Temukan jutaan ebook, buku audio, dan banyak lagi dengan uji coba gratis

Hanya $11.99/bulan setelah uji coba. Batalkan kapan saja.

Pendekar Pemuas Nafsu: Erang di In-hoa-kiong: Seri Pendekar Pemuas Nafsu
Pendekar Pemuas Nafsu: Erang di In-hoa-kiong: Seri Pendekar Pemuas Nafsu
Pendekar Pemuas Nafsu: Erang di In-hoa-kiong: Seri Pendekar Pemuas Nafsu
eBook83 halaman50 menit

Pendekar Pemuas Nafsu: Erang di In-hoa-kiong: Seri Pendekar Pemuas Nafsu

Penilaian: 3.5 dari 5 bintang

3.5/5

()

Baca pratinjau

Tentang eBuku ini

Seorang pemuda ditemukan pingsan di dekat pintu gerbang In-hoa-kiong. Setelah diperiksa, di tubuh laki-laki itu ternyata
ada racun pembangkit birahi yang membuat pemuda itu kehilangan kesadaran. Pemimpin In-hoa-kiong, yakni Kiau-sing Kiongcu
dan Lian-goat Kiongcu harus memutuskan apakah membiarkan pemuda itu menjadi gila, atau mengobatinya dengan cara bermain
cinta dengannya.
 

BahasaBahasa indonesia
Tanggal rilis13 Feb 2021
ISBN9781393233992
Pendekar Pemuas Nafsu: Erang di In-hoa-kiong: Seri Pendekar Pemuas Nafsu

Baca buku lainnya dari Tang Bun An

Terkait dengan Pendekar Pemuas Nafsu

Judul dalam Seri Ini (3)

Lihat Selengkapnya

E-book terkait

Romansa untuk Anda

Lihat Selengkapnya

Kategori terkait

Ulasan untuk Pendekar Pemuas Nafsu

Penilaian: 3.5 dari 5 bintang
3.5/5

4 rating0 ulasan

Apa pendapat Anda?

Ketuk untuk memberi peringkat

Ulasan minimal harus 10 kata

    Pratinjau buku

    Pendekar Pemuas Nafsu - Tang Bun An

    Diterbitkan oleh

    Sungai Telaga Corporation

    Hak Cipta Dilindungi Undang-undang

    1

    DI dunia persilatan, ada beberapa tempat yang dikenal sangat angker. Selain sukar didatangi orang biasa, tempat-tempat itu menjadi kediaman tokoh sakti yang tak sungkan menurunkan tangan besi kepada pendatang tak diundang. Beberapa tempat yang ditakuti itu antara lain Ok-jin-kok  (Lembah Kaum Penjahat), Ban-hwa-kok (Lembah Selaksa Bunga),  Liong-hwee-kok (Lembah Naga Api) dan  In-hoa-kiong (Istana Awan Bunga).

    Dari semua tempat yang angker dan ditakuti ini, adalah In-hoa-kiong yang paling membuat warga, termasuk mereka yang biasa berkecimpung di dunia kangouw, merasa ngeri. Terutama untuk para lelaki.

    In-hoa-kiong merupakan tempat yang hanya dihuni perempuan. Semua penghuninya perempuan. Siapapun yang berjenis kelamin laki-laki dilarang memasuki wilayah In-hoa-kiong. Tak sedikit laki-laki yang dibunuh di tempat karena mencoba memasuki tempat itu tanpa ijin.

    Bahwa In-hoa-kiong tak sungkan membunuh para lelaki itu karena para penghuninya memang punya ilmu silat yang sangat tinggi. Kedua pimpinan di tempat itu, yakni Kiau-sing Kiongcu dan Lian-goat Kiongcu bahkan disebut-sebut sebagai dua tokoh tersakti di dunia persilatan. Mereka konon punya kesaktian yang setara dengan dewa.

    Meski terkenal karena keangkeran dan kesaktian, Kiau-sing Kiongcu dan Lian-goat Kiongcu jarang menampakkan diri ke dunia persilatan. Biasanya kalau ada urusan, atau jika menerima undangan dari pimpinan partai atau perkumpulan ternama, mereka mengirim salah satu atau beberapa pembantu utama. Kiau-sing Kiongcu dan Lian-goat Kiongcu punya empat pembantu yang selain berkepandaian tinggi juga berwajah cantik.

    Kecantikan, memang menjadi salah satu ciri khas In-hoa-kiong, terutama kedua pemimpinnya. Kedua perempuan kakak-beradik selain punya kesaktian setara dewa, juga punya kecantikan yang setara bidadari di khayangan.

    Kehidupan di In-hoa-kiong berlangsung biasa, ketika sesuatu terjadi. Sesuatu yang akan mengubah In-hoa-kiong selamanya.

    Semua berawal ketika muncul laporan dari penjaga bahwa ada lelaki yang ditemukan pingsan. Lelaki itu pingsan di lembah dekat pintu gerbang sebelah timur. Kiau-sing Kiongcu dan Lian-goat Kiongcu ditemani para pembantunya segera mendatangi tempat di mana lelaki asing itu berada.

    Laporan itu ternyata benar. Ada seorang lelaki yang terbaring tak sadarkan diri.

    Lelaki itu mengenakan pakaian yang koyak-koyak, memperlihatkan tubuhnya yang berisi. Dia belum begitu tua, meski juga tak bisa dikatakan muda. Kemungkinan dia berusia pada kisaran akhir dua puluhan atau awal tiga puluhan. Dia berambut panjang. Kedua matanya terpejam, dengan kedua alis yang tebal. Bibirnya terkatub dengan hidung yang mancung.

    Ihhh... Dia tampan sekali... Bisik Kim Lan, salah satu dari Empat Bidadari Istana Bunga, empat anggota kepercayaan di In-hoa-kong.

    Uhhh.... Sejak kapan kamu jadi genit?

    Tapi dia memang tampan. Juga terlihat, eh apa istilahnya? Jantan. Dia terlihat berbeda dengan laki-laki yang pernah kukenal.

    Mereka, termasuk Kiau-sing Kiongcu dan Lian-goat Kiongcu terdiam. Namun mereka harus mengakui kalau yang dikatakan Kim Lan barusan itu benar. Laki-laki ini bukan hanya tampan namun jantan.

    Apa yang harus kita lakukan Toa-kiongcu (Puteri pertama)? Apakah harus kita biarkan di sini atau kita tolong? Kim Lan bertanya pada Kiau-sing.

    Yang ditanya terdiam penuh keraguan. Dia menatap ke adiknya, Lian-goat.

    Lelaki ini tidak sadarkan diri. Aku merasa tidak patut jika kita biarkan dia mati di sini. Kita coba sadarkan dia dan jika ternyata dia patut mati kita bunuh saja. Lian-goat berujar tenang.

    Kiau-sing mengangguk setuju. Dalam banyak hal, Lian-goat yang oleh anak buah biasa disapa Ji-kiongcu (Puteri kedua) punya pandangan yang luas.

    Para anak buah kemudian menggotong lelaki itu ke ruang pengobatan. Lian-goat menyuruh memanggil Ang Leng In yang merupakan tabib di tempat itu.

    Leng In segera datang. Alisnya langsung berkerut ketika melihat siapa yang terbaring tak sadarkan diri itu. Ternyata seorang laki-laki. Diam-diam dia merasa heran kenapa kedua ketua tidak membunuh laki-laki ini, bahkan justru memanggil dia untuk mengobati.

    Bantu aku buka bajunya, kata Leng In kepada Kim Lan, satu-satunya anggota Sie Sianli Hwa Kiong (Empat Bidadari Istana Bunga) yang ada di ruangan itu. Dengan cepat mereka membuka pakaian laki-laki itu yang sudah koyak.

    Mereka melihat tubuh bagian atas yang tegap. Bekas luka yang sudah mengering nampak di dada dan perut, pertanda laki-laki ini sudah melewati banyak pertarungan dan merupakan jagoan di dunia persilatan.

    Buka juga celananya, kata Leng In.

    Celana?

    Iya. Celana.

    Semua?

    Tentu semua. Kenapa? Kau belum pernah melihat laki-laki telanjang sebelumnya? Leng In bertanya. Kim Lan yang ditanya bersemu merah. Dengan

    Menikmati pratinjau?
    Halaman 1 dari 1