Temukan jutaan ebook, buku audio, dan banyak lagi dengan uji coba gratis

Hanya $11.99/bulan setelah uji coba. Batalkan kapan saja.

Ringkasan Kisah Wayang Jawa Mataraman
Ringkasan Kisah Wayang Jawa Mataraman
Ringkasan Kisah Wayang Jawa Mataraman
eBook231 halaman2 jam

Ringkasan Kisah Wayang Jawa Mataraman

Penilaian: 5 dari 5 bintang

5/5

()

Baca pratinjau

Tentang eBuku ini

Buku ini merupakan kumpulan sejumlah lakon wayang Jawa gaya Mataraman.   Saya susun berdasar pengalaman sebagai penonton setia pagelaran wayang kulit di Yogyakarta dan Jawa Tengah.  Alur ceritanya sudah tentu mengikuti tradisi yang sudah ada.  Meskipun demikian susunan kalimatnya adalah asli dari saya.

Lakon Gatotkaca, Sumantri dan Sukosrono, Wisanggeni, Sengkuni, Durno adalah cerminan kehidupan manusia sejak beribu tahun lalu.  Sampai sekarang masih ada relevansinya.  Masih ada kemiripan polanya. Itulah sebabnya kita perlu membacanya untuk membantu memahami kehidupan ini.  Selamat menikmati, semoga ada manfaatnya.  

BahasaBahasa indonesia
Tanggal rilis26 Des 2020
ISBN9781393803386
Ringkasan Kisah Wayang Jawa Mataraman
Penulis

Bambang Udoyono

Bambang Udoyono is a writer, a tourist guide and a tour leader.  He conducts inbound tours to Indonesia and outbound tours abroad. He writes books on tourism, English, and culture.  Based on his experience he writes this book.

Baca buku lainnya dari Bambang Udoyono

Penulis terkait

Terkait dengan Ringkasan Kisah Wayang Jawa Mataraman

E-book terkait

Sejarah Asia untuk Anda

Lihat Selengkapnya

Kategori terkait

Ulasan untuk Ringkasan Kisah Wayang Jawa Mataraman

Penilaian: 5 dari 5 bintang
5/5

4 rating1 ulasan

Apa pendapat Anda?

Ketuk untuk memberi peringkat

Ulasan minimal harus 10 kata

  • Penilaian: 5 dari 5 bintang
    5/5
    Terimakasih pak Bambang Udoyono, sebagai penggemar wayang saya sangat menikmati ebook ini. Hormal dan kagum saya mengiringi salm kenal. e,oga bapak sellau sehat dan oanjang umur yg barokah dan bahagia bersama keluarga besar (anak cucu). Amiin YRA/werdoyo Santosa, asli Yogya tinggal di Bekasi

Pratinjau buku

Ringkasan Kisah Wayang Jawa Mataraman - Bambang Udoyono

1. Banjaran Sengkuni

Foto 1. Sengkuni, nomor dua dari kanan, sedang ikut sidang kabinet di Ngestino.

NAMA SENGKUNI MENJADI terkenal lagi akhir akhir ini lantaran beberapa kejadian terkini di jagad politik Indonesia.  Siapakah sebenarnya Sengkuni?  Berikut ini lakon banjaran (biografi) Sengkuni dalam versi Jawa yang sudah agak berbeda dengan versi India karena selama ini banyak penulis dan dalang yang menciptakan sendiri versinya. Ini adalah tulisan saya yang sudah saya singkat.  Jadi hanya ringkasan plot.  Dialog sudah saya hilangkan agar tidak terlalu panjang.  Konsekwensinya cerita kurang hidup.  Kurang terasa kekuatan karakternya.  Tapi ya masih lumayanlah. Sila ikuti terus.

Masa muda

Di masa mudanya namanya adalah Haryo Suman alias Raden Trigantalpati.  Dia anak raja Plasa Jenar yang bernama Prabu Suwala.  Salah satu kakaknya bernama Gendari yang nanti menjadi istri Destoroto raja Ngestino (Hastinapura). Di masa muda Haryo Suman adalah seorang satria yang ganteng.  Perilakunya juga sopan. Tutur katanya halus. Penampilannya membuat banyak orang senang dan percaya.  Namun sayangnya sifat sejatinya adalah licik dan culas, penuh tipu muslihat.

Ketika Gendari menjadi istri Destoroto maka Haryo Suman ikut ke Ngestino.  Sifatnya yang ambisius membuatnya selalu berpikir keras  mencari kesempatan untuk mendapat jabatan tinggi.  Sampai suatu saat akhirnya dia melihat kesempatan emas.

Menjadi Patih Ngestino

Suatu hari ketika berangkat ke pasewakan ageng (sidang pleno)  di depan istana Ngestino dia bertemu dengan Arimbo, anak Prabu Tremboko raja raksasa penguasa Pringgodani. Arimbo (dalam versi India namanya Hidimba) meminta ijin menghadap Pandu.  Suman menanyakan apa keperluannya.  Arimbo bilang mau menyampaikan surat dari Tremboko untuk Pandu. Suman lantas membuka surat itu.  Isinya Tremboko meminta maaf belum bisa sowan ke Ngestino ketika ada pasewakan ageng (sidang pleno) karena dia sedang menunggui istrinya yang melahirkan.  Suman lantas bilang ke Arimbo bahwa Pandu akhir akhir ini sedang pusing memikirkan masalah kenegaraan sehingga dia sensitif, suka marah marah. Daripada dimarahi lebih baik tidak usah bertemu.  Suman berjanji akan menyampaikan surat itu.  Arimbo percaya saja lalu pulang.

Ternyata Suman mengganti isi surat itu.  Suman memalsunya sehingga isinya mengatakan bahwa Tremboko sudah tidak mau datang lagi ke Ngestino dan kalau Pandu mau menjatuhkan sangsi maka dia siap melawan kapan saja.  Kemudian di sidang kabinet surat Tremboko itu dibacakan Suman dan dibahas.  Pandu sangat terkejut dan marah mendengarnya.  Tapi adik bungsunya Widuro yang menjadi penasehat raja memintanya lebih sabar dan bijaksana. Dia usulkan agar mengutus patih (perdana mentri) Gondomono datang ke Pringgodani untuk mengklarifikasi  dan memecahkan masalahnya.  Semula Suman menentang usulan itu tapi Pandu menerimanya. Dia putuskan esok harinya mengutus patih Gondomono untuk menuntaskan masalah dengan Tremboko.

Haryo Suman yang licik tidak kalah akal. Dia segera berangkat ke Pringgodani mendahului Gondomono.  Di sana dia menyampaikan kepada Tremboko bahwa Pandu marah kepadanya karena tidak hadir di sidang pleno dan sekarang mengirim pasukan di bawah pimpinan Gondomono untuk menangkapnya.  Tremboko tentu saja terkejut karena di suratnya dia sudah meminta maaf.  Tapi dia segera menyiagakan pasukannya di bawah pimpinan Arimbo si putra mahkota.  Pasukan Arimbo segera berangkat mengantisipasi serangan pasukan Ngestino.  Ketika sudah nampak Arimbo segera menyerang.  Gondomono hanya membawa sedikit tentara karena tujuannya memang mencari perdamaian bukan menyerang Pringgodani.  Tapi karena mendadak diserang maka Gondomono dan pasukannya terpaksa melawan. Dalam keadaan tidak siap tempur tentu saja pasukan Ngestino kalah.  Suman dan Arimbo memprovokasi Gondomono sehingga dia berhasil dijebak dan terjungkal ke sebuah sumur upas (lubang yang mengeluarkan gas beracun).

Ternyata Widuro sudah curiga dengan Suman.  Diam diam dia mengikuti Suman. Dia tidak melihat provokasinya kepada Tremboko tapi dia melihat ketika Gondomono dijebak ke sumur upas.  Setelah Suman dan Arimbo pergi maka Widuro menyelamatkannya dengan bantuan seorang pendeta. Gondomono meskipun terluka masih hidup dan lantas pulang ke Ngestino. Sedangkan Widuro pergi ke rumah pendeta untuk menikah dengan anaknya karena si pendeta memberi syarat demikian untuk menolong Gondomono.

Sementara itu Haryo Suman pulang ke Ngestino. Di sana dia melapor bahwa Tremboko memberontak.  Rombongan Ngestino dibantai dan Gondomono sudah tewas di tangan mereka.  Gendari dan Destoroto lalu mengusulkan agar Sengkuni diangkat menjadi patih menggantikan Gondomono.  Pandu termakan oleh intrik Suman. Dia mengira Gondomono sudah tewas lalu setuju dengan usulan itu dan Sengkuni diangkat menjadi patih Ngestino menggantikan Gondomono. 

Sedangkan Gondomono yang selamat akhirnya mengetahui akal licik Suman.  Setelah sampai di Ngestino di rumahnya dia menemukan istrinya sudah mati bunuh diri, maka kecurigaannya kepada Suman makin kuat. Dia langsung mencari Suman.  Ketika bertemu dia langsung menyerang.  Kesaktian Gondomono ternyata jauh di atas Suman.  Emosinya yang meledak membuatnya tanpa ampun menghajar Suman sehingga Suman KO, bahkan cedera berat.  Kakinya pincang, mulutnya sobek.

Amukan Gondomono dan jeritan minta tolong Suman menarik perhatian banyak orang.  Akhirnya Suman diselamatkan banyak orang sedangkan Gondomono ditangkap dan langsung diadili oleh raja Pandu.  Raja sangat kecewa dengan tindakan main hakim sendiri. Pembelaan diri Gondomono sudah tidak diterima apalagi dengan cerita  Suman yang memutarbalikkan kenyataan dengan mengatakan dirinya adalah korban penganiayaan.  Pandu lantas menjatuhkan sangsi.  Gondomono diusir dari Ngestino.  Dia tidak boleh lagi menginjakkan kakinya di seluruh wilayah Ngestino.  Kalau ketahuan maka akan langsung dihukum.  Dalam pertunjukan wayang kulit, adegan Gondomono pamit setelah diusir ini sangat mengharukan. Dia kehilangan jabatan, kehilangan istri dan nama baik.  Sejak itu Haryo Suman lebih sering disebut Sengkuni (dalam versi India Sakuni).

Nasib Tremboko sendiri tidak kalah tragis.  Dia sebenarnya tidak melakukan kesalahan tapi menjadi korban fitnah Sengkuni.  Dia dituduh makar.  Akibatnya pandu mengerahkan tentaranya untuk menyerangnya.   Tremboko ditangkap lalu dihukum mati.

Di  kemudian hari anak laki laki Prabu Tremboko yang bernama Arimbo menggantikannya menjadi raja. Adik Arimbo yang bernama Arimbi akan menjadi istri Brotoseno dan memiliki anak bernama Gatotkoco. 

Minyak Tolo

Pandu tidak berumur panjang karena dia mendapat kutukan seorang resi ketika berburu di sebuah hutan.  Saat itu dia memanah sepasang kijang yang bermesraan.  Kijang itu ternyata jelmaan seorang resi.  Dia tidak terima dibunuh secara kejam.  Ketika hampir mati sang resi mengutuknya, Pandu akan mati ketika dia bermesraan dengan istrinya.  Beberapa tahun kemudian Pandu mati muda.

Setelah Pandu meninggal maka Destoroto naik tahta menjadi raja Ngestino.  Sebenarnya Destoroto adalah kakak Pandu tapi sayangnya dia buta sehingga ketika terjadi pergantian kekuasaan Pandulah yang diangkat karena dianggap lebih mampu.

Tidak lama setelah Pandu meninggal maka raja Destoroto berniat memberikan salah satu peninggalan Pandu kepada Pendowo dan Kurowo.  Peninggalan Pandu itu berupa minyak Tolo yang didapatkan dari dewa.  Konon kasiatnya minyak itu kalau dioleskan akan membuat seseorang menjadi sakti dan kebal segala macam senjata. Destoroto berniat menyebarkannya ke anak anak dan keponakannya tapi tangan Sengkuni menyenggolnya sehingga minyak itu tumpah semua.  Sengkuni segera membuka semua pakaiannya lalu berguling guling di lantai sehingga semua bagian tubuhnya terkena minyak sakti tersebut.  Sejak itulah Sengkuni jadi kebal senjata. Hanya ada satu bagian yang tidak terkena minyak.  Semar yang melihat itu paham dan nanti akan diungkapkan dalam perang Baroto yudo.

Pendowo dadu

Setelah Pendowo Limo dewasa maka dicapai kompromi dengan pihak Kurowo yaitu mereka diberi wilayah yang masih hutan belukar.  Hutan Wonomarto namanya. Mereka membangunnya menjadi negeri baru tapi ternyata di wilayah itu sudah diklaim menjadi teritori negara lain. Ada raja raksasa yang menguasai yaitu Arimbo.  Pecahlah konflik antara Pendowo Limo dengan Arimbo.  Terjadi pertarungan seru antara Bimo dengan Arimbo.  Akhirnya Arimbo mati di tangan Bimo dan adik perempuannya yang bernama Arimbi  dinikahi.  Wilayah itu lalu menjadi negara Ngamarto. Para Pendowo Limo menjalankan pemeritahan dengan adil dan baik.  Maka program pembanguan mereka berhasil. Sehingga dalam waktu singkat Ngamarto tumbuh pesat dan menjadi negri yang adil dan makmur. 

Sengkuni meluaskan sphere of influence Ngestino

Pertumbuhan Ngamarto tidak lepas dari amatan Sengkuni.  Dia lalu berpikir keras mencari  akal untuk memanfaatkan situasi itu.  Suatu hari dia mengajak Kurowo bertandang ke Ngamarto.  Dia beralasan untuk mengakrabkan hubungan kedua negara.  Setelah berpesta pora makan enak Sengkuni mengajak bermain dadu.  Dia memang sangat lihai bermain judi termasuk dadu.  Dan salah satu kelemahan Judistiro kakak tertua Pendowo adalah suka main dadu juga.

Semalaman mereka bermain dadu. Saking lihainya Sengkuni bermain dadu dia sudah kaya dengan taktik licik.  Dia  memancing emosi Judistiro.  Sesekali diberinya kemenangan tapi kemudian kalah lagi.  Demikian seterusnya sehingga Judistiro makin penasaran. Dia tidak mau berhenti.  Saat itulah Sengkuni memainkan jebakan utamanya.  Judistiro ditantang taruhan negara Ngamarto.  Kalau kalah maka Ngamarto akan jadi milik Kurowo.  Adik adiknya sudah mengingatkan tapi Judistiro yang sudah emosi tidak mau berhenti.  Taruhannya makin besar dan bahkan terakhir dia bertaruh negara.  Artinya kalau kalah dia harus menyerahkan negaranya kepada Kurowo.  Suasana menjadi sangat tegang. Pendowo limo

Menikmati pratinjau?
Halaman 1 dari 1