Pendekar Pedang Naga Menangis: Malaekat Putih: Seri Pendekar Pedang Naga Menangis, #1
Oleh FARY SJ OROH
5/5
()
Tentang eBuku ini
Diadaptasi dari film full action produk Hollywood yang dibintangi aktor Keanu Reeves yang diolah menjadi cerita silat.
Tentang Han Liong, pendekar yang pernah menjadi pembunuh bayaran, yang terpaksa berurusan dengan Perkumpulan Kembang Merah
setelah kuda kesayangannya dicuri dan dibunuh.
Cerita silat ini diberi bumbu asmara yang melibatkan sosok cantik jelita yang dijuluki Malaekat Putih.
Bagaimana kisah selengkapnya? Dan siapa sebenarnya Malaekat Putih itu?
Baca buku lainnya dari Fary Sj Oroh
Gajah Mada: Cinta Dua Dunia Penilaian: 4 dari 5 bintang4/540 “Jurus Mabuk” Menulis: Panduan Menulis untuk Pemula Penilaian: 4 dari 5 bintang4/5Malin Kundang: Si Arcaraga Penilaian: 4 dari 5 bintang4/5Garuda Hitam Penilaian: 4 dari 5 bintang4/5Lyra Gadis Perkasa Penilaian: 3 dari 5 bintang3/5Be Smart and Confident: 35 Kisah Inspiratif untuk Hidup Cerdas, Percaya Diri dan Sukses Penilaian: 4 dari 5 bintang4/59 Alasan Kenapa Penguasa Dinasti Han Bukan Leluhur Minahasa Penilaian: 2 dari 5 bintang2/5
Terkait dengan Pendekar Pedang Naga Menangis
Judul dalam Seri Ini (1)
Pendekar Pedang Naga Menangis: Malaekat Putih: Seri Pendekar Pedang Naga Menangis, #1 Penilaian: 5 dari 5 bintang5/5
E-book terkait
Pendekar Pemuas Nafsu: Erang Kenikmatan Lie Mo Ciu Penilaian: 0 dari 5 bintang0 penilaianPendekar Pemikat Kembang: Go-bi Sin-kiam Penilaian: 4 dari 5 bintang4/5Demoniac the anti god Penilaian: 5 dari 5 bintang5/5Pendekar Pemuas Nafsu: Rintih Kenikmatan Bibi Liong: Seri Pendekar Pemuas Nafsu Penilaian: 4 dari 5 bintang4/5Pendekar Pemuas Nafsu: Erang di In-hoa-kiong: Seri Pendekar Pemuas Nafsu Penilaian: 4 dari 5 bintang4/5Si Pemetik Bintang: Geliat Jago Pedang Penilaian: 4 dari 5 bintang4/5Perempuan Bergaun Kafan Penilaian: 0 dari 5 bintang0 penilaianMy Friend's Wife: Anjani: Seri Selingkuh dengan Istri Teman Penilaian: 4 dari 5 bintang4/5Bukan Istri Majikan Penilaian: 4 dari 5 bintang4/5Pendekar Pemuas Nafsu: Rintih Kenikmatan di Cin-ling-san: Seri Pendekar Pemuas Nafsu, #1 Penilaian: 4 dari 5 bintang4/5Pendekar Pemuas Nafsu: Rahasia di Pulau Salju Penilaian: 4 dari 5 bintang4/5Memori Tanpa Nama Penilaian: 3 dari 5 bintang3/5My Friend's Wife: Zahra: Seri Selingkuh dengan Istri Teman Penilaian: 3 dari 5 bintang3/5Cinta 3 Sisi [Not English] Penilaian: 4 dari 5 bintang4/5Eliksir Dua Rindu - Permata Dewi Hygea: 3 Penilaian: 4 dari 5 bintang4/5Last Second Penilaian: 4 dari 5 bintang4/5Pendekar Pemuas Nafsu: Rintih Kenikmatan di Lembah Birahi Penilaian: 3 dari 5 bintang3/5Pendekar Tanpa Air Mata Penilaian: 5 dari 5 bintang5/5Digoda Istri Bos Penilaian: 4 dari 5 bintang4/5Kejar, Kumpulan Cerpen Suspense Penilaian: 5 dari 5 bintang5/5Pendekar Empat Alis: Kekaisaran Rajawali Emas: Serial Petualangan Pendekar Empat Alis Penilaian: 5 dari 5 bintang5/5Skandal Pesta Lajang Alisha, Maura dan Salina Penilaian: 4 dari 5 bintang4/5Suami Pengganti untuk Tante Laila Penilaian: 4 dari 5 bintang4/5Honeymoon Penilaian: 4 dari 5 bintang4/5Menggoda Aurell, Kekasih Teman Penilaian: 5 dari 5 bintang5/5Terpesona Gadis Tetangga Penilaian: 5 dari 5 bintang5/5My Friend's Wife: Serena: Seri Selingkuh dengan Istri Teman Penilaian: 4 dari 5 bintang4/5Senjata Rahasia Bulu Merak: Seri Tujuh Senjata, #2 Penilaian: 0 dari 5 bintang0 penilaianO Sole Mio Penilaian: 4 dari 5 bintang4/5Skandal Aizza, Istri yang Dipaksa Selingkuh Penilaian: 4 dari 5 bintang4/5
Fiksi Aksi & Petualangan untuk Anda
Kisah Supernatural Dari Dunia Jin Vol 1 Penilaian: 4 dari 5 bintang4/5Last Second Penilaian: 4 dari 5 bintang4/5Si Pemetik Bintang: Geliat Jago Pedang Penilaian: 4 dari 5 bintang4/5Pedang Bermandikan Kembang Penilaian: 5 dari 5 bintang5/5Di Belakang Barisan Musuh Diselamatkan oleh Senjata Rahasia: Bahasa Indoneasia Penilaian: 4 dari 5 bintang4/5Kejar, Kumpulan Cerpen Suspense Penilaian: 5 dari 5 bintang5/5Perjalanan ke Masa Lalu Penilaian: 0 dari 5 bintang0 penilaianPendekar Harum: Maling Romantis: Serial Pendekar Harum Penilaian: 4 dari 5 bintang4/5Mandat dari Pakde: Satir Getir untuk Sebuah Negeri Penilaian: 0 dari 5 bintang0 penilaianPerburuan Wahyu Cakraningrat Penilaian: 2 dari 5 bintang2/5Pendekar Empat Alis: Kekaisaran Rajawali Emas: Serial Petualangan Pendekar Empat Alis Penilaian: 5 dari 5 bintang5/5Pendekar Empat Alis: Duel Jago Pedang: Serial Petualangan Pendekar Empat Alis Penilaian: 5 dari 5 bintang5/5Pendekar Tanpa Air Mata Penilaian: 5 dari 5 bintang5/5Pendekar Empat Alis: Bandit Penyulam: Serial Petualangan Pendekar Empat Alis Penilaian: 0 dari 5 bintang0 penilaianPendekar Negeri Minahasa Buku Kedua: Api: Kisah Para Waraney Penilaian: 4 dari 5 bintang4/5Kerajaan Misteri Penilaian: 0 dari 5 bintang0 penilaianSenjata Rahasia Bulu Merak: Seri Tujuh Senjata, #2 Penilaian: 0 dari 5 bintang0 penilaianPedang Abadi: Seri Tujuh Senjata Penilaian: 0 dari 5 bintang0 penilaianSisi yang Berlawanan Penilaian: 0 dari 5 bintang0 penilaianPendekar Negeri Minahasa, Buku Pertama, Darah: Kisah Para Waraney, #1 Penilaian: 5 dari 5 bintang5/5Analisis Masalah Seksual Penilaian: 0 dari 5 bintang0 penilaian
Kategori terkait
Ulasan untuk Pendekar Pedang Naga Menangis
3 rating0 ulasan
Pratinjau buku
Pendekar Pedang Naga Menangis - FARY SJ OROH
Dendam itu nyata
Asmara itu nyata
Hasrat dan impian,
Mungkinkah menjadi nyata?
Kisah ini terinspirasi dari sebuah film aksi Hollywood yang dibintangi Keanu Reeves
Dengan sentuhan cerita silat
Dan bumbu asmara yang menggetarkan
DITERBITKAN OLEH
DAUNILALANG PUBLISHING
Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh cerita ini tanpa ijin tertulis dari penerbit
Pertanyaan dan saran:
faryoroh@gmail.com
www.faryoroh.com
1
Sapu Tangan Berwarna Hijau
––––––––
KUDA bagus...
Bun Han Liong yang sedang mengikat kudanya di depan kedai, menoleh sedikit, dan mengangguk. Ini bukan yang pertama kali dia mendengar orang memuji kudanya. Kuda miliknya ini memang bagus. Kuat, besar dan gagah. Kuda miliknya juga sangat menarik perhatian karena bulu-bulunya yang putih. Sangat putih. Jauh lebih putih dari salju yang kini menutupi permukaan tanah.
Berapa harganya?
Orang itu kembali bertanya.
Han Liong melirik sekilas. Orang ini bukan yang pertama yang menanyakan harga kudanya. Barang yang bagus memang selalu menarik minat orang untuk membeli.
Kuda ini tidak dijual,
kata Han Liong singkat.
Begitukah? Tak ada barang di dunia ini yang tidak dijual, termasuk kuda. Semua ada harganya. Bahkan manusia juga ada harganya dan bias dibeli...
Hmmm
Han Liong yang awalnya tak tertarik menanggapi, terpaksa melirik. Yang berbicara sejak tadi adalah lelaki muda. Berusia dua puluhan tahun. Dia mengenakan pakaian berwarna kuning, dengan wajah kuning. Ketika tersenyum, terlihat kalau giginya juga berwarna kuning. Dia mengenakan ikat kepala berwarna merah dengan simbol kembang. Ikat pinggangnya juga berwarna merah dengan simbol yang sama, kembang.
Ada hal tertentu di dunia ini yang tidak dijual,
Han Liong berkata dingin, termasuk kudaku ini. Pek Ma bukan sekedar tunggangan. Dia temanku.
Dia kemudian menoleh ke kudanya dan dengan lembut menepuk kepala kuda putihnya itu. Banyak hal telah kami lalui, dan masih banyak hal yang akan kami lewati. Kudaku ini tidak dijual dan tak akan pernah dijual.
Kuda putih itu meringkik, seakan setuju dengan yang dikatakan tuannya.
Kau pasti orang baru di sini...
Pemuda itu kembali berbicara.
Aku memang orang baru di sini,
jawab Han Liong.
Karena kau orang baru, kau tidak tahu bahwa tak ada orang yang menolak permintaan Ang-lian-pang (Perkumpulan Kembang Merah).
Han Liong tersenyum kecut. Ternyata Pekumpulan Kembang Merah. Dia pernah mendengar tentang perkumpulan ini. Kabarnya mereka memiliki banyak anggota berilmu tinggi. Nama besar perkumpulan ini bahkan bergema hingga ke Kotaraja.
Kabarnya Perkumpulan Kembang Merah menguasai perdagangan garam dan jual beli kain sutra di seputaran Sungai Kuning. Sama halnya dengan perkumpulan lainnya, bisa diduga kalau mereka juga menguasai perjudian dan pelacuran di sejumlah kota, termasuk kota ini.
Nama besar perkumpulan ini rupanya membuat anggotanya besar kepala. Seperti halnya pemuda kuning ini. Kebesaran dan kehebatan memang terkadang berbareng dengan meningkatnya kesombongan.
Di kota ini, mungkin penduduknya takut pada Perkumpulan Kembang Merah. Namun aku tidak takut pada siapa-siapa...
Hal Liong menatap pemuda itu, dan kemudian memasuki kedai yang riuh rendah.
Mata pemuda itu menyipit. Wajahnya mengeras. Dia menatap Han Liong yang kini duduk dengan nyaman di dalam kedai.
Pemuda itu menjentikkan jarinya. Tiga lelaki dengan sigap mendekatinya. Ketiga lelaki itu juga mengenakan pakaian serba kuning, dengan ikat kepala dan ikat pinggang berwarna merah.
Aku tetap menginginkan kuda ini. Lanjutkan dengan Rencana Gagak Hitam. Kuda ini harus menjadi milikku.
Si pemuda itu berbisik lirih.
Ketiga lelaki itu mengangguk.
Segera dilaksanakan, Tuan Muda Ketiga...
***
Sangat menyenangkan ketika perut kosong diisi dengan bebek panggang.
Sangat menyenangkan ketika perut kosong diisi bebek panggang bersama arak.
Sangat menyenangkan ketika perut kosong diisi bebek panggang bersama arak dan ditemani dua gadis cantik.
Dua gadis itu segera duduk di dekat Han Liong, tak lama setelah makanan disajikan. Mereka berwajah cantik, dengan wajah yang putih bersih. Mata mereka bercahaya. Bibir mereka terlihat ranum ketika tertawa.
Kedua gadis ini masing-masing mengenakan pakaian biru dan hijau.
Ini bukan yang pertama kali Han Liong didekati gadis cantik ketika sedang makan. Biasanya gadis-gadis itu segera menjauh ketika tahu kalau Han Liong bukan pemuda berada.
Namun kedua gadis ini berbeda.
Mereka terlihat sangat ramah.
Mereka juga memesan arak sambil mengeluarkan kepingan perak.
Kongcu terlihat lelah. Biar kami menemani kongcu...
Gadis berbaju biru tertawa sambil mengisi cawan Han Liong dengan arak.
Han Liong pura-pura tidak mendengar.
Dia meneruskan makan, dan sesekali minum. Dia tidak menanyakan nama kedua gadis ini. Mereka juga tidak menanyakan namanya.
Dia tidak tahu kenapa kedua gadis ini mendekatinya. Memang, Han Liong menyadari kalau wajahnya lumayan tampan. Namun dia juga tahu bahwa ketampanan wajahnya belum cukup untuk membuat dua gadis asing mendekatinya dan bahkan mentraktirnya arak.
Yang pasti, kedua gadis ini rupanya hendak membuat dia mabuk. Dalam hati Han Liong tertawa. Untuk membuat dia mabuk, kedua gadis ini setidaknya harus menyajikan 50 guci arak. Jika hanya lima guci, itu bukan apa-apa