongkok, Sunda dan Pakistan. Kombinasi genetik yang membuat dokter Clara memiliki kecantikan yang unik dan eksotis.

***

Sore itu, Aku bersama Badu dan Ricko mendatangi kediaman dokter Herman dan dokter Clara. Keduanya menyambut kami dengan senyum ramah.

Silakan duduk. Wah tumben anak-anak muda ganteng berkunjung ke sini, kata dokter Herman sambil tersenyum lebar.

Kami, yang disebut anak muda ganteng duduk di sofa sambil tersipu.

Mohon maaf jika kami mengganggu dok, ujarku. Aku memang didapuk kedua temanku sebagai juru bicara.

Ah gak ganggu kok. Kebetulan kita lagi santai, menghabiskan waktu. Mumpung kita lagi gak ada kerjaan, jawab dokter Herman.

Gini dok, kita mau minta bantuan. Kebetulan kita sekarang menjadi pengurus Karang Taruna. Kita lagi mengupayakan pengadaan lapangan untuk Futsal. Kebetulan di kelurahan ini banyak yang hobi futsal. Untuk tempatnya udah ada, ada gedung tak terurus milik pak Bustani, dan dia udah kasih pinjam pakai ke kita. Cuma gedungnya masih berantakan dan perlu direnovasi, kataku.

Oh pak Bustani yang rumahnya di pertigaan itu ya?

Iya dok. Tapi gedungnya yang ada di kompleks ruko blok IX, jawab Badu.

Oh iya, gedung kosong itu ya?

Bener dok, sambung Ricko. Dulu itu jadi tempat usahanya pak Bustani. Jadi wartel. Kemudian wartelnya berganti menjadi warnet. Namun selama tiga tahun trakhir, sejak warnet sepi, tempat itu kemudian kosong karena tempat usaha pak Bustani udah pindah ke mall...

Iya, gila ya? Dulu itu siapa yang nyangka kalau wartel akan tutup, namun ternyata tutup. Kemudian warnet. Tutup juga. Perkembangan teknologi ternyata bisa juga membunuh bisnis tertentu...

Kami kemudian terlibat dalam diskusi tentang pesatnya perkembangan teknologi, dan dampaknya bagi usaha, terutama bisnis yang terkait dengan itu.

Sekira lima menit kami berdiskusi, hingga dokter Clara yang sejak tadi berdiam diri, tiba-tiba nyeletuk.

"Terus, apa yang bisa kami bantu nih?

2

AKU memberi isyarat kepada Badu. Dia kemudian mengambil dua map dari tas punggungnya, dan meletakkan di atas meja.

Jadi gini dok. Kita lagi jalanin proposal bantuan dana ke pihak-pihak di keluarahan sini yang kami pikir bisa membantu,

Menikmati pratinjau?
Halaman 1 dari 1