Temukan jutaan ebook, buku audio, dan banyak lagi dengan uji coba gratis

Hanya $11.99/bulan setelah uji coba. Batalkan kapan saja.

Cinta Berbayar Tante Herny
Cinta Berbayar Tante Herny
Cinta Berbayar Tante Herny
eBook92 halaman1 jam

Cinta Berbayar Tante Herny

Penilaian: 5 dari 5 bintang

5/5

()

Baca pratinjau

Tentang eBuku ini

Mamaku masih terus dirawat di salah satu rumah sakit di Singapura.  Sementara aku tak dapat lagi menopang perawatan mama,  dengan mentransfer uang pada rekening papa. Secara tak terduga aku bertemu dengan tante Herny, wanita kaya yang suaminya telah impoten. Tante Herny akhirnya menjawab keinginanku untuk membantu biaya perawatan mama. Bagaimana kisah selanjutnya? Ikuti dibuku ini.   

BahasaBahasa indonesia
Tanggal rilis4 Apr 2024
ISBN9798224277124
Cinta Berbayar Tante Herny

Baca buku lainnya dari Denus Enli

Terkait dengan Cinta Berbayar Tante Herny

E-book terkait

Romansa untuk Anda

Lihat Selengkapnya

Ulasan untuk Cinta Berbayar Tante Herny

Penilaian: 5 dari 5 bintang
5/5

1 rating1 ulasan

Apa pendapat Anda?

Ketuk untuk memberi peringkat

Ulasan minimal harus 10 kata

  • Penilaian: 5 dari 5 bintang
    5/5
    Keren... Kisah kehidupan yang mendebarkan demi ortu akhirnya terjerat. Namun akhirnya bertobat.

Pratinjau buku

Cinta Berbayar Tante Herny - Denus Enli

DITERBITKAN OLEH

DENUSDIGITALS

Dilarang mengcopy atau memperbanyak sebagian atau seluruhnya isi buku ini, tanpa izin dari Penerbit

EDISI KISAH NYATA

Sebagaimana diceritakan

Dony Oktavian

Kisah ini lanjutan dari kisah sebelumnya yang berjudul:

Terjebak Cinta Berbayar

1

SUDAH hampir enam bulan mamaku dirawat di salah satu rumah sakit di Singapura. Penyakit leukemia yang menggerogoti  tubuhnya belum juga sirna. Mama tetap melakukan tindakan medis kemoterapi. Sementara aku, tidak dapat lagi membantu mama untuk menopang biaya perawatannya  di rumah sakit.

Sebelumnya,  aku rutin  mentransfer uang pada papa setelah memperolehnya dari tante Fitrin. Dia adalah selingkuhanku, lebih tua 20-an tahun denganku. Sementara aku  berusia 22 tahun.

Aku terpaksa nekat melakoni hubungan cinta terlarang dengan tante Fitrin, karena dia wanita tajir. Dia memanjakanku dengan uang.

Kini tante Fitrin tinggal kenangan. Dia telah putus hubungan denganku. Aku pun hanya berserah pada Tuhan untuk kesembuhan mama.

Sambil terus  berdoa  untuk kesembuhan mama, aku tetap menjalankan rutinitas ku sebagai pekerja restoran di bagian  pengantar makanan. Sementara kuliahku masih terbengkalai, padahal sudah di semester akhir. Aku masih menjalani cuti kuliah, entah sampai kapan berakhir.

***

Di tempat kerja, sekira pukul sebelas siang,  ponselku berdering. Kebetulan restoran  sepi pengunjung.  Aku mengamati ponselku siapa yang memanggil, ternyata papa.

Ya pa, gimana keadaan mama Aku menyambungkannya.

Kondisi mama kembali drop Don, sekarang mama lagi kemoterapi, ujar papa.

Mendengar kabar tidak mengenakkan tentang mama, tubuhku langsung terasa lemas. Aku kembali merasa terpukul, karena tidak ada di samping mama.

Kabar itu sungguh meluluhkan hati.

Kabar yang menyakitkan.

Aku berkeinginan untuk terbang ke Singapura mendampingi mama. Tapi aku tak memiliki uang yang cukup untuk ke sana.

Padahal, sebelumnya aku pernah ke Singapura menemani mama di sana,  setelah mendapatkan uang ‘subsidi’ dari tante Fitrin. Bahkan tante Fitrin sampai menyusulku ke Singapura, dan kami bermain cinta di salah satu hotel di sana.

Aku sekarang hanya bersandar dengan gajiku, yang apa adanya untuk bertahan hidup di Jakarta.

Sebelumnya aku pernah merasakan hidup berkelimpahan. Sebab aku anak tunggal dan orang tuaku memiliki perusahaan kontraktor di daerah asalku di Pulau Sulawesi. Itulah sebabnya aku kuliah di Jakarta, di perguruan tinggi swasta ternama.

Saat kuliah di semester awal, aku tinggal di apartemen mewah dan memiliki mobil. Tapi belakangan mobil aku jual, dan  kini aku memilih tinggal di kos-kosan sederhana.

Kekayaan orang tuaku terkuras, karena membiayai mama di rumah sakit kanker ternama di Singapura. Bagi keluarga kami, kekayaan dapat dicari kembali. Tapi untuk menyelamatkan jiwa mama dari sakit kronis yang dideritanya, sulit dicari.

Itulah sebabnya, kami memutuskan mama berobat di Singapura meski biayanya sangat mahal. Kami berkeyakinan dengan agama yang kami anut, mama akan sembuh.

Papa harus kuat hadapi pergumulan keluarga kita. Dony tetap yakin mama akan sembuh, sahutku.

Aku menguatkan papa. Padahal aku sendiri tak kuat lagi mendengar sakit mama yang kembali drop. Aku menunjukkan sikap pada papa, jika aku tetap tabah menghadapinya.

Iya Don, papa juga tetap yakin  mama akan sembuh. Kamu bantu doakan mama ya Papa berujar dengan nada bicara agak tenang.

Pa, Dony selalu mendoakan mama. Dony juga akan berusaha transfer uang ke papa, untuk meringankan biaya pengobatan mama, ucapku.

Don kalo kamu nggak punya uang, jangan maksa. Papa masih punya uang, untuk membiayai perawatan mama.

Iya pa...

Ya udah, kamu fokus kerja dulu sambil kuliah.

Baik pa, Dony mau antar makanan dulu ke pengunjung.

Telepon  terputus.

Aku selanjutnya mengantar makanan pada pengunjung restoran. Saat ini restoran  mulai ramai, karena mendekati jam makan siang. Kebiasaan di restoran ini, begitu jam makan siang tiba akan ramai dengan pengunjungnya. Aku menjalankan rutinitas ini hingga shift siang selesai,  pukul lima sore. Di restoran tempatku bekerja terbagi dua shift, yakni shift siang dan shift malam. Shift siang bekerja mulai pukul sembilan pagi hingga pukul lima sore. Sedangkan shift malam, mulai bekerja pukul lima sore hingga pukul dua belas malam. Kebetulan hari ini aku mendapat jadwal kerja shift siang.

2

DI perjalanan pulang, pikiranku kembali tak tenang, memikirkan mama yang sedang berjuang melawan sakitnya. Sebagai anak tunggal, seharusnya aku turut bertanggung jawab dengan kehidupan keluargaku,  baik suka maupun duka. Mama yang sementara dirawat di rumah sakit, seolah hanya papa yang memikul bebannya. Semantara aku,  tak bisa berbuat banyak  untuk  meringankan beban yang  papa pikul.

Rasanya aku tak berguna lagi di keluargaku.  Hatiku hancur terasa disayat-sayat. Pikiranku menjadi kacau

Menikmati pratinjau?
Halaman 1 dari 1