Temukan jutaan ebook, buku audio, dan banyak lagi dengan uji coba gratis

Hanya $11.99/bulan setelah uji coba. Batalkan kapan saja.

Hapsari Istriku, Selingkuh
Hapsari Istriku, Selingkuh
Hapsari Istriku, Selingkuh
eBook66 halaman37 menit

Hapsari Istriku, Selingkuh

Penilaian: 2.5 dari 5 bintang

2.5/5

()

Baca pratinjau

Tentang eBuku ini

Kecelakaan hebat yang kualami tujuh tahun lalu membuat aku tak mampu menjalankan tugasku sebagai suami. Istriku Hapsari, yang awalnya bisa menerima, kini sering menangis di malam hari.

Hingga suatu saat, Hapsari meminta Reuben, sahabatku yang kebetulan berkunjung ke rumah, agar memijatnya.
Aku menyaksikan dari luar bagaimana Reuben memijat Hapsari. Pijatan yang berujung pada sesuatu. 

Aku pun diperhadapkan dengan dilema. Apakah akan membiarkan istriku bercinta dan berselingkuh dengan Reuben temanku, ataukah menjaga agar Hapsari tetap setia padaku namun menderita bathin?

BahasaBahasa indonesia
Tanggal rilis31 Jul 2018
ISBN9781386246558
Hapsari Istriku, Selingkuh

Baca buku lainnya dari Gilang Pakurangga

Terkait dengan Hapsari Istriku, Selingkuh

E-book terkait

Romansa Kontemporer untuk Anda

Lihat Selengkapnya

Ulasan untuk Hapsari Istriku, Selingkuh

Penilaian: 2.5714285714285716 dari 5 bintang
2.5/5

7 rating0 ulasan

Apa pendapat Anda?

Ketuk untuk memberi peringkat

Ulasan minimal harus 10 kata

    Pratinjau buku

    Hapsari Istriku, Selingkuh - Gilang Pakurangga

    Diterbitkan oleh

    Pakurangga Press

    Hak Cipta Dilindungi Undang-undang

    Sebagaimana diceritakan Dahlan Dwiprakoso kepada Gilang Pakurangga

    Cerita ini benar-benar terjadi.

    Demi alasan privacy, semua nama dan sejumlah detil dalam kisah ini terpaksa disamarkan

    1

    AKU mendengar istriku terisak. Terisak pelan, sangat pelan dan lebih berupa suara samar yang terdengar di tengah malam. Namun aku tahu pasti apa itu. Istriku menangis. Lagi.

    Ini bukan yang pertama, dan bisa dipastikan bukan yang terakhir.

    Istriku, Hapsari (bukan nama sebenarnya) bukan perempuan yang cengeng. Dia tabah. Tak mudah menangis. Dia bisa menahan beragam peristiwa menyakitkan yang menimpa kami selama bertahun-tahun menikah.

    Namun ketangguhan seseorang itu ada batasnya. Ketabahan seseorang punya titik yang tak dapat dilewati. Begitu juga dengan Hapsari.

    Aku tahu, selama beberapa tahun terakhir, istriku menderita. Menderita batin. Penderitaan paling menyakitkan yang bisa dialami oleh mereka yang punya suami.

    Semua berawal pada tujuh tahun lalu ketika aku mendapat kecelakaan. Mobil yang kukendarai ditabrak sebuah truk kontainer. Mobilku ringsek. Aku, secara ajaib, tetap hidup meski tulangku patah-patah.

    Tangan kananku patah, kaki kananku patah, punggungku patah. Juga tulang panggul.Keajaiban dunia kedokteran membuat tubuhku pulih dua tahun kemudian.

    Tulang dalam tubuhku bisa tersambung. Aku bisa berjalan normal seperti orang lain. Secara umum aku sembuh. Sebagian besar. Karena ada satu bagian dalam diriku yang tak sepenuhnya pulih.

    Sejak kecelakaan dan hingga bisa berjalan, aku tak dapat menjalankan tugas sebagai suami. Aku tak bisa lagi bercumbu dengan Hapsari istriku.

    Aku tetap punya hasrat. Keinginanku untuk bermesraan dengan perempuan masih menggebu. Aku tetap punya keinginan yang kuat untuk bertempur. Sayang, senjataku tak berfungsi. Aku tak punya senjata yang kokoh untuk memasuki areal pertempuran.

    Awalnya aku berpikir kalau ketidakmampuanku itu hanya sementara. Hapsari juga tidak terlalu terganggu. Kami bahkan beberapa kali bercanda soal senjataku yang tetap lembek meski sudah dipancing dengan beragam cara.

    Namun setelah satu tahun, aku memutuskan untuk memeriksa ke dokter. Dokter yang memeriksa mengatakan bahwa ada gangguan dalam aliran darah ke senjataku. Gangguan ini disebabkan oleh kecelakaan yang kualami. Bahwa 99% kemungkinan aku tak akan bisa bertempur lagi.

    Tak puas dengan diagnosa dokter pertama, aku dan Hapsari memeriksakan ke dokter kedua. Kali ini pemeriksaan yang lebih lengkap, termasuk laboratorium. Kesimpulannya sama. Ada hambatan ke senjataku yang tak memungkinkan untuk beraksi.

    Ada belasan dokter di Jakarta yang kudatangi. Tak puas, aku memeriksakan diri ke Singapura. Diagnosanya sama. Bahwa tak ada aliran darah yang cukup untuk membuat senjataku membesar.

    Aku pun mencoba beragam obat khusus lelaki. Rata-rata obat itu cukup mahal, harganya ratusan ribu hingga jutaan rupiah per butir. Namun tetap takada dampaknya.

    Setelah semua upaya pengobatan medis modern tidak berhasil, aku mencoba metode alternatif. Dibantu sahabat baikku Reuben, aku mengunjungi sejumlah lokasi yang menjanjikan pengobatan untuk jenis penyakit seperti yang aku alami. Aku pun menjalani beragam pengobatan, mulai dari dimandikan, dipijat, dioles, diurut termasuk menggunakan beragam obat alami yang dioles maupun yang diminum.

    Namun hasilnya nihil.

    Senjataku tetap tak berfungsi.

    Aku tetap tak bisa bertempur.

    Hapsari mendukung penuh semua upaya pengobatan yang

    Menikmati pratinjau?
    Halaman 1 dari 1