Temukan jutaan ebook, buku audio, dan banyak lagi dengan uji coba gratis

Hanya $11.99/bulan setelah uji coba. Batalkan kapan saja.

Terjebak Cinta Berbayar
Terjebak Cinta Berbayar
Terjebak Cinta Berbayar
eBook176 halaman1 jam

Terjebak Cinta Berbayar

Penilaian: 5 dari 5 bintang

5/5

()

Baca pratinjau

Tentang eBuku ini

Aku awalnya berasal dari keluarga  mapan. Orang tuaku di daerah asalku memiliki perusahaan hingga aku dapat kuliah di Jakarta. Namun masalah besar itu datang, perusahaan orang tuaku nyaris bangkrut karena terlalu banyak hutang. Masalah kian bertambah,  mamaku sakit leukemia sehingga kami keluarga memutuskan mama berobat di Singapura.

 

Namun ditengah perawatan di Singapura, terganjal pada biayanya yang terus membengkak. Aku kemudian bertemu dengan tante Fitrin, dia membantu biaya perawatan mama. Tapi aku harus memuaskan nafsu birahinya yang terselubung. Bagaimana kisah selanjutnya? Ikuti buku ini…  

BahasaBahasa indonesia
Tanggal rilis2 Agu 2023
ISBN9798223127239
Terjebak Cinta Berbayar

Baca buku lainnya dari Denus Enli

Terkait dengan Terjebak Cinta Berbayar

E-book terkait

Romansa untuk Anda

Lihat Selengkapnya

Ulasan untuk Terjebak Cinta Berbayar

Penilaian: 5 dari 5 bintang
5/5

1 rating1 ulasan

Apa pendapat Anda?

Ketuk untuk memberi peringkat

Ulasan minimal harus 10 kata

  • Penilaian: 5 dari 5 bintang
    5/5
    Kisahnya bagus, ada makna positifnya menolong ortu yang sedang sakit..

Pratinjau buku

Terjebak Cinta Berbayar - Denus Enli

DITERBITKAN OLEH

DENUSDIGITALS

HAK CIPTA DILINDUNGI OLEH UNDANG-UNDANG

Dilarang mengcopy atau memperbanyak sebagian atau seluruhnya isi buku ini, tanpa izin dari Penerbit

EDISI KISAH NYATA

Sebagaimana diceritakan Dony Oktavian

1

KETERPURUKAN ekonomi tak pernah terbayangkan menimpa keluargaku, yang berimbas pada  kehidupanku di  Jakarta  terkatung-katung. Masa depan seakan menjadi suram akibat masalah sosial ini.

Aku awalnya berasal dari keluarga mapan yang tinggal di salah satu kota di Pulau Sulawesi. Setelah tamat SMA di daerah asalku, melanjutkan  studi ke jenjang yang lebih tinggi  di salah satu perguruan tinggi swasta ternama di Jakarta. Aku hengkang dari daerah asalku  ke Jakarta karena orang tuaku mampu membiayai kuliahku. Papa memiliki perusahaan kontraktor  yang omsetnya  lumayan besar,  sehingga aku setiap bulan mendapat kiriman uang yang lumayan besar juga. Biaya hidup dan biaya perkuliahan  terpenuhi. Bahkan jatah uang bulanan yang dikirim orang tuaku selalu  berlebihan. Kelebihan itu  sering aku  gunakan untuk hidup  berfoya-foya di Jakarta.

Karena ini merupakan kisah nyata. Semua nama-nama  yang terlibat disamarkan. Begitu juga dengan daerah asalku tidak dijelaskan lebih rinci.  Tempat-tempat yang dikunjungi juga  tidak dijelaskan terperinci. Ini semua semata-mata untuk menjaga privasi tempat tersebut.

Namaku  Dony Oktavian. Umurku  saat ini 22 tahun. Aku merupakan anak tunggal. Postur tubuhku cukup proporsional, karena memiliki tinggi badan 175 cm dan berat 70 kilogram.  Aku berkulit putih dan memiliki tubuh agak kekar, karena sering fitnes ringan. Oleh teman-temanku di kampus kerap mengatakan aku tampan. Tapi aku bukan tipe  lelaki playboy.

Aku  menempuh pendidikan di salah satu perguruan tinggi swasta ternama di Jakarta, Fakultas Teknik, yang kini  sudah  di semester akhir. Tempat tinggalku di sebuah  apartemen  yang terletak di kawasan elit Jakarta Pusat. Aku menyewa apartemen itu per tahun,  kemudian diperpanjang kembali. Dan untuk memperlancar  aktivitasku di Jakarta, orang tuaku menghadiahkan  mobil Mitsubishi Xpander saat aku berulang tahun Ke-19, tiga tahun lalu.

Namun tiba-tiba masalah besar itu datang. Perusahaan orang tua di daerah asalku nyaris bangkrut, akibat terlalu besar hutang yang  menumpuk. Imbasnya, perusahaan  tidak lagi mendapat proyek-proyek besar.

Masalah ini membuat kehidupanku di Jakarta menjadi tidak stabil, karena uang yang dikirim orang tuaku  tidak lagi mencukupi untuk biaya hidup di Jakarta.  Mamaku meminta agar aku mengurus cuti perkuliahan dan pulang ke daerahku untuk membantu papa menggairahkan kembali perusahaan.

Masalah kehidupan yang menimpa ini, membuat aku sadar bahwa kekayaan orang tua  jangan disalahgunakan. Jangan hidup berfoya-foya dengan kekayaan tersebut.  Aku seakan dicambuk untuk menjalani hidup yang mandiri. Aku kemudian  memutuskan untuk tetap melanjutkan kuliah di Jakarta. Aku tak mau pulang ke daerah asalku sebagaimana keinginan  orang tua.

Diam-diam tanpa sepengetahuan mereka, mobil Xpander yang dipakai sehari-hari aku jual. Uang hasil penjualannya, aku pakai  untuk melanjutkan kuliah yang diketahui cukup mahal. Sebagian lagi aku membeli sepeda motor seken untuk mengganti alat transportasiku. Aku juga tidak melanjutkan menyewa  apartemen. Kini aku  hanya kos-kosan masih di kawasan Jakarta Pusat. Kos-kosan yang sederhana.

Masalah kian  bertambah, pacarku Priska sekampus denganku, minta  putus. Mungkin karena aku tidak tajir lagi. Ada perasaan  kecewa namun hanya sesaat. Seterusnya  tak mengambil pusing lagi dengan putus cinta tersebut.

Dibenakku bertekad untuk menyelesaikan kuliah sampai menyandang gelar sarjana. Aku kemudian memutuskan untuk mencari pekerjaan di Jakarta sambil kuliah tetap jalan.

Beruntung tak mengalami kesulitan untuk mencari pekerjaan. Aku melamar di sebuah restoran mewah  hanya  menggunakan ijazah SMA. Setelah manajemen restoran melakukan interview,  aku pun diterima. Dan yang paling menyenangkan, aku bekerja hanya  sore  sampai malam.  Mulai pukul lima sore sampai pukul dua belas malam. Itu artinya di pagi sampai siang hari  memiliki waktu untuk kuliah.

Keberadaan restoran ini tidak jauh dengan kos-kosanku.  Bangunannya sangat luas dan terdapat fasilitas  parkiran mobil.  Konsep bangunan restoran ini ala Eropa dengan perpaduan sentuhan modern.  Interiornya terkesan berkelas, paduan industrial di beberapa sudutnya.  Selain itu desain restoran ini unik, terlihat pada penataan meja, kursi dan dinding. Khusus dindingnya perpaduan marmer, kaca dan sentuhan kayu sehingga  memberikan atmosfer yang  nyaman bagi konsumen.

Akan halnya  menu andalan  di restoran ini adalah menu Eropa, dengan seorang chef yang profesional. Meski begitu, restoran ini  menyediakan juga  menu Indonesia. Sementara karyawan yang bekerja sekitar 30 orang, sudah termasuk manager, asisten manager,  chef eksekutif, chef pembantu,  penerima tamu, pelayan restoran, kasir dan pencuci peralatan. 

Aku bekerja di restoran ini  sebagai pelayan pengantar makanan. Aku mencintai pekerjaan ini,  menjalaninya dengan penuh semangat. Aku juga  menekuni  pekerjaan ini  dengan sungguh-sungguh tanpa merasa terbeban, sehingga tak terasa sudah sebulan bekerja.

Tibalah saatnya  menerima gaji pertama dari keringat lelahku sendiri. Tapi dari gaji pertama ini, belum mencukupi jika membiayai kuliahku.

Di bulan kedua, aku mendapat informasi  dari teman sesama karyawan mas Indra, dia seringkali  bekerja lembur. Bekerja lembur mendapat tambahan penghasilan di luar gaji rutin per bulan.  Aku menanyakan  hal ini ke pihak manajemen restoran dan langsung  diperbolehkan  bekerja lembur.  Namun hanya dua kali dalam seminggu.

2

AKU memanfaatkan peluang kerja lembur ini, tak lain untuk menambah penghasilan agar biaya perkuliahan terpenuhi.  Bekerja lembur dihitung jika  sejak  restoran dibuka pukul sembilan pagi hingga restoran ditutup pukul dua belas  malam.

Kebetulan jadwal  kuliahku  tidak setiap hari lagi,  tinggal tiga mata kuliah yang harus dituntaskan di semester berjalan ini. Dengan begitu, jika  tak ada jadwal  kuliah maka  waktu yang tidak terpakai itu  dimanfaatkan untuk bekerja lembur. Namun, walau sudah bekerja lembur belum juga mencukupi  biaya kuliah  yang mencapai puluhan juta.

Suatu saat, aku mengantar makanan pada seorang konsumen  baru. Itu sekitar pukul sembilan malam.  Aku menyebutnya  konsumen  baru, karena baru kali ini melihatnya. Dia  perempuan. Kelihatannya masih muda berpenampilan menarik, cantik dan  rambutnya  sebatas punggung. Dia hanya sendirian.

Ada kebiasaan unik yang  terjadi di restoran ini,  konsumen  yang pertama kali datang  langsung ketagihan dengan menu yang ada. Jika sudah ketagihan maka konsumen  akan datang terus menerus di restoran ini.

Itulah sebabnya, setiap konsumen baru yang datang akan mendapatkan perhatian  khusus oleh pihak restoran. Namun, konsumen lama juga mendapatkan pelayanan yang baik. Kami  sebagai pelayan, diharuskan ramah melayani semua konsumen yang datang.

Selamat malam mbak, ini makanan dan minuman yang dipesan. Selamat menikmati Aku berujar  ramah pada konsumen  perempuan tersebut,  sambil menebar senyuman.

Terima kasih mas, ujarnya dengan ramah juga.

Kalau masih ada yang pengen dipesan, panggil aja kami mbak Aku kembali berujar.

Kayaknya gak ada lagi mas, udah cukup Dia berkata  sambil menatapku dengan mata sayu. Aku membalasnya dengan senyuman tipis sambil berlalu.

Ketika sibuk melayani konsumen lain,  tak sengaja pandanganku tertuju pada konsumen itu yang kelihatan sudah selesai makan. Dia memanggilku dengan menggerakkan tangan. Sebagai pelayan yang baik, aku pun bergegas menghampirinya.

Mas minta dong bill-nya, sahut konsumen ini.

Baik, bentar ya mbak, kataku.

Aku  ke meja kasir mengambil bill dan kembali padanya.

Ini bill-nya mbak

Dia mengambilnya dan mengamati harga yang tertera. Dia kemudian merogoh uang di tas kecilnya. Terlihat beberapa lembar  pecahan lima puluh ribu, lalu  menyerahkan padaku.

Mas ini uangnya, kembaliannya untuk mas aja

Maaf mbak, jadi nggak enak!

Nggak apa-apa.  Itu tip untuk mas, karena mas melayani dengan baik.

Terima kasih mbak, ucapku  menerima uang tersebut, sambil melangkah berlalu.

Mas, tunggu!

Tiba-tiba dia mencegatku. Aku berhenti dan kembali menghampirinya.

Kenapa mbak, ada yang bisa dibantu? Aku berucap dan tetap menebar senyuman.

Boleh, nggak,  tante tau nama mas?

Dia kemudian berdiri dan menjulurkan tangan kanannya, bermaksud ingin berkenalan.  Aku  meresponnya.

Namaku Dony, ujarku sambil menyalami tangan konsumen cantik ini.

Aku Fitrin. Kelihatannya aku lebih tua jauh denganmu. Jadi panggil aja tante Fitrin, balasnya.

Usai menyebut namanya, dia menatapku dengan senyuman pesona.  Aku tetap bersikap ramah, membalasnya juga dengan senyuman.

Don nanti aku kembali lagi ke sini, sambungnya akrab, seraya melangkah keluar restoran.

Baik tante,  hati-hati di jalan, ujarku.

Iya, terima kasih Don Dia berucap  sambil melangkah  menuju parkiran.

Kami sebagai karyawan, jika melayani  konsumen baru apalagi dia sangat ramah, diwajibkan untuk mengantarnya sampai ke parkiran. Itu salah satu strategi bisnis agar konsumen merasa nyaman. Dan niscaya dia akan kembali lagi  makan di restoran ini.

Aku  berjalan dengan cepat, menyusul tante Fitrin sampai ke lokasi parkiran.  Kelihatannya  dia menuju mobil sedan BMW berwarna hitam. Dia kemudian  memencet remot mobil yang digenggam tangan kanannya.

Don terima kasih ya, ujarnya ramah.

Sama-sama tante, balasku.

Dia selanjutnya menaiki mobilnya dan  berlalu keluar parkiran restoran.

Aku  kembali kedalam restoran melanjutkan  pekerjaan sebagai pelayan pengantar makanan. Di malam ini, restoran ramai dengan pengunjung.  Itulah sebabnya badan terasa letih. Namun pekerjaan dapat dituntaskan  hingga restoran ditutup pukul dua belas malam.

Di kos-kosan sebelum beristirahat malam, ponselku berdering. Ternyata yang memanggil mama. Segera aku pencet tombol berwarna hijau.

Ya ma...

Don gimana kabar kamu. Baik-baik kan? Mama berujar  separuh berbisik.

Iya ma, Dony baik-baik di Jakarta. Dony sehat walafiat. Terus  mama dan papa gimana kabarnya? jawabku, sekaligus balik bertanya.

Don, mama aja  yang nggak sehat. Tadi barusan  pulang dari dokter diantar sama papa. Mama sakit kepala disertai mimisan.

Astaga ma! Mama sebenarnya sakit apa? Aku berkata penuh khawatir.

Gak apa-apa Don. Mama udah  minum obat, sekarang udah mendingan. Don nanti uang kamu papa transfer besok ya. Papa udah tidur nih. Tapi jumlahnya berkurang.

"Ma, nggak

Menikmati pratinjau?
Halaman 1 dari 1