Temukan jutaan ebook, buku audio, dan banyak lagi dengan uji coba gratis

Hanya $11.99/bulan setelah uji coba. Batalkan kapan saja.

Metaverse, Neuralink & Matinya Negara
Metaverse, Neuralink & Matinya Negara
Metaverse, Neuralink & Matinya Negara
eBook365 halaman4 jam

Metaverse, Neuralink & Matinya Negara

Penilaian: 3 dari 5 bintang

3/5

()

Baca pratinjau

Tentang eBuku ini

Perkembangan internet generasi ketiga dengan sistem desentralisasi,telah membuat perubahan yang cukup signifikan di peradaban manusia. Bukan saja masalah gemerlapnya kecanggihan teknologi saja,tetapi perkembangan tesebut berimplikasi pada perubahan semua aspek sosial

Dalam dekade ini adalah puncak revolusi industri 4.0, dengan ditandainya pengunaan teknologi internet dan kecerdasan buatan disegala bidang, hal ini tentunya sangat berkaitan erat dengan perkembangan sains dan teknologi khususnya perkembangan internet telah memasuki generasi ketiga (web 3.0) yang mempunyai karakteristik terdesentralisasi dengan mengunakan teknologi blockchain.

Pada dasarnya Potensi evolusi internet kegenerasi ketiga ini telah menarik perusahaan Web 2.0 seperti Facebook , yang beralih ke perusahaan Metaverse dan mengubah namanya menjadi "Meta", dan teknologi lain seperti Neuralink yang juga berada diteknologi web 3.0

Sifat desentralis dari web 3.0 mengakibatkan tidak ada satu otoritas dapat melakukan kontrol dan pengawasan diruang siber, sehingga hal ini berimplikasi terhadap otoritas dan kewenangan negara yang pada dasarnya mempunyai wewenang untuk mengkontrol dan mengawasi warga negaranya. Alih-alih negara dapat melakukan hal tersebut, malah yang terjadi negara tidak lagi mengenal warga negaranya karena mereka telah menjadi warga internet. Hilangnya otoritas negara ini adalah salah satu wujud dari kematian negara itu sendiri.

Perubahan ini-pun terjadi di dunia peperangan yang telah menggeser dari body attract menjadi brain attract,hingga invansi-invasi dilakukan oleh warga negaranya sendiri.
 
BahasaBahasa indonesia
PenerbitLPMI
Tanggal rilis14 Apr 2022
ISBN9786239620769
Metaverse, Neuralink & Matinya Negara

Baca buku lainnya dari Hartanto

Terkait dengan Metaverse, Neuralink & Matinya Negara

E-book terkait

Ilmu Sosial untuk Anda

Lihat Selengkapnya

Ulasan untuk Metaverse, Neuralink & Matinya Negara

Penilaian: 3 dari 5 bintang
3/5

1 rating0 ulasan

Apa pendapat Anda?

Ketuk untuk memberi peringkat

Ulasan minimal harus 10 kata

    Pratinjau buku

    Metaverse, Neuralink & Matinya Negara - Hartanto

    KATA SAMBUTAN

    Mayjen (Purn) Kivlan Zen, SIP. M.Si.

    Assalamualikum Wr.WB.

    Buku yang berjudul Metavese , Neuralink & Matinya Negara, yang ditulis oleh saudara Hartanto ini, adalah sebuah buku yang mengkaji tentang fenomena sosial atas munculnya masyarakat virtual dan pengunan teknologi kecerdasan buatan di berbagai bidang kehidupan masyarakat. Terlebih lagi dengan berubahnya pola interaksi manusia dari pola konfensional (offline) menuju kepola yang baru (online) yang secara drastis, hal tersebut menjadikan sebuah fenomena perubahan sosial dan bahkan sebuah revolusi peradaban manusia.

    Negara sebagai organisasi statis yang mempunyai peran dan fungsi sebagaimana kelahirannya dalam menata warga negaranya, ini akan menjadi sangat ambigu dikala kecangihan teknologi yang telah serta merta menghilangkan sekat-sekat wilayah, waktu, Ras, kewarganegaraan didalam dunia virtual. Artinya negara hampir saja akan kehilangan peran dalam pengelolaan dan indentifikasi warga negaranya.

    Penulis dalam buku ini memperdalam analisisnya dalam melihat munculnya Metavese atau teknologi virtual reality meletakannya pada keilmuan sosial, artinya penulis mencoba melihat kemunculan teknologi ini dalam kerangka sosiologis politis, jadi bukan melihat dari sebuah teknis kecangihan teknologi yang sedang akan berlangsung.

    Pengunaan sumber daya teknologi oleh negara tentu akan terlihat sangat bagus pada masa depan di mana hal ini kerja-kerja pemerintah akan menjadi sangat efisien dan cepat, akan tetapi bukan berarti tidak berdampak, salah satunya adalah hilangnya kebudayaan dan ciri khas bangsa, sekuleritas dan adanya pihak-pihak tertentu untuk membelokan sejarah masa lampau, tentu hal sebagai salah satu ciri perang modern atau proxy war. Gemerlapnya kecangihan teknologi pada masa depan seperti halnya era otomatisasi 4.0 (revolusi digital 4,0 ) yang melahirkan society 5.0, dengan pengunaan kecerdasan buatan dan teknologi yang lainnya, maka hal ini tentu diperlukan adanya kewaspadaan, agar supaya nilai-nilai luhur bangsa Indonesia tidak terkikis habis dan bahkan hilangnya martabat manusia juga kepercayaan terhadap Tuhan YME. Era ini memang tidak bisa dibendung ataupun ditolak.

    Semoga dengan ditulisnya buku ini, akan membuat kita lebih waspada dan mempersiapkan diri dengan segala resiko, dan ancaman yang akan terjadi terlebih lagi kepada Negara Republik Indonesia yang sedang membangun, dan agar tidak terlena dengan gemerlapnya masa depan perkembangan teknologi.

    Wasalam

    Jakarta, 28 Januari 2022

    Mayjen TNI (Purn) Kivlan Zen, SIP. ,M.Si.

    https://kivlanzen.eu.org

    KATA PENGANTAR

    Tahun ini kita cukup familier dengan kata Metaverse yang digadang-gadang menjadi trend dan fenomena baru yang akan menutup kesuksesan social media yang berkembang saat ini. Pendiri facebook Zuckerberg dengan cepat yang langsung menangkapnya mengubah nama brandnya menjadi Meta, yang ia memberikan penjelasan bahwa era ini akan memberikan kenikmatan baru dalam berselancar di dunia Internet, di mana otonom orang-orang akan berinteraksi dengan sangat nyata. Hal inipun tak jauh beda dengan Elon Musk yang mengklaim bahwa Neuralink memiliki pengalaman yang sama dengan Metaverse yang digadang oleh pendiri Facebook itu, dan dimungkinkan akan lebih efisien.

    Dalam perkembangan teknologi yang begitu pesat tersebut dengan munculnya dunia hipper reality yang secara sempurna menciptakan simulasi-simulasi dari dunia nyata, tentunya hal ini akan berimplikasi pada pola interaksi yang ada dimasyarakat. Penulis sendiri dalam melihat fenomena tersebut berupaya mengambarkannya dengan sudut pandang dalam kajian sosial artinya penulis tidak ikut nimbrung dalam perdebatan teknis binary code ataupun melihat sebuah produksi perangkat yang canggih dimasa depan, akan tetapi mendasarkan pada kerangka berfikir keilmuan sosial tentang pola kehidupan manusia dalam abad ini, dari sebuah trend social simuracra.

    Dilain Pihak perkembangan dan loncatan teknologi ini akan termaknai sebagai sebuah ruang kuasa, baik termaknai secara positif maupun negatif, tentu dalam ruang kuasa tersebut akan membawa kepentingan-kepentingan yang akan hadir dalam sebuah piranti, hingga menciptakan kepentingan super power yang akan memenangkannya. Maka penulis tertarik dengan mengambil judul dalam buku ini : Metavese , Neuralink & Matinya Negara.

    Dalam hal teknik penulisan, seperti halnya beberapa buku yang penulis terbitkan lebih membawa sebuah gaya berbeda di mana penulis akan melebarkan pembahasan sebagai pengambaran luas atas semua fenomena sosial yang ada, sehingga akan menjadi sebuah gaya sastra non fiksi yang unik dan diluar dari kelayiman, non-strukturalis tanpa memunafikan dari segi hakikatnya walaupun ini akan sedikit berat untuk dibaca. Semoga buku ini, menjadi bahan kajian, referensi dan kekayaan pustaka khususnya, dan apabila terdapat kekurangan atas penulisan buku ini, saya memohon maaf yang sebesar-besarnya.

    Jakarta, 20 Januari 2022

    Hartanto, SIP

    https://biocyber.eu.org

    DAFTAR ISI

    KATA SAMBUTAN

    KATA PENGANTAR

    BAB 1. TUMBUH KEMBANG TEKNOLOGI

    1.1. Pengertian Teknologi

    1.2. Sejarah Teknologi

    1.2.1. Zaman Purba

    1.2.2. Zaman Kuno

    1.2.3. Zaman Modern

    1.2.4. Zaman Pasca Modern

    1.3. Teknologi Komunikasi

    1.3.1. Pengertian dan Fungsi

    1.3.2. Manusia Mengenal Tulisan

    1.3.3. Lahirnya Media Massa

    1.3.4. Ditemukannya Telepon

    1.3.5. Munculnya Internet

    BAB 2. NEGARA DAN TEKNOLOGI

    2.1. Pengertian dan Sejarah Negara

    2.1.1. Pengertian Negara

    2.1.2. Asal Mula Terbentuknya Negara

    2.1.3. Fungsi Negara

    2.1.4. Unsur Negara

    2.2. Negara Maju dan Negara Berkembang

    2.3. Negara dan Kepentingan Teknologi

    BAB 3. TEKNOLOGI DAN PERETAS SOSIAL

    3.1. Perubahan Sosial

    3.1.1. Pengertian Perubahan Sosial

    3.1.2. Teori Dalam Perubahan Sosial

    3.1.3. Perubahan Sosial dan Teknologi

    3.2. Sibernetika

    3.2.1. Pengertian dan Akar Pemikiran

    3.2.2. Sibernetika dan Kecerdasan Buatan

    3.3. Post Sosiologi

    3.3.1. Pengertian Sosiologi

    3.3.2. Lingkup Dan Perkembangan Sosiologi

    3.3.3. Masyarakat Siber

    BAB 4. DISKURSUS KUASA TUBUH

    4.1. Tubuh dan Lokus Kuasa

    4.1.1. Sekilas Tentang Michael Foucault

    4.1.2. Pendisiplinan Tubuh

    4.1.3. Pola Hukuman Waktu Kewaktu

    4.2. Pecairan Sosial

    4.2.1. Sekilas Tentang Zygmunt Bauman

    4.2.2. Pelacakan dan Kontrol

    4.3. Tanda dan Nilai

    4.3.1. Sekilas Tentang Jacques Derrida

    4.3.2. Dekonstruksi Tanda

    BAB 5. TRANS DAN POST HUMAN

    5.1. Transhumanisme

    5.1.1. Pengertian Transhumanisme

    5.1.2. Visi Transhuman dan Evolusi Biologi

    5.2. Post Humanisme

    5.2.1. Nietzsche dan Ubermensch

    5.2.2. Pengertian Posthumanisme

    5.2.3. Homo Cyberneticus

    BAB 6. MARXISME DAN LENYAPNYA NEGARA

    6.1. Basis dan Kelas Produksi

    6.1.1. Sekilas Tentang Karl Marx

    6.1.2. Pemikiran Tentang Basis

    6.2. Lenyapnya Negara Menurut Karl Marx

    BAB 7. VR DAN MASYARAKAT BARU

    7.1. Masyarakat Hiper-Realitas

    7.1.1 Tentang Jean Baudrillard

    7.1.2. Konsepsi Simulacra

    7.2. Virtual Reality dalam Kajian Sosial

    7.2.1. Pengertian Virtual Reality

    7.2.2. Social cURL

    7.2.3. Metaverse dan Neuralink

    BAB 8. WEB 3 DAN MATINYA NEGARA

    8.1. Desentralisasi Internet

    8.2. Negara Pasca Manusia

    8.2.1. Tumbuh Kembang Society 5.0

    8.2.2. Post Democracy

    8.2.3. Matinya Negara Diruang Siber

    BAB 9. MILITER DAN GAYA PERANG BARU

    9.1. Proxy War

    9.2. Cyber Warfare

    9.2.1. Fakta Artenatif

    9.2.2. peretasan Sejarah

    9.3. Keamanan Siber

    DAFTAR PUSTAKA

    TENTANG PENULIS

    Saat ini manusia telah mampu menciptakan dunia baru, sebuah planet baru yang disebut dunia digital – jagad tanda dari sebuah posisi biner , yang serta merta menyempurna dalam sebuah masyarakat simulasi.

    Saya belum bisa membuat kesimpulan, tetang kefanaan dunia digital, seperti halnya kefanaan dunia nyata yang dikatakan oleh Plato .Karena hal ini kita belum final dalam mengungkap sebuah kebenaran yang absolut, mana yang fana dan yang tidak fana itu.

    ( Jakarta , 26 Desember 2021 )

    BAB 1

    TUMBUH KEMBANG TEKNOLOGI

    1.1. Pengertian Teknologi

    Secara umum, pengertian teknologi ialah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang keterampilan dalam menciptakan alat hingga metode pengolahan guna membantu menyelesaikan berbagai pekerjaan manusia. Adapun pengertian teknologi yang diambil dari website wikipedia itu sendiri adalah keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang yang diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia.[1] Sedangkan pengertian teknologi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) ialah suatu metode ilmiah yang digunakan untuk mencapai tujuan praktis, dan merupakan salah satu ilmu pengetahuan terapan.

    Kata teknologi berasal dari bahasa Yunani technología (τεχνολογία) ‐ Techne (τέχνη), 'kerajinan' dan Logia (‐λογία), studi tentang sesuatu, atau cabang pengetahuan dari suatu disiplin. Teknologi juga dapat diartikan benda‐benda yang berguna bagi manusia, seperti mesin, tetapi dapat juga mencakup hal yang lebih luas, termasuk sistem, metode organisasi, dan teknik. Istilah ini dapat diterapkan secara umum atau spesifik: contoh‐contoh mencakup teknologi konstruksi, teknologi medis, atau "state of the art technologist"

    Menurut para ahli teknologi mempunyai pengertian sebagai berikut :[2]

    Menurut Capra bahwa pengertian teknologi ialah salah satu pembahasan sistematis atas seni terapan atau pertukangan. Hal ini mengacu pada literature dari Yunani yang menyinggung mengenai Technologia yang berasal dari kata techne yang berarti wacana seni.

    Menurut Manuel Castells memberikan pengertian teknologi ialah suatu kumpulan alat, aturan dan juga prosedur yang merupakan penerapan dari sebuah pengetahuan ilmiah terhadap sebuah pekerjaan tertentu dalam suatu kondisi yang dapat memungkinkan terjadinya pengulangan.

    Menurut Toynbee teknologi ialah ciri dari adanya sebuah kemuliaan manusia, di mana hal ini membuktikan bahwa manusia tidak bisa hidup hanya untuk makan semata, namun membutuhkan lebih dari itu.

    Menurut Gary J. Anglin berpendapat bahwa teknologi ialah penerapan ilmu-ilmu perilaku serta alam dan juga pengetahuan lain dengan secara bersistem serta mensistem untuk memecahkan masalah manusia.

    Menurut Merriam Webster memberikan pengertian bahwa teknologi ialah suatu penerapan pengetahuan praktis khususnya di bidang tertentu; cara menyelesaikan tugas terutama dengan menggunakan proses teknis, metode, atau pengetahuan; serta juga aspek khusus dari bidang usaha tertentu.

    Menurut Jacques Ellil pengertian teknologi ialah keseluruhan metode yang dengan secara rasional mengarah serta memiliki ciri efisiensi dalam tiap-tiap kegiatan manusia.

    Menurut Miarso bahwa pengertian teknologi ialah suatu bentuk proses yang meningkatkan nilai tambah. Proses yang berjalan dapat menggunakan atau menghasilkan produk tertentu, di mana produk yang tidak terpisah dari produk lain yang sudah ada. Hal itu juga menyatakan bahwa teknologi merupakan bagian integral dari yang terkandung dalam sistem tertentu.

    Adapun Henslin menjelaskan bahwa istilah teknologi dapat mencakup dua hal. Pertama, teknologi menunjuk pada peralatan yaitu unsur yang digunakan untuk menyelesaikan masalah. Teknologi merujuk pada peralatan sedemikian sederhana seperti sisir sampai yang sangat rumit seperti komputer. Kedua, keterampilan atau prosedur yang diperlukan untuk membuat dan menggunakan peralatan tersebut. Teknologi dalam hal ini tidak hanya merujuk pada prosedur yang diperlukan untuk membuat sisir atau komputer, akan tetapi juga meliputi prosedur untuk memproduksi suatu tatanan rambut yang dapat diterima atau untuk dapat memasuki jaringan internet

    Secara Sosiologis, teknologi memiliki makna yang lebih mendalam daripada peralatan. Teknologi menetapkan suatu kerangka bagi kebudayaan nonmaterial suatu kelompok. Jika teknologi suatu kelompok mengalami perubahan, maka cara berpikir manusia juga akan mengalami perubahan. Hal ini juga berdampak pada cara mereka berhubungan dengan yang lain.[3] Bagi Marx, teknologi merupakan alat, dalam pandangan materialisme historis hanya menunjuk pada sejumlah alat yang dapat dipakai manusia untuk mencapai kesejahteraan. Weber mendefinisikan teknologi sebagai ide atau pikiran manusia itu sendiri yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan manusia itu sendiri. Bagi Durkheim, teknologi merupakan kesadaran kolektif yang bahkan diprediksi dapat menggantikan kedudukan agama dalam suatu masyarakat.[4]

    Teknologi pada intinya adalah alat – alat yang di ciptakan manusia untuk mempermudah suatu pekerjaan manusia lebih mudah, cepat dan efisien sehingga kehidupan menjadi lebih bermakna dan produktif. Teknologi saat ini banyak fungsinya untuk semua manusia, baik pada usia anak – anak, remaja, dewasa dan orang tua. Semua manusia di dunia ini sangat membutuhkan teknologi terutama digunakan untuk melakukan komunikasi antara jarak jauh dengan lebih mudah, dan seolah –olah jarak antara manusia satu dengan yang lain di belahan dunia sangat dekat. Karena dengan adanya teknologi zaman sekarang yang sudah canggih, tetapi pada zaman dahulu tidak mungkin orang bisa melakukan komunikasi dengan jarak jauh karena terbatasnya alatnya komunikasi dan alat teknologi yang masih sederhana.

    1.2. Sejarah Teknologi

    Manusia menggunakan teknologi karena memiliki akal. Dengan akalnya manusia ingin keluar dari masalah, ingin hidup lebih baik lebih aman dan sebagainya. Perkembangan tekonologi terjadi karena seseorang dapat mengatasi masalah tersebut. Manusia dituntut berpikir dengan rasionya. Hal ini sesuai dengan teori rasionalisme Descartes. Rene Descartes (1596-1650)[5] adalah filsuf Perancis. Ia kerap disebut sebagai bapak ilmu modern dan juga bapak aliran rasionalisme. Menurut Decartes manusia dapat mencapai ide dengan Rasionya yang selalu berpikir. Karena dengan Rasiolah manusia dapat mencapai Ide (aliran filsafat idealisme). Pada perkembangan teknologi dewasa ini untuk menyikapinya, maka teori Decartes mengatakan Cogito Ergo Sum saya berpikir maka saya ada. Secara sosiologis, perkembangan teknologi merupakan salah satu aspek yang turut memengaruhi setiap aktivitas, tindakan, serta perilaku manusia. Teknologi mampu mengubah pola interaksi antar manusia.

    Kemajuan teknologi adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari dalam kehidupan ini, karena kemajuan teknologi akan berjalan sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan. Setiap inovasi diciptakan untuk memberikan manfaat positif bagi kehidupan manusia. Teknologi juga memberikan banyak kemudahan, serta sebagai cara baru dalam melakukan aktivitas manusia. Manusia juga sudah menikmati banyak manfaat yang dibawa oleh inovasi-inovasi teknologi yang telah dihasilkan dalam dekade terakhir ini.[6]

    Dalam menilik sejarah teknologi tak perah lepas dari sejarah perkembangan ilmu pengetahuan karena keduanya adalah belahan sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Manusia purba pada masa pra sejarah, hanya mengenal teknologi sebagai alat bantunya dalam mecari makan, alat bantu dalam berburu, serta mengolah makanan. Alat bantu yang mereka gunakan terbuat dari bambu, kayu, batu, dan bahan sederhana lainnya yang mudah mereka jumpai di alam bebas. Misalnya untuk membuat perapian, manusia purba memanfaatkan bebatuan yang dapat menimbulkan percikan api. Pada awalnya teknologi berjalan lambat. Namun seiring berjalannya waktu dan peradaban manusia yang mengalami perubahan perkembangan teknologi berkembang dengan cepat. Semakin maju peradabannya, makin berkembang teknologinya.[7]

    Seperti yang diketahui bahwa kemajuan teknologi selalu akan berbanding lurus dengan perkembagan ilmu pegetahuan, sehingga ketidak lepasan ini disebabkan bahwa ilmu pengetahuan adalah sebuah induk dari teknologi, maka dengan hal itu penemuan-penemuan dan trend teknologi akan mengikuti semangat zaman yang ada.

    1.2.1. Zaman Purba

    Zaman Purba atau disebut juga dengan zaman pra sejarah adalah istilah yang digunakan untuk merujuk kepada masa di saat catatan sejarah yang tertulis belum tersedia. Tidak jauh berbeda dengan istilah pra-aksara yang berasal dari gabungan kata, yaitu pra dan aksara. Pra artinya sebelum dan aksara berarti tulisan. Dengan demikian, yang dimaksud masa pra- aksara adalah masa sebelum manusia mengenal bentuk tulisan. Masa pra-sejarah dan pra-aksara disebut juga dengan masa nirleka (nir artinya tidak ada, dan leka artinya tulisan), yaitu masa tidak ada tulisan.[8] Maka dalam hal ini batasan antara zaman pra-sejarah dan zaman sejarah dilihat dari mulianya mengenal tulisan dan bahasa. Adapun pemaknaan Zaman sejarah untuk setiap bangsa di dunia tidak sama tergantung dari peradaban bangsa tersebut. Contohnya, Bangsa Mesir sekitar tahun 4000 SM masyarakatnya sudah mengenal tulisan, sehingga pada saat itu, Bangsa Mesir sudah memasuki zaman sejarah. Berbeda dengan zaman pra-sejarah di Indonesia diperkirakan berakhir pada masa berdirinya Kerajaan Kutai, sekitar abad ke-5 Masehi. Hal ini dibuktikan dengan adanya prasasti berbentuk yupa yang ditemukan di tepi Sungai Mahakam, Kalimantan Timur baru memasuki era sejarah.

    Manusia purba diketahui telah mengembangkan teknologi, meskipun belum mengenal tulisan ataupun bahasa. Teknologi yang dikembangkan tentunya masih sangat sederhana, yaitu bermula dari bebatuan. Oleh manusia purba, bebatuan yang ditemukan di alam sekitar digunakan untuk membantu memenuhi kebutuhan sehari-hari. Teknologi bebatuan ini berkembang dalam kurun waktu yang sangat panjang. Hal inilah yang kemudian menjadi dasar para ahli membagi kebudayaan zaman batu ke dalam tiga zaman, yaitu Paleolitikum (batu tua), Mesolitikum (batu madya), dan Neolitikum (batu tengah).[9]

    Pada zaman batu, aktivitas manusia terbatas pada berburu dan meramu dan hidupnya secara umum masih berpindah-pindah, sehingga perkakas atau peralatan yang digunakan manusia pada zaman ini pun terbatas untuk menunjang aktivitas tersebut. Kebanyakan peralatan pada zaman ini terbuat dari batu dan tulang, setiap peralatan pun telah memiliki kegunaan khusus seperti untuk menebang pohon, berburu, menguliti hewan dan lain-lain. Sebelum munculnya manusia modern atau homo sapiens, manusa purba juga telah diketahui memanfaatkan batu sebagai peralatan penunjang aktivitasnya. Bukti pertama digunakannya perkakas yang terbuat dari batu ditemukan di Ethiopia yang merujuk pada 2.5 juta tahun yang lalu [10]

    Dari berbagai referensi sejarah teknologi pertama ditemukannya serpihan batu tajam yang digunakan sebagai pisau dan batu tak berbentuk yang lebih besar yang digunakan sebagai palu dan landasan telah ditemukan di Danau Turkana di Kenya. Alat-alat itu dibuat 3,3 juta tahun yang lalu dan kemungkinan besar digunakan oleh nenek moyang seperti Australopithecus.

    1.2.2. Zaman Kuno

    Dalam catatan sejarah peradaban dunia, kemajuan pikir umat manusia dalam hal ilmu pengetahuan dan teknologi mulai berkembang pesat di Yunani, pada waktu itu terjadi perubahan besar pada cara berpikir umat manusia, sebelum itu manusia cukup puas dengan menerima kenyataan sehari-hari, bahwa di alam ini terdapat tanah, air, api, awan, tumbuhan, hewan, dan sebagainya. Tetapi kemudian manusia mulai mengajukan pertanyaan yang amat sangat penting, yaitu dari apakah benda-benda yang berjenis-jenis itu dibuat? Mungkinkah ada bahan dasar yang menjadi inti dari sekalian benda-benda yang ada di alam itu? Dengan pertanyaan itu, maka manusia mulai berpikir dan berusaha mengungkap kabut rahasia alam dan tersusun lah ilmu serta teknologi.

    Pada zaman ini lahirnya karya karya besar dan dasar kecabangan ilmu pengetahuan yang sekarang ini dikenal dari para pemikir seperti Pythagoras, Socrates, Plato, Aristoteles dan lain sebagainya. Sebagai contoh Pythagoras seorang ahli filsafat berhasil menemukan berbagai dasar ilmu. Dia telah menemukan Hukum atau Dalil Pythagoras, yaitu a+b = c yang berlaku bagi segitiga siku-siku, sedangkan jumlah sudut suatu segitiga siku-siku adalah 180. Penemuan Pythagoras itu mendasari ilmu matematika, adapun Socrates merumuskan suatu perkataan atau pengertian, mengadakan analisa sosial dengan diskusi dan memantapkan suatu norma dalam bidang etika.

    Dalam zaman ini proses-proses perkembangan know how tetap mendasari kehidupan sehari-hari, tapi lebih maju daripada zaman sebelumnya. Dalam bidang pengetahuan sikap dan pemikiran yang sekedar menerima apa adanya, terjadi perubahan besar, dan perubahan ini dianggap sebagai dasar ilmu pengetahuan modern. Pada masa ini di mana perkembangan ilmu pengetahuan menitik beratkan pada filsafat alam (kosmologi), di mana para ilmuan mempunyai minat yang tinggi dalam mempertanyakan tentang alam semesta, sehingga teknologi pada masa ini banyak ditemukannya perangkat teknologi dari dasar ilmu astronomi, fisika, biologi, kontruksi bangunan dan anatomi.

    Sejarah perkembangan ilmu pada zaman ini pemikiran dari masyarakat tentang ilmu masih terpengaruh dengan mitos-mitos. Maksudnya disini adalah pada zaman ini orang-orang masih percaya dengan tahayul dan menggunakan ilmu alam, namun meskipun begitu ada beberapa filosof yang selalu berusaha untuk membebaskan diri dari pengaruh mitos yaitu dengan cara memperhatikan kebenaran sesuai dengan hati sehingga dapat membedakan mana tahayul dan mana yang nyata. Dalam perkembangan ilmu pada masa Yunani Kuno pada awalnya sangat percaya dengan cerita / dongeng yang berbau mitos ataupun tahayul. Namun lama- kelamaan mereka mampu keluar dari pengaruh itu dan mulai [11]

    Titik sentral teknologi pada masa ini adalah hubungan antara manusia, alam, dan ketuhanan. Seperti halnya teknologi kontruksi yang ada pada semangat zaman ini misalnya piramida di Mesir yang diperkirakan dibangun tahun 2630 SM

    Menikmati pratinjau?
    Halaman 1 dari 1