Temukan jutaan ebook, buku audio, dan banyak lagi dengan uji coba gratis

Hanya $11.99/bulan setelah uji coba. Batalkan kapan saja.

Kivlan Zen Personal Memoranda, dari Fitnah ke Fitnah
Kivlan Zen Personal Memoranda, dari Fitnah ke Fitnah
Kivlan Zen Personal Memoranda, dari Fitnah ke Fitnah
eBook601 halaman6 jam

Kivlan Zen Personal Memoranda, dari Fitnah ke Fitnah

Penilaian: 2.5 dari 5 bintang

2.5/5

()

Baca pratinjau

Tentang eBuku ini

Sebuah Biografi Mayor Jendral (Purn) Kivlan Zen.

Dalam buku ini Mayor Jenderal (Purn) Kivlan Zen , memberikan kesaksian hidupnya mulai dari masa kecil hingga masa pensiun, dimana buku ini banyak mengulas tentang kejadian-kejadian politik di Indonesia dalam pandangan orang pertama. Pada Saat Kivlan Zen remaja pada tahun 1965 pernah menjadi target pembunuhan orang-orang Partai Komunis Indonesia (PKI) , yang didapatinya dari sebuah dokumen yang disebunyikan di kantor PKI di Medan.

Dalam 1998, Kivlan Zen yang menjabat sebagai Kaskostrad, dimana tidak lama kemudian terjadinya kekoncangan politik dengan peristiwa reformasi 1998 yang menjadikan turunnya Presiden Soeharto, disaat itu Kivlan Zen mempunyai banyak peran dalam beberapa kejadian dalam pengendalian keamanan dan ketertiban , dan sebagai salah satu peran central dalam pengamanan Sidang Istimewa MPR dengan membentuk Pam Swakarsa

Beberapa kejadian politik di Indonesia, Kivlan Zen dalam posisi yang banyak tidak diuntungkan bahkan terjadinya banyak target fitnah yang ditujukan kepadanya, seperti dituduh sebagai dalang kerusuhan ambon pada tahun 1999 yang pada saat itu Gusdur memberikan statment tentang Jenderal "K", dan beberapa tahun yang lalu dituduh membuat gerakan makar.

Sebagai seorang Prajurit Kivlan Zen selalu memengang prinsip salah satunya adalah mempertahankan Ideologi bangsa indonesia yaitu Pancasila dan UUD 1945 dengan sebuah gerakan transformasi nilai tetang bahaya laten Komunisme yang selalu mengancam Bangsa Indonesia, selain dari itu Kivlan Zen sebagai seorang tokoh militer nasional mempunyai peran sentral dalam pembebasan sandera WNI yang ditawan oleh kelompok Abu Sayaf di Philipina walaupun dalam masa pesiun.

Buku ini sangat apik untuk dikoleksi dan sebagai sumber referensi akademis dalam melihat Indonesia

BahasaBahasa indonesia
Tanggal rilis23 Sep 2020
ISBN9780463764091
Penulis

Dra. Titi Dwi, M.Si

Dra. Titi Dwi, M.Si A lecturer at the Indonesian zaytun Islamic institute (IAI Al Azis) of Indramayu Indonesia

Terkait dengan Kivlan Zen Personal Memoranda, dari Fitnah ke Fitnah

E-book terkait

Kategori terkait

Ulasan untuk Kivlan Zen Personal Memoranda, dari Fitnah ke Fitnah

Penilaian: 2.5 dari 5 bintang
2.5/5

2 rating0 ulasan

Apa pendapat Anda?

Ketuk untuk memberi peringkat

Ulasan minimal harus 10 kata

    Pratinjau buku

    Kivlan Zen Personal Memoranda, dari Fitnah ke Fitnah - Dra. Titi Dwi, M.Si

    KATA PENGANTAR

    Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh.

    Alhamdulillah hanya karena Ridha dan izinNya genap tujuh puluh tiga tahun usia saya, saya bisa menyelesaikan Memoar saya yang sudah lama saya rencanakan penulisannya. Hikmah yang saya dapatkan dari penahanan saya di Pomdam Jaya adalah menggerakkan semangat saya untuk mulai menulis Memoar saya yang selama ini tertunda karena kesibukan saya.

    Memoar ini adalah catatan pengalaman hidup saya yang tidak dirancang tetapi saya jalani lillahi ta’ala. Tanpa saya sadari telah membentuk suatu karya kehidupan yang membawa pengaruh dan interaksi dengan fihak lain dan lingkungan hidup sekitar saya, ada yang baik dan ada yang tidak menyenangkan baik bagi diri saya ataupun fihak lain. Inilah catatan Memoar saya yang sesungguhnya, tidak mengada-ada untuk kepentingan saya pribadi. Memoar ini mungkin tidak sama dengan kebanyakan biografi para tokoh, karena dalam penyajiannya memang tidak terstruktur karena mengikuti apa yang saya alami dan saya rasakan.

    Banyak teman dan banyak lawan sebagai partner yang memberikan pelajaran pada saya bahkan yang menjerumuskan saya. Ada yang saya sadari, dan banyak yang tidak saya sadari. Saya selalu berpikir dan berusaha berbuat yang baik menurut kehendak Sang Pencipta, Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, tetapi dalam kenyataannya saya menghadapi banyak cobaan dan fitnah. Berbagai cobaan yang baik dan yang tidak baik, menyenangkan dan menyedihkan datang silih berganti, bahkan sampai saat Memoar ini pembaca terima.

    Pada kesempatan ini, terimakasih saya haturkan kepada yang saya hormati abang saya Mayjen (Purn) Mulchis Anwar atas kata sambutannya dalam buku ini, beliaulah yang sangat banyak membantu saya dan berperan besar dalam karier saya di TNI-AD. Ucapan terimakasih juga saya haturkan kepada yang saya hormati Bapak Taufik Ismail yang sudah memberikan inspirasi perjuangan melawan komunis, dan sudah berkenan memberikan kata sambutan untuk buku ini.

    Terimakasih saya sampaikan kepada Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo yang sudah memberi kepercayaan kepada saya untuk melakukan tugas kemanusiaan di Philipina Selatan, sehingga dalam masa pensiun saya masih bermanfaat untuk orang lain. Pengalaman masa pensiun di daerah konflik yang menegangkan dalam upaya penyelamatan anak bangsa semakin memperkaya batin saya.

    Khusus kepada almarhum Jenderal AH. Nasution yang memberikan inspirasi dan kekuatan perjuangan untuk bangsa dan negara sejak saya masih menjadi mahasiswa di UISU sampai saya dinas di TNI-AD, terimakasih dan doa saya panjatkan untuk beliau.

    Selanjutnya ucapan terimakasih saya sampaikan kepada para senior yang sudah banyak memberi kesempatan kepada saya untuk mengembangkan diri,.Mayjen (Purn) A. Rivai dan Ibu, Kol (Purn) Tata M. Anwar dan Ibu, serta para senior di PPAD. Para sahabat dan saudara saya yang selalu memberi dukungan dan semangat Letjen (Purn) Prabowo Subianto, Mayjen (Purn) Aqlani Maza, Mayjen (Purn) Zacky Anwar Makarim, almarhum Mayjen (Purn) Ismed Yuzairi, almarhum Brigjen (Purn) Adityawarman Toha, Brigjen (Purn) Sukijan, Kolonel (Purn) Tengku Razali, Dr. Fadli Zon, Yusafri Syafei dan sahabat-sahabat saya yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu. Kepada Keluarga Besar PII, HMI, KAHMI, Gerakan Bela Negara (GBN), LPMI, YANNESA, dan organisasi-organisasi lain yang tidak tertulis disini, yang pernah memberi kesempatan kepada saya untuk mengembangkan kepribadian, latihan kepemimpinan dan rasa kebangsaan serta cinta tanah air yang melekat erat dalam jiwa dan raga saya.

    Tidak lupa ucapan terimakasih saya untuk team Kuasa Hukum BABINKUM TNI, dan team Kuasa Hukum Ir. Tonin Tachta Singarimbun,SH, Yulianta Sembiring,SH, Henry Badiri Siahaan,SH, Ananta Rangkugo,SH, Ibu Irma Tonin. Terimakasih juga saya ucapkan kepada para mahasiswa IAI Al-Azis yang selalu mendoakan dan memberikan semangat kepada saya dan isteri. Demikian juga terimakasih untuk Eka yang sudah membantu melancarkan urusan dalam, dan Direktur Bidang IT Hartanto, S.IP yang banyak membantu saya dalam mewujudkan terbitnya buku Memoar ini.

    Rasa syukur dan terimakasih kuucapkan kepada isteriku yang setia menemaniku dalam suka dan duka selama ini, bahkan rela tidak tidur sampai dini hari untuk menyelesaikan karya tulisku sejak di Seskoad, Lemhannas, menempuh pendidikan bersama S1 di Universitas Terbuka, S2 di Universitas Indonesia, tulisan-tulisan lain untuk media massa dan cetak serta untuk ceramah-ceramahku, mempersiapkan bahan kuliah untuk mengajar di IAI Al-Azis. Lebih khusus lagi adalah penyelesaian buku Memoar ini. Untuk anak-anak dan menantu-menantuku, serta cucu-cucuku terimakasih karena telah memberikan semangat hidup dan kebanggaan kepadaku Ucapan terimakasih juga saya sampaikan untuk orang tua dan mertua, besan-besan, saudara-saudaraku, ipar-iparku, teman-teman masa kecil di Aceh, Medan, Minangkabau, teman-teman masa Taruna dan para prajurit yang pernah tugas bersama saya, karena semuanya sudah memberi warna-warna yang indah dalam kehidupan saya.

    Penderitaan bukan sebagai musibah, tetapi pengantar menuju kebahagiaan. Semua yang saya alami dalam kehidupan ini saya sikapi dengan berserah diri kepada Allah Azza wa Jalla, karena semua apa yang terjadi adalah atas kehendakNya semata. Apabila dalam Memoar ini ada yang kurang tepat dan menyinggung fihak lain, saya mohon maaf dan bersedia menerima masukan dan koreksi dari siapapun.

    Semoga Memoar saya dapat diambil sebagai perbandingan dan manfaat bagi semua fihak, terutama bagi generasi mendatang khususnya generasi muda TNI.

    Terimakasih,

    Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarokatuuh.

    Jakarta, 24 Desember 2019

    Kivlan Zen

    SAMBUTAN

    Bapak Taufik Ismail

    Kivlan Zen Tokoh Pejuang Bangsa

    Kenangan hidup atau memoar seorang tokoh pejuang bangsa Bapak Kivlan Zen dalam usia 73 tahun yang lebih dari setengah abad diisinya dengan amal bhakti tidak putus-putus, sungguh sangat mengharukan.

    Moyangnya Syech Abdussalam adalah Panglima Perang Imam Bonjol yang merebut Benteng Fort De Kock Bukit Tinggi, beliau mengajar Tarekat Naqsyabandi dan bukunya masih dipakai di Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam dan Patani Thailand Selatan.

    Ia dibesarkan keluarga religius, aktif di organisasi PII (Pelajar Islam Indonesia), HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) di Perguruan Tinggi di Medan. Disamping itu pernah mengikuti Rewa (Resimen Mahasiswa) dalam rangka menghadapi bahaya PKI pada 1965, dan untuk menutup biaya kuliahnya ia rela mendayung becak atau becak mesin pada sore dan malam hari.

    Kivlan masuk AKABRI Darat 1968 dan lulus 1971, disamping itu ia juga sempat menyelesaikan kuliah S1 dan S2 adalah suatu yang patut menjadi contoh bagi generasi muda

    Dalam penugasan sebagai prajurit TNI baik di Irian Jaya, Timor-Timur, Bosnia, Philipina Selatan dalam rangka perdamaian ia terlibat dan dapat menyelesaikannya dengan tuntas dan berhasil, adalah merupakan sumbangsih bagi kejayaan dan kehormatan bangsa Indonesia.

    Peranannya pada masa sulit Mei 1998 dan November 1998 dengan Pamswakarsa khususnya penyelamatan BJ.Habibie dari pembunuhan di Slipi, adalah merupakan suatu tugas kehormatan bagi bangsa Indonesia.

    Ia banyak menulis buku di media cetak maupun media on-line merupakan sumbangsih yang amat berharga bagi perkembangan kehidupan sosial dan politik bagi bangsa Indonesia.

    Dasar ilmu keagamaan yang diperolehnya selama 5 tahun di Taman Al-Furqon Medan, sumbangsihnya dalam kehidupan beragama bagi kehidupan dalam dinas maupun dalam kehidupan bermasyarakat ataupun diskusi-diskusi keagamaan dan sosial amat berharga bagi masyarakat maupun lingkungan kebangsaan Indonesia. Hal ini patut menjadikan contoh kehidupan.

    Dengan demikian lengkaplah dimensi kehidupan Kivlan Zen Datuk Tanameh dari Nagari Maninjau Sumatera Barat sebagai pejuang bangsa.

    Jakarta, 19 Desember 2019

    Taufik Ismail

    Mayjen (PURN) Mulchis Anwar

    Kivlan Zen yang kukenal selama ini

    Aku mengenal Kivlan Zen sejak Letnan Dua ketika kami berada di Kopassus tahun 1972, dia baru pulang Latihan Komando dan harus melanjutkan lagi pada tahun 1975 karena selama 3 tahun Latihan Komando ditiadakan. Waktu itu aku sedang persiapan mengikuti IOAC atau Suslapa Infanteri di Fort Benning USA. Aku nasehati dik Kivlan dan menyarankan kepadanya agar pindah ke Kodam yang masih ada operasi militer dalam rangka menegakkan kedaulatan NKRI seperti di Aceh dan Irian Jaya. Kemudian ia memilih pindah ke Kodam XVII/Cenderawasih Irian Jaya (Papua).

    Karena ia seorang yang amat dalam pemahaman agamanya, dan memegang teguh prinsip serta profesional didalam melaksanakan tugas, ia akan all out dan tidak gampang menyerah dengan resiko apapun bahkan kadang-kadang merugikannya. Untuk itu ia membuktikan walaupun ia pindah dari Kopassus sebagai pasukan elite Angkatan Darat ke Kodam sebagai pasukan teritorial, ia berhasil menghadapi GPK di daerah operasi ataupun tugas-tugas di Pangkalan (basis) Yonif 753, Dodik XX, dan Makodam sehingga ia mendapat penghargaan sebagai Perwira yang diandalkan oleh Kodam XVII/Cenderawasih. Ternyata benar saranku, dik Kivlan berkibar kariernya di Kodam tersebut.

    Dalam perkembangan kariernya aku memberikan kesempatan kepada dik Kivlan untuk mengikuti pendidikan Suslapa di USA pada tahun 1982 setelah Kasdam Kolonel Syamsudin mengirimnya untuk mengikuti testing Suslapa di Kedutaan Besar Amerika di Jakarta, dan ia lulus walaupun baru keluar dari hutan dalam rangka pembebasan sandera Malaysia di perbatasan Irian Jaya - Papua Nugini.

    Aku merasakan kemampuan dik Kivlan ketika ia menjadi Kasi 2/Ops Sektor 2 Ainaro Koopskam Tim-Tim, dan memimpin team kecil pertempuran sehingga kucalonkan menjadi Danyonif 303/SSM tahun 1986. Dengan jabatan ini ia juga berhasil sukses memimpin Yonif 303 menjadi Batalyon terbaik di daerah operasi sehingga ia mendapat KPLB Letnan Kolonel.

    Dalam kesempatan berikutnya karena aku melihat ia mempunyai integritas yang tinggi sebagai seorang Perwira dalam melaksanakan tugas-tugas di basis maupun daerah operasi, sekali lagi aku menyarankan kepada Kasad Jenderal Wismoyo Arismunandar agar ia menjadi Dan Brigif 6 pada tahun 1993. Ia berhasil dalam tugas Latma (Latihan Bersama) dengan Malaysia, disamping itu ia juga merangkap sebagai Dan Men Chandradimuka Akmil tahun 1994 dan sukses walaupun memegang dua jabatan.

    Atas dasar keberhasilannya sebagai Dan Brigif 6 ia diangkat sebagai Kas Divif 1 Kostrad melampaui kebiasaan jenjang jabatan, dari jabatan Kolonel Yunior langsung menjadi jabatan Kolonel Senior, hal ini belum pernah terjadi pada masa generasi penerus. Tak lama kemudian dik Kivlan ditugaskan sebagai Dan Kontindo Garuda XVII B tahun 1995 di Philipina Selatan dan dinaikkan pangkatnya menjadi Brigjen. Maka pecahlah bung Melati tiganya menjadi Bintang…hehehe. Dalam penugasan ini ia juga sukses sehingga terjadi perdamaian antara pemerintah Philipina dengan pemberontak MNLF (Moro National Liberation Front) dengan terbentuknya pemerintahan ARMM (Autonomous Regional Moslem in Mindanao) pada tahun 1996.

    Di penghujung tugasku selaku As Pers Kasad tahun 1997, aku masih sempat mengusulkan Kivlan Zen yang sudah selesai tugasnya di Mindanao Selatan menjadi Kasdam VII/Wirabuana, Sulawesi Selatan tahun 1996 menggantikan Brigjen TNI Fachrul Razi alumni AKABRI ’70 yang diangkat menjadi Gubernur Akmil.

    Setelah aku pindah ke Mabes ABRI Cilangkap sebagai Korsahli Pangab, akhirnya aku hanya mengikuti perkembangan karier dik Kivlan dari jauh dimana dia kemudian menjadi Panglima Divif 2 Kostrad di Singosari Malang, selanjutnya menjadi Kas Kostrad. Aku merasa bangga karena berhasil membinanya sebagai seorang prajurit Sapta Marga yang setia kepada tugas dan tanggungjawab terhadap bangsa dan NKRI.

    Sejarah kemudian membuktikan bahwa penilaianku tepat…karena belasan tahun kemudian pada tahun 2016 dan tahun 2017 Mayjen (Purn) Kivlan Zen ditugaskan oleh Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo dan Menteri Pertahanan Jenderal Ryamizard Ryacudu untuk membantu pembebasan sandera beberapa pelaut Indonesia yang ditahan gerombolan Abu Sayyaf yang sepaham dengan Moro Islamic Liberation Front (MILF) dimana dia berhasil membebaskan para sandera dengan sukses. Rupanya dik Kivlan ini cukup disegani Nur Missuari, mantan Gubernur Mindanao Selatan dan pemimpin besar MNLF.

    Kembali ke buku Memoar yang sedang ditulis dik Kivlan, aku ikut senang dan menghargai, karena seyogyanya setiap Perwira Lapangan dapat menuangkan pengalamannya didalam buku yang akan dapat dibaca oleh generasi muda TNI khususnya, sehingga dapat dijadikan referensi dalam pelaksanaan tugas-tugas mereka di lapangan.

    Saya berpendapat bahwa guru terbaik seorang Perwira Lapangan adalah pengalaman lapangan, baik yang dialami sendiri maupun yang kita pelajari dari pengalaman orang lain. Jadi selamat dik Kivlan atas berhasilnya dinda menulis buku Memoar ini, semoga tetap sehat dan semangat. Tentang perkara hukum yang sedang dinda hadapi, semoga Allah Subhanahu Wa Ta’ala akan selalu melindungi dan merahmatimu. Percayalah bahwa Allah akan selalu memihak kepada yang benar. Aamiin yaa Rabbal’alamiin.

    Jakarta, 9 Desember 2019

    Mayjen (PURN) Mulchis Anwar

    K.H. Abdul Rasyid Abd. Syafii

    Kivlan Zen yang saya kenal

    Saya mengenal Kivlan Zen pada awal tahun 1998 saat ia menjabat Kepala Staf Kostrad membantu Panglima Kostrad Letnan Jenderal Prabowo Subianto.

    Sebagai Kas Kostrad, Mayor Jenderal Kivlan Zen sering menemui Bapak Kyai Haji Cholil Badawi yang pada tahun 1998 itu juga menjabat sebagai Wakil Ketua DPA dan menempati rumah dinasnya di Jalan Ampera/Kemang. Saat itu Bapak K.H. Cholil Badawi juga menjabat sebagai Ketua Umum DDII (Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia) Pusat. Kivlan Zen di rumah dinas itu sering menceritakan perkembangan yang dihadapi Pangkostrad dalam situasi tegang.

    Kivlan menceritakan kepada tamu-tamu di rumah K.H. Cholil Badawi, diantaranya Bapak Hartono Mardjono, SH., MS. Kaban, Fadli Zon, terrmasuk saya sendiri. Kivlan menceritakan dia membantu Prabowo dalam situasi Presiden Suharto diprotes dimana-mana oleh golongan yang tidak menyenangi kepemimpinan Presiden Suharto.

    Kivlan sebagai Kas Kostrad bertindak mencegah amuk di gedung DPR/MPR karena ada pihak yang tidak setuju Habibie menggantikan Presiden Suharto. Kivlan-pun mengerahkan umat Islam termasuk umat yang saya (K.H. Abdul Rasyid Abd. Syafii) pimpin, mengusir orang-orang /massa pendemo di Senayan dan dapat diusir dalam waktu beberapa jam saja dengan mengerahkan umat Islam yang jumlahnya puluhan bus.

    Itulah jasa besar Kivlan Zen, selain itu Kivlan juga negosiator masalah Muslim Moro di Philipina Selatan. Sehingga Kivlan dikenal selain sebagai ahli tempur juga sebagai negosiator. Umat Islam menyebut Kivlan sebagai orang yang patut dibanggakan.

    Jakarta, 30 Desember 2019

    K.H. Abdul Rasyid Abd Syafii

    Abang Sabri Saiman

    Saya mengenal Kivlan Zen, sejak pemuda tanggung (remaja). Kami sama-sama dari keluarga sederhana, tinggal di lingkungan kota Matsum atau populer disebut anak Komat Medan. Di lingkungan inilah kami besar di tahun 50 - 60an, kehidupannya sangat dinamis, pluralis dan agamis. Ada suku Padang, Jawa, Aceh, Batak, Bawean, Tapanuli Selatan, Banten, Sunda, Betawi, dan mayoritasnya tentu saja Melayu Deli. Sungguh nikmat hidup di waktu itu, walaupun kami kadang sedih dan menangis melihat orang tua kami mencari nafkah sebagai orang kecil. Termasuk saudara Kivlan Zen, kadang-kadang saya melihat beliau menarik becak, dan saya pada waktu itu berjualan nasi di pinggir jalan. Beliau punya karakter, kadang pada saat beda pandangan, berkelahi adalah hal yang biasa.

    Kami bersekolah di perguruan Taman Siswa Medan, beliau di Taman Dewasa (SMP) bersama saudara Zahrin, Asmudin, Hartono, Asni, Lukman, dll. Saya di Taman Madya (SMA). Tokoh perguruan Taman Siswa Sumatera Utara adalah Ki Soegondo Kartoprojo, Ermad Husein, Roesli, dan Probo Soetejo. Perlu juga diketahui Pemuda Pancasila dilahirkan di Taman Siswa Jalan Ampelas pada tanggal 28 Oktober 1959 oleh alumni Taman Siswa saudara Effendy Nasution, Amran JS, dkk.

    Kami berpisah pada saat Kivlan Zen pindah ke SMA Negeri 2 Medan. Pada saat pecahnya G30S-PKI, kami berkumpul kembali memberantas PKI, Gerwani, BTI, Pemuda Rakyat, dll, pada saat Sarwo Edi Wibowo menjadi Pangdam Bukit Barisan. Pak Sarwo sangat mengapresiasi Pemuda Pancasila dan memberikan baju loreng darah mengalir sebagai tanda terimakasih. Hingga sampai saat ini baju loreng tersebut masih menjadi seragam resmi Pemuda Pancasila. Beliau kuliah di Fakultas Kedokteran UISU bersama saudara Sabirin Siregar, Khairudin, dll sedangkan saya di Fakultas Kedokteran USU. Kemudian beliau keluar dari UISU dan diterima di Akademi Militer.

    Waktu terus bergulir, baru puluhan tahun kemudian berjumpa kembali saat beliau menjabat sebagai KAS KOSTRAD di Jakarta. Saya melihat karakter beliau tetap tidak berubah pada saat saya dan teman-teman bersilaturahmi di kediamannya. Cerah ceria dan senyumnya yang menawan menggambarkan kepribadian yang utuh pada usia 73 tahun. Insyaa Allah goresan yang sederhana ini akan memaknai arti sejarah persahabatan anak Bangsa yang harus tetap dijaga. Aamiin.

    Jakarta, 31 Desember 2019

    Bang Sabri Saiman

    KESAN-KESAN SAHABAT

    DAN MANTAN ANGGOTA

    Mayjen (Purn) Zacky Anwar makarim

    Sebagai kawan satu Angkatan di AKABRI ’71 Magelang, saya mengenal sosok Kivlan diberbagai daerah operasi Militer baik Irian Jaya (Papua) maupun Timor-Timur. Dia dikenal sebagai pribadi yang unik, pemegang prinsip yang sangat kuat dalam moral keprajuritan dan juga moral Agama.

    Banyak kawan menjuluki dia sebagai LONE RANGER dengan kepercayaan diri yang sangat kuat, didukung keimanan Islamnya yang kuat membuatnya ikhlas dalam bertugas untuk negara ataupun panggilan kemanusiaan.

    Kawan-kawan menjulukinya sebagai LONE RANGER satu-satunya orang Indonesia yang mampu menembus LINGKARAN DALAM tokoh separatis Philipina Abu Sayyaf yang menggegerkan dunia dengan aksi-aksi penculikannya. Kivlan berhasil dalam operasi khususnya membebaskan sandera-sandera Indonesia berkali-kali termasuk warga negara Philipina dan Amerika yang turut dibebaskan.

    Spektrum Operasi Kivlan bukan saja didalam negeri tetapi juga di Luar Negeri untuk tugas Perdamaian dan Kemanusiaan. Dalam mengemban Misi Perdamaian Garuda XVII B tahun 1995 di Philipina Selatan, Operasi Intelijen Strategis telah berhasil mempertemukan Presiden Philipina Fidel Ramos dengan tokoh Pemberontakan Philipina Nur Missuari dan menghasilkan Gencatan Senjata dan Perdamaian, dimana Diplomat PBB-pun tak mampu melaksanakannya.

    Di dalam negeri Kivlan lama bertugas di Irian Jaya (Papua) dan Timor-Timur. Di Papua dia dikenal dalam berbagai operasi pembebasan sandera. Keberhasilan operasi tidak lepas dari pendekatan kemanusiaan yang baik tanpa menimbulkan korban di fihak lawan, dimana Kivlan sendiri mengalami luka tempur dalam melaksanakan tugasnya. Salah satu operasinya yang dikenang masyarakat di Kabupaten Jayapura, di Kampung Doyo Lama dan Doyo Baru adalah memadamkan perang antar suku atau konflik internal suku Papua tahun 1973-1977 dan menciptakan perdamaian. Sampai Kompi Kivlan mendapat hibah tanah dari suku-suku yang berperang untuk pertanian dan pembuatan SD. Inpres. Di Timor-Timur Batalyon Kivlan yaitu Batalyon 303 KOSTRAD juga dikenal dekat dengan masyarakat Tim-Tim.

    Terlepas dari cerita kesuksesan Kivlan sebagai manusia biasa dia juga ada kelemahan akibat kepercayaan diri yang berlebihan. Dia akhir-akhir ini sering lengah dan mudah percaya pada orang-orang yang tidak jelas. Hal ini berakibat dia masuk dalam jebakan fitnah fihak-fihak yang ingin menjerumuskan dirinya.

    Demikian sepintas kesan saya terhadap Kivlan, pejuang kemanusiaan yang saat ini sedang menghadapi jebakan hukum terhadap dirinya.

    Brigjen (Purn) Putut Winarno

    Saya mengenal Mayjen (Purn) Kivlan Zen tahun 1986 pada saat saya masih berpangkat Letnan Dua sebagai Dan Ton Yonif 303/SSM di daerah operasi Ainaro Tim-Tim, setelah serah terima Danyonif 303/SSM dari Letkol Mudin Sutaryadi. Selama menjadi Danyon dua tahun di daerah operasi awal 1986 sampai akhir Desember 1987, saya melihat kepemimpinan beliau amat jauh berbeda dari Danyon yang pernah saya alami sehingga Yonif 303 menjadi Batalyon terbaik dan andalan bagi Koopskam Tim -Tim.

    Dalam pengalaman di daerah operasi Tim -Tim saya melihat dan merasakan ketangguhan fisik dan mental serta ketrampilan olah yudha pertempuran lawan gerilya dari beliau. Kami sebagai prajurit dilatih langsung di lapangan, bersama dalam susah dan senang naik gunung masuk lembah, rawa-rawa, sungai dan lautan untuk menghancurkan Fretilin. Beliau amat berani tetapi tidak melupakan kekuatan Allah Subhanahu Wa Ta’ala dengan tetap menjalankan sholat, dzikir, puasa, dan berdoa sambil bertempur. Khusus para Perwira Batalyon dibekali pengarahan bagaimana memimpin anggota di daerah operasi. Kami diajarkan keberanian menghadapi Fretilin, bahkan beliau pernah terpisah hanya dengan Tamtama pesuruh Sutopo, awak radio dan dokter karena mengejar Fretilin. Akhirnya saya dapat bersatu kembali bertempur bersama beliau. Pada awalnya saya sempat merasa was-was saat Danyon ikut bergerak, banyak tidak diketahui orang kalau pak Kivlan pernah lepas dari induk pasukan karena mengejar musuh, tetapi selamat dan berhasil.

    Beliau membentuk Poskotis Mobile dan bergerak terus menerus selama dua tahun, tidak berada di Posko Utama Statis di puncak gunung atau di tengah kota memimpin pertempuran sebagaimana Danyon lain yang saya lihat. Sehingga kami khawatir atas keselamatan beliau, namun beliau tetap saja tidak memperdulikan hal ini karena mencintai tugas bersama prajuritnya. Pak Kivlan adalah sosok prajurit yang sangat kuat fisiknya, walaupun menghadapi medan yang sangat berat beliau bisa melalui seperti prajurit yang lain, walaupun saat itu usianya paling tua di Batalyon. Pak Kivlan tidur dan makan sama seperti anggota, makan apa adanya. Pak Kivlan selalu menekankan kejujuran, keikhlasan, dan disiplin tempur.

    Selama memimpin pertempuran lawan gerilya baik hubungan besar tingkat Batalyon, maupun hubungan kecil tingkat team pertempuran yang kekuatannya hanya 12-14 orang beliau mengendalikan langsung dan ikut bertempur bersama kami sehingga kami menjadi semangat dan berhasil mengalahkan Fretilin dengan membunuh, menawan hidup, serta merampas puluhan pucuk senjata. Pertempuran yang besar dan berat adalah di rawa-rawa Natarbora pantai selatan Tim -Tim pada tahun 1987. Kami merasa bangga terhadap beliau karena kepemimpinannya sehingga Fretilin termasuk komandannya Lere Anan Timor terluka berat ketika menyelamatkan Xanana.

    Saya selaku Staf Ops Batalyon diperintahkan untuk menelusuri sejarah Batalyon 303/SP, sehingga tersusun buku sejarah Batalyon 303/SP yang semula tidak ada. Sangat fundamental, setelah buku sejarah Batalyon 303 tersusun, pak Kivlan merubah nama Batalyon 303/Setya Perlaya menjadi Batalyon 303/Setia Sampai Mati dan mendapat persetujuan Panglima Kostrad.

    Atas dasar kepemimpinan beliau dan suksesnya Yonif 303 menjadi Batalyon terbaik/andalan di Tim -Tim tahun 1987 beliau mendapat KPLB dari Mayor ke Letkol, dan banyak Tamtama dan Bintara naik pangkat KPLB juga dan disekolahkan Bintara dan Perwira. Selain itu pada tahun 1988 beliau terpilih sebagai Danyon terbaik se-Angkatan Darat, dan saya terpilih sebagai Danki terbaik, baik di daerah operasi maupun di basis.

    Dalam rangka membentuk jiwa korsa beliau merubah lambang dan Sesanti Yonif 303 yang semula Setya Perlaya menjadi Setia Sampai Mati, yang konsep dan sejarahnya saya siapkan. Selama di Pangkalan Yonif 303 Cikajang Garut beliau membangun jiwa korsa dan kebersamaan dengan membangun fasilitas-fasilitas secara mandiri seperti Lapangan Bola, Lapangan Basket, Lapangan Tembak 300 meter, Lapangan Tennis, Barak bujangan, Gapura dan maskot Batalyon dan Kompi-Kompi, membangun Masjid yang semula tidak ada, membangun Koperasi, dan fasilitas lainnya serta memberi hadiah tabungan yang cukup untuk kehidupan kepada semua prajurit. Kami seluruh Perwira dibelikan raket Tennis dan Pedang Perwira, hinggga saat ini pedang tersebut masih ada dan saya simpan dengan baik.

    Pak Kivlan adalah sosok Komandan yang sangat jujur dan semangat, saya tidak pernah menemui Komandan sejujur beliau. Sifat itulah yang saya tiru saat saya jadi Danyon, Danden Intel, Dandim, dan Danrem hingga saya pensiun. Saya dan prajurit lainnya merasa bangga pernah merasakan dipimpin oleh Mayjen (Purn) Kivlan Zen.

    Peltu (Purn) Sutopo

    Saya mengikuti Mayjen (Purn) Kivlan Zen sejak saya berpangkat Prada dari Yonif 303 di daerah operasi Ainaro tahun 1986 sampai dengan saya berpangkat Sertu ketika beliau menjadi Panglima Divisi 2 Kostrad di Singosari tahun 1997.

    Bermula dari Ainaro tahun 1985 -1986 saya bertugas sebagai Tamtama pasukan depan menghadapi Fretilin berpangkat Prada dibawah Danyon Letkol Mudin Sutaryadi. Setelah Mayor Kivlan Zen menggantikan Letkol Mudin Sutaryadi, saya diangkat sebagai Tamtama pesuruh Danyon yang istilah kerennya disebut Ajudan Danyon sejak tahun 1986 – 1988 ketika Letkol Kivlan Zen pindah ke Paban Madya Binkar Kostrad.

    Banyak pengalaman suka dan duka Mayjen Kivlan Zen yang saya lihat dan saya ikuti mulai dari Yonif 303, Brigif 6, dan Divisi Infanteri 2 Kostrad. Selama di daerah operasi Tim -Tim saya mengalami dan merasakan kepemimpinan beliau yang tegas, berani, bertanggungjawab, dan sayang kepada anak-buahnya. Kami bertempur menghadapi dan melawan gerilyawan Timor Timur dibawah Xanana, baik hubungan kecil maupun hubungan besar tingkat Batalyon. Beliau terlibat langsung naik gunung turun lembah, sungai, hutan, dan lautan. Prajurit semua bersemangat karena baru kali ini melihat seorang Danyon terjun langsung bertempur ditengah-tengah anak buahnya.

    Yonif 303 berhasil dalam penugasannya dibawah pimpinan Mayor Kivlan Zen sehingga menjadi Batalyon andalan Koopskam Tim - Tim karena mengamankan wilayah daerah operasi, membunuh, menawan dan merebut senjata Fretilin dengan kerugian yang minim. Suatu ketika saya pernah menyelamatkan Danyon dengan mendorongnya hingga kami terjatuh karena ditembak oleh Fretilin dan kami selamat.

    Selama menjabat Dan Brigif 6 di Surakarta, kepemimpinan Kolonel Kivlan Zen amat menonjol sehingga sukses dalam Latihan Bersama dengan Malaysia di Ipoh tahun 1993. Waktu itu saya jadi Ajudan beliau disamping itu beliau bertugas merangkap Dan Men Chandradimuka Akmil di Magelang. Walaupun jarak Brigif 6 dan Akmil jauh namun kedua tugas ini dapat diselesaikan beliau dengan baik sampai beliau dipromosikan menjadi Kas Divif 1 Kostrad di Cilodong tahun 1995.

    Dalam penugasan sebagai Panglima Divif 2 Kostrad di Singosari, saya berpangkat Sertu dan kembali lagi menjadi Ajudan beliau hingga saya dapat mengikuti beliau Latihan Bersama Singapura tahun 1997. Ketika beliau akan pindah menjadi Kas Kostrad saya ditawarkan utuk menjadi Ajudan beliau di Jakarta, tetapi karena saya sudah berkeluarga dan anak-anak saya masih kecil maka saya memilih kembali ke Brigif 6 di Surakarta sampai saya pensiun.

    Banyak pengalaman yang saya dapatkan selama saya menjadi Ajudan dan melayani beliau, karena beliau menganggap saya sebagai keluarganya sendiri termasuk dengan putra-putrinya yang saya kenal sejak masih kecil sampai sekarang. Hubungan saya dengan Bapak Kivlan Zen dan keluarganya sampai saat ini masih tetap terjalin dengan baik. Saya menganggap Bapak dan Ibu sebagai orang tua saya, dan putra putri beliau seperti adik-adik saya sendiri. Saya bangga sudah pernah melayani beliau sebagai Ajudannya sejak dari Yonif 303, Brigif 6, sampai Divisi Infanteri 2 Kostrad.

    Peltu Joko Suprianto

    Dalam pandangan saya Mayjen TNI (Purn) Kivlan Zen adalah seorang pejuang NKRI, patriot sejati. Waktu masih belum pensiun seorang yang disiplin dan pembela yang benar tanpa mengharapkan imbalan. Beliau termasuk seorang Jenderal yang berani tanpa mengharapkan materi, hidupnya sangat sederhana. Walaupun banyak difitnah akhir-akhir ini seperti yang ramai diberitakan. Masih banyak yang saya tahu dari sosok beliau karena saya menjadi ajudan dan pengemudi beliau selama 5 tahun. Sampai sekarangpun saya masih sering berkomunikasi dengan beliau, terutama yang berkaitan dengan kehidupan militer dan protokoler.

    KESAN-KESAN DARI DE ZENNER’S

    DE ZENNER’S adalah WHATS APP GROUP

    Keluarga Besar KIVLAN ZEN

    Kesan-kesan dari Ella

    Saya terlahir sebagai anak tertua atau pertama dari lima bersaudara. Melihat sosok Bapak, bagi saya Bapak adalah figur Ayah yang sangat disiplin dalam berbagai hal.

    Kami lima bersaudara sudah terbiasa mendengar suara Bapak yang khas Sumatera, dengan gaya bicara orang Medan yang tegas dan keras, ditambah lagi profesi Bapak sebagai seorang tentara. Karakter Bapak tersebut melekat dipikiran kami lima bersaudara hingga sekarang.

    Kami selalu ingat bagaimana Bapak setiap akan berangkat bertugas selalu mengumpulkan kami dan memanggil kami satu persatu dengan gaya khasnya. Kami sekeluarga berkumpul di ruang tamu untuk mendapatkan briefing dari Bapak. Beliau memberikan pesan-pesannya untuk dilaksanakan selama Bapak bertugas.

    Walaupun Bapak adalah sosok yang disiplin dan tegas, beliau adalah seorang Ayah yang penuh perhatian dan menyayangi anak-anaknya. Disela kesibukan dinasnya, tatkala Bapak pulang latihan/operasi, Bapak selalu meluangkan waktu mengajak kami jalan-jalan. Meskipun jalan-jalan kami tersebut sambil Bapak tinjau medan untuk latihan-latihan yang terkait dengan kedinasan. Hal tersebut membuat masa kecil kami terisi dan dekat dengan alam pegunungan ataupun laut.

    Bapak juga sosok yang penuh perhatian, setiap Bapak pulang dari manapun Bapak selalu membawa oleh-oleh untuk kami. Meskipun oleh-oleh tersebut terkesan sederhana, namun bermakna untuk kami.

    Terimakasih Bapak dan Ibu yang telah mendidik Ella dengan disiplin yang keras, sehingga sangat bermanfaat untuk Ella dalam melanjutkan hidup Ella bersama suami dan anak-anak. Doa dan bhakti Ella senantiasa untuk Bapak yang Ella banggakan.

    Lombok, 2 Januari 2020.

    Ananda Anita Ellativa

    Kesan-kesan dari Ivan

    Kesan singkat dari Ananda

    Ada sebuah pesan dari orang bijak bahwa apa yang engkau lakukan kepada orang tuamu suatu hari akan dibalas oleh perlakuan anak-anakmu kepadamu. Pesan ini menjadi kenyataan pada kehidupan saya sebagai anak dari Bapak, untungnya saya adalah yang menjadi aktor pembalas perbuatan. Tentu saja perbuatan pembalasan ini sungguh diluar kesengajaan saya dan tanpa direncanakan sebelumnya.

    Dari Memoar di dalam buku ini sajalah saya baru menyadari ternyata nasehat orang bijak jaman dahulu itu benar adanya. Tidak bisa terbayang jika suatu saat nanti saya yang menjadi penerima pembalasan dari anak-anak saya nantinya.

    Perbuatan bapak yang dikemudian hari saya balas adalah pada rangkaian peristiwa saat Bapak memutuskan untuk bergabung dengan Angkatan Bersenjata Republik Indonesia. Bapak dimasa mudanya menyampaikan rencana tersebut kepada Abo, panggilan kami kepada kakek yang merupakan Ayah dari Bapak.

    Dalam Memoar ini dikisahkan bahwa Abo sangat tidak berkenan, dan sempat menghardik dengan kata-kata melecehkan seperti keraguan bagaimana anggota tentara itu dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya. Selanjutnya, tanpa doa restu dan perpisahan dari Abo, Bapak tetap berangkat dari Medan menuju Jawa melaksanakan rencana dan cita-citanya untuk melakukan pengabdian di jalur militer. Meski dengan hati gundah dan sedih, awal mula sejarah kehidupan Bapak mewarnai Republik ini dimulai. Hanya setelah sekian lama Bapak memulai perjalanan hidup sebagai Taruna Angkatan Bersenjata Republik Indonesia, hati Abo luluh dan kemudian hari merestui.

    Tahun berlalu, saya lahir dan tumbuh sebagai anak di lingkungan militer dalam patronasi Bapak. Tentu saja sebagai anak lelaki tertua, harapan Bapak ada penerus keperwiraan dari keluarga kami, harapan ini jatuh dipundak saya. Awal-awal tumbuh sebagai anak Bapak, saya menunjukkan segala animo dan bakat untuk menjadi tentara. Mulai dari ketrengginasan, kenakalan, kegemaran berkelahi, kecerdasan akademis, dan juga kepercayaan diri.

    Hal ini pula yang membawa saya memilih untuk melanjutkan pendidikan SMA berasrama yang juga memiliki ikatan kental dengan ABRI pada saat itu (saat itu baru dibuka SMA Taruna Nusantara di Magelang, saya angkatan pertama SMA TN). Hati Bapak sangat berbungah ceria, dalam setiap kesempatan luang beliau sering menyampaikan wejangan pada saya bagaimana berpikir, bertindak, bersikap, dan berbicara agar sukses menjadi Perwira militer.

    Arah kehidupan tidak bisa ditebak, tiba-tiba di tahun terakhir SMA saya memutuskan menjadi kadet penerbang sipil dari PT. Garuda Indonesia. Dan saya tahu persis jika hal ini saya sampaikan pada Bapak, entah apa yang akan terjadi. Mungkin saja ada hardikan, bentakan, raut wajah kecewa, kesedihan, pengusiran, atau pendiaman selama mungkin. Oleh karenanya katakan saja itu kepengecutan saya, meski sebenarnya lebih oleh ketidak-tegaan saya kepada Bapak. Akhirnya saya sampaikan rencana kelanjutan hidup saya kepada Ibu saja.

    Singkat cerita, saya harus berangkat menempuh studi di New Zealand selama tiga tahun. Sampai detik keberangkatan saya di Bandara Cengkareng, tidak ada restu, doa, dan kehadiran Bapak dalam melepas anaknya. Tidak ada satu pesan apapun dari Bapak, kecuali sebuah kata dari Ibu ketika saya tanyakan Bapak ada dimana. Ibu hanya bisa menyampaikan : Bapak kecewa.

    Baru setelah sekian bulan berjalan dan hampir setahun saya menempuh studi menjadi penerbang sipil, Bapak menyampaikan sebuah kata-kata yang sangat persis dengan apa yang Abo, sang kakek sampaikan ke Bapak puluhan tahun yang lalu : Ya, sekarang Bapak restui kamu.

    Demikianlah sebuah kisah yang terulang secara telak menurun pada generasi berikutnya terjadi. Kisah ini ada dalam buku ini, Memoar seorang Kivlan Zen. Dan bagaimana kami sebagai anak-anak dari Bapak dapat menemukan banyak kisah yang dulu pernah diceritakan atau kisah yang pernah muncul namun detail dan kesan yang dalam hanya ada di buku ini.

    Pada kehidupan Bapak, persona Bapak, dan segala wejangan yang pernah disampaikan Bapak kepada kami, anak-anak Bapak belajar bagaimana seorang Kivlan Zen memegang teguh nilai-nilai kebaikan, ketaqwaan, keimanan, kejujuran, keperwiraan, kesetiaan, pengabdian, dan keikhlasan.

    Semua kualitas yang ditunjukkan Bapak selama perjalanan hidupnya membuat saya setidaknya berpikir, mungkin ini adalah jalan Sang Khalik menuntun saya untuk tidak menjadi Perwira militer seperti bapak. Saya ini, dalam bahasa Inggrisnya, I am not half the man my father was.

    Doha, 1 Januari 2020.

    Ananda Assiva Husman

    Kesan-kesan dari Ivin

    Kesan Ivin terhadap Bapak.

    Sejak kecil saya mungkin anak yang beruntung karena sering lewat dari galaknya Bapak dibandingkan dengan saudara-saudara saya yang lain. Bukan karena saya lebih disayang sama Bapak jelas bukan, tapi mungkin saya tidak menyandang sebutan anak pertama, anak laki-laki pertama, atau anak bungsu. Saya cuma jadi saksi melihat Kakak atau Abang dididik keras sama Bapak, bahkan adik saya.

    Saya dapat limpahan sisa galak Bapak setelah kakak-kakak saya puas dihukum atau dididik keras. Tapi itu tidak membuat saya menjadi manja atau dilindungi, karena saya tetap bisa merasakan atmosfer ‘spooky’ cara didik Bapak semasa kami kecil.

    Di sisi lain saya juga merasakan, bahwa Bapak tetap menyayangi kami dengan caranya. Bentuk perhatian Bapak ditunjukkan melalui cara memenuhi kebutuhan anak-anak dalam pendidikan atau fasilitas di luar kesulitan kondisi keluarga seperti apapun. Dan ketika kecil di waktu-waktu senggang Bapak, kami juga diajak akrab dengan sekitar plus sikap kemandirian melalui banyak petualangan ke alam terbuka, yang menjadikan kami bersaudara menyukai kegiatan luar ruangan lebih dari sekedar pergi ke mall seperti jaman sekarang.

    Karakter kerasnya Bapak mendidik kami saya rasakan manfaatnya ketika dewasa yaitu bentuk sifat pantang menyerah, tahan banting, keras kemauan untuk hal-hal yang dirasa baik mau seperti apapun tantangannya. Dan saya masih melihat itu sebagai cerminan sifat Bapak yang tetap saya banggakan sampai sekarang.

    Bandung, 2 Januari 2020,

    Ananda Arvin Zeinullah

    Kesan-kesan dari Rani

    Saya terlahir sebagai anak ke-empat dari lima bersaudara. Dari kecil kami terbiasa ditinggal tugas Bapak untuk kepentingan bangsa dan negara. Bahkan Bapak mungkin tidak tahu dimana kami lulus sekolah SD sampai SMA. Tapi Bapak selalu memanfaatkan waktu bersama keluarga disaat bebas tugas. Bapak sering mengajak kami bertualang dengan mencari rute baru, tempat-tempat baru, mengunjungi teman dan saudara. Memanfaatkan keterbatasan waktu bersama. Ini menjadi kenangan tersendiri

    Menikmati pratinjau?
    Halaman 1 dari 1