Temukan jutaan ebook, buku audio, dan banyak lagi dengan uji coba gratis

Hanya $11.99/bulan setelah uji coba. Batalkan kapan saja.

Digoda Hartati Istri Teman
Digoda Hartati Istri Teman
Digoda Hartati Istri Teman
eBook74 halaman39 menit

Digoda Hartati Istri Teman

Penilaian: 4 dari 5 bintang

4/5

()

Baca pratinjau

Tentang eBuku ini

Hidayat yang berada di luar daerah dan belum bisa kembali karena pandemi Covid-19, meminta bantuanku untuk mengumpulkan hutang dari teman sekantor. Catatan serta uang hutang kemudian kuserahkan ke Hartati, istri Hidayat yang judes dan tidak ramah.

 

Kemudian terjadi sesuatu yang tidak aku sangka, yang melibatkan Hartati. Apa itu?

 

Ikuti kisahnya.
 

BahasaBahasa indonesia
Tanggal rilis16 Okt 2020
ISBN9781393258650
Digoda Hartati Istri Teman

Baca buku lainnya dari Bayu Kartala

Terkait dengan Digoda Hartati Istri Teman

E-book terkait

Romansa Kontemporer untuk Anda

Lihat Selengkapnya

Ulasan untuk Digoda Hartati Istri Teman

Penilaian: 3.75 dari 5 bintang
4/5

20 rating0 ulasan

Apa pendapat Anda?

Ketuk untuk memberi peringkat

Ulasan minimal harus 10 kata

    Pratinjau buku

    Digoda Hartati Istri Teman - Bayu Kartala

    Diterbitkan oleh

    Kartalabuana Press

    Hak cipta dilindungi undang-undang

    Dibuat berdasarkan kisah nyata

    1

    DARI sekian banyak teman sekantor, Hidayat (bukan nama sebenarnya) merupakan sosok yang istimewa. Itu karena dia menjadi semacam dewa penolong bagi kami, terutama yang membutuhkan bantuan keuangan.

    Jika ada di antara kami yang butuh uang, yang dihubungi adalah Hidayat. Dia kemudian memberikan bantuan pinjaman, dengan bunga yang lumayan rendah dan terjangkau. Pembayaran pinjaman biasanya dilakukan setiap minggu, atau dua minggu, atau sebulan sekali, tergantung kesepakatan.

    Karena itu, hampir semua karyawan di kantor kami secara berkala selalu membayar bunga pinjaman kepada Hidayat.

    Hidayat sendiri bukanlah orang kaya, karena gajinya sama dengan kami. Yang membedakan adalah istrinya. Dari yang aku dengar, istri Hidayat adalah pengusaha yang lumayan sukses.

    Ketika pandemi Covid-19 menyerang, sebagian dari kami terpaksa bekerja di rumah. Hidayat pun memberikan keringanan pembayaran, dan hanya mewajibkan untuk membayar separuh dari nilai yang biasanya dibayar.

    Suatu ketika, Hidayat menelponku.

    Hai bro, boleh aku minta tolong? Hidayat bertanya dari balik telepon.

    Iya kenapa sob? jawabku.

    Aku kan sekarang lagi di luar daerah, dan kayaknya belum bisa balik ke Jakarta gara-gara Covid. Aku mau minta tolong tentang pembayaran hutang, kata Hidayat.

    Minta tolong gimana sob? Aku kembali bertanya.

    Gini, kan teman-teman di kantor harus melakukan pembayaran. Biasanya kan aku yang nagih. Tapi karena aku lagi ada di luar daerah, bisa gak kamu bantu aku untuk nagih?

    Hmm, boleh sih, jawabku. Tapi kenapa mereka gak transfer aja di bank?

    Kalu transfer di bank rada repot untuk ngatur pembukuannya. Hartati istriku maunya ada data yang jelas siapa yang bayar berapa, dan kalau melalui transfer bank dia akan repot mengevaluasi siapa aja yang udah bayar, jawab Hidayat.

    Setelah berhenti sejenak dia melanjutkan, Kamu kan tahu kalo uang yang dipinjamkan di kantor itu uangnya istriku. Jadi dia yang ngatur pembukuannya, tambahnya

    Jadi gimana aku bisa bantu?

    Kamu bantu untuk menagih ke teman-teman. Jadi teman-teman bisa transfer ke kamu via bank, kemudian kamu bikin catatannya dan kamu cairkan via ATM. Kemudian catatan serta uang itu kamu bawa ke istriku untuk dicatat...

    Wah ribet juga ya...

    Iya ribet, jawab Hidayat. Soalnya nominal yang harus dibayar teman-teman itu beda-beda, jangka waktunya juga beda-beda. Jadi harus ada pembukuan khusus. Gimana bias gak?

    Boleh sih...

    Nanti aku bilang ke Hartati, kamu dapat semacam keringanan sebagai imbalan karena urusan nagih ini...

    Oke sob. Tapi bagusnya sih kamu kirim data siapa aja yang harus membayar, bayarnya berapa dan periode waktunya kapan, kataku.

    Iya, istriku udah nyiapin. Nanti kamu ke rumahku. Kapan kamu bisa?

    Sebentar malam kayaknya bisa, kataku.

    Oke, nanti aku bilang ke Hartati. Tapi... Hidayat menghentikan kalimatnya, seolah merasa ragu.

    Tapi kenapa?

    Kamu udah pernah ketemu istriku? Kayaknya belum ya? Istriku itu... Hemmm... Gimana ya. Dia orangnya rada judes, dan gak ramah pada laki-laki. Jadi kalo kamu ke rumahku dan Hartati itu sikapnya rada dingin, harap kamu gak tersinggung ya?

    Tanpa terasa aku mengangguk meski sadar kalau Hidayat tak dapat melihat anggukanku. Berurusan dengan perempuan yang judes tak masalah bagiku.

    Oke sob, gak masalah. Nanti sebentar malam aku ke rumahmu...

    Dari yang aku dengar, Hidayat memang berada di luar daerah ketika Covid menjadi  fenomena di Tanah Air. Kebijakan sejumlah daerah yang membatasi transportasi terutama penerbangan membuat Hidayat terperangkap dan belum bisa kembali ke Jakarta dalam waktu dekat.

    Karena berada di divisi yang sama, aku dan Hidayat memang lumayan dekat di kantor, sehingga aku bisa memahami kenapa

    Menikmati pratinjau?
    Halaman 1 dari 1