Temukan jutaan ebook, buku audio, dan banyak lagi dengan uji coba gratis

Hanya $11.99/bulan setelah uji coba. Batalkan kapan saja.

Panji Jayeng Sabrang
Panji Jayeng Sabrang
Panji Jayeng Sabrang
eBook487 halaman8 jam

Panji Jayeng Sabrang

Penilaian: 5 dari 5 bintang

5/5

()

Baca pratinjau

Tentang eBuku ini

This novel describes love story in old Java amid political conflict between Java and another overseas kingdom.  There is vivid description of military and political conflict. This novel is written in Indonesian language (Bahasa Indonesia)  

BahasaBahasa indonesia
Tanggal rilis28 Feb 2019
ISBN9781386250654
Panji Jayeng Sabrang
Penulis

Bambang Udoyono

Bambang Udoyono is a writer, a tourist guide and a tour leader.  He conducts inbound tours to Indonesia and outbound tours abroad. He writes books on tourism, English, and culture.  Based on his experience he writes this book.

Baca buku lainnya dari Bambang Udoyono

Penulis terkait

Terkait dengan Panji Jayeng Sabrang

E-book terkait

Sejarah Asia untuk Anda

Lihat Selengkapnya

Kategori terkait

Ulasan untuk Panji Jayeng Sabrang

Penilaian: 5 dari 5 bintang
5/5

2 rating0 ulasan

Apa pendapat Anda?

Ketuk untuk memberi peringkat

Ulasan minimal harus 10 kata

    Pratinjau buku

    Panji Jayeng Sabrang - Bambang Udoyono

    Panji Jayeng Sabrang

    Melawan kezaliman negeri seberang

    Oleh : Bambang Udoyono

    Contents

    Panji Jayeng Sabrang

    Melawan kezaliman negeri seberang

    Oleh : Bambang Udoyono

    Bulan merah di langit Jenggala.

    Matahari tenggelam dan matahari terbit

    Matahari dan rembulan

    Bunga mekar tertiup angin

    Bulan purnama di langit Kahuripan

    Daun berguguran ditiup angin.

    Satria Gunung Wilis

    Satria Liyangan

    Bidadari duduk di bulan

    Daun tertiup angin.

    Singa  di Taman bunga

    Gunung api bergelora

    Bunga mawar dihempas prahara.

    Berburu anjing ganas.

    Pengintaian.

    Pemuja rembulan di bukit Tengkorak.

    Kilat menyambar negri angkara.

    Raksasa mengejar garuda

    Panji Jayeng Sabrang

    Tiwikrama

    Ilmu Samber Nyawa

    Cinta mekar di tengah badai

    Geger Klana Sabrang

    Jarum menyelam samudra.

    Klana Sabrang Gugur

    Menggunting dalam lipatan.

    Bidadari bersayap putih.

    Jumeneng Nata

    Bulan merah di langit Jenggala.

    Panji yang tengah tertidur nyenyak mendadak terbangun.  Baru saja dia bermimpi dengan impian yang membuat hatinya tidak enak.  Sebersit kekuatiran muncul di hatinya karena mimpinya.  Di dalam impiannya Panji merasa sedang berjalan jalan sendiri di alun alun Jenggala yang terletak di depan istana Jenggala.  Saat itu purnama sedang terbit di langit timur.  Pemandangan sangat menakjubkan.  Panji berhenti di tengah alun alun untuk menikmati keindahan malam purnama.  Bulan purnama indah itu perlahan lahan naik. Sinarnya yang lembut membuat suasana menjadi sangat mempesona. Sampai agak tinggi di atas istana mendadak warnanya berubah menjadi merah.  Suasana juga agak berubah menjadi menakutkan.  Tidak ada pemandangan lain di langit itu namun entah mengapa suasananya mengerikan.  Panji merasa agak miris di dalam mimpinya itu.  Untunglah hanya berlangsung sebentar.  Pelan pelan bulan purnama berubah ke warna aslinya yang kekuningan. Sinarnya menjadi lembut kembali dan suasana pulih menjadi menentramkan.  Panji berjalan kembali ke arah istana. Tapi dia belum sampai ke istana ketika tersadar dari mimpinya.

    Panji sudah pernah bermimpi yang memiliki arti ketika di Liyangan.  Saat itu dia melihat Candra Kirana yang bagaikan bidadari sedang duduk di bulan tapi kemudian pergi naik kuda bersayap.  Belakangan terbukti artinya Candra Kirana pergi jauh.  Karena itu Panji agak termenung mengingat impian yang baru saja dialaminya. Tapi dia tidak mau terlalu memusingkan artinya.  Panji membangunkan Candra Kirana dengan lembut untuk mengajaknya menjalankan solat sunnah tahajjud sampai solat subuh.  Mereka dengan sepenuh hati menghambakan diri kepada Allah swt sang pencipta jagad raya yang menggenggam nasib mereka.  Dengan mengingat Allah swt hati mereka menjadi tenteram. 

    Hari itu menjadi hari yang cukup sibuk bagi Panji dan anak buahnya di istana Jenggala. Mereka sedang membenahi ibukota dan terutama istana yang baru saja porak poranda karena perang besar kemarin.  Sekarang mereka sedang menyiapkan istana untuk mengadakan pesta kecil untuk merayakan pernikahan Panji dengan Candra Kirana yang belum sempat dirayakan karena masih dalam suasana darurat kemarin.  Panji berencana mengadakan pesta bersama rakyat Jenggala.  Dia mengundang seorang dalang terkenal dengan kelompoknya untuk memainkan sebuah cerita kesukaannya yaitu ‘Gatotkaca Jumeneng Nata" (Gatotkaca naik tahta).  Dia menyukai cerita ini karena dirasa sesuai dengan perjalanan hidupnya dan dengan babak kehidupan yang sedang dilaluinya.  Karena itu seharian penuh Panji terlibat dalam persiapan itu.  Dia terjun sendiri bersama para pekerja dan prajurit menata alun alun untuk menjadi ajang pagelaran wayang besok malam.

    Karena kesibukan itu tidak terasa waktu lewat dengan cepat.  Malam harinya Panji seusai solat Isya duduk di pendopo sambil menatap ke halaman luas.  Anak buahnya yang selesai solat dari masjid lalu berkumpul lagi di pendopo.  Panji dan Candra Kirana lantas ikut berkumpul bersama mereka dengan pakaian sederhana.  Panji hanya memakai kain sarung dan baju pendek sedangkan Candra Kirana memakai baju panjang dan jilbab serba hitam sederhana. 

    Di alun alun ada sekelompok kecil orang yang berkumpul melihat lihat suasana.  Ada orang orang yang masih membenahi panggung untuk pagelaran wayang esok malamnya.  Di pendopo Panji dan Candra Kirana mendekati orang orang yang  sedang membersihkan gamelan.  Mereka lalu ikut membersihkan gamelan yang akan dipakai malam berikutnya untuk pagelaran wayang di alun alun di depan istana. 

    Tiba tiba dari gerbang depan terdengar suara keras seseorang membentak lalu terdengar suara jeritan.  Semua orang menengok ke arah gerbang depan.  Dari arah depan terlihat beberapa sosok berbaju hitam berlari masuk ke pendopo.  Dua orang prajurit lalu menghalangi mereka tapi dengan gerakan secepat kilat mereka menyerang dan kedua prajurit itu roboh.  Panji terkejut sekali.  Dengan cepat dia menyuruh Candra Kirana bersembunyi di balik seperangkat gong besar.

    Candra, kamu diam di sini. Jangan bergerak!

    Sepuluh bayangan hitam itu lalu berlari dengan cepat masuk ke dalam istana langsung menuju ke Dalem Ageng yaitu tempat tinggal Panji dan keluarga raja.  Mereka hanya sepintas melihat ke arah Panji dan beberapa orang.   Sesudah mereka lewat Panji cepat mengajak Candra Kirana lari ke arah gerbang.  Candra Kirana dia suruh masuk ke ruang penjagaan.

    Sembunyi di sini

    Beberapa orang penjaga sudah terkapar dengan luka berdarah.  Untunglah di sana masih ada berapa senjata.  Panji mangambil sebilah pedang Panjang.  Kemudian kentongan yang tergantung di gerbang dipukul keras dengan nada cepat. Itulah titir yang artinya tanda bahaya.  Para prajurit yang sedang santai terkejut mendengar itu.  Untungnya meskipun suasana sudah santai kewaspadaan tidak dikendorkan.  Pasukan penjaga istana masih tetap menjalankan kewajiban mereka.  Anggotanya disebar di sekeliling istana dan ketika mendengar suara titir itu mereka dengan cepat menghunus senjata dan berlari ke arah datangnya suara.  Dalam waktu singkat lima regu pasukan sudah siap tempur.  Tiga regu dia antaranya datang ke gerbang.  Lainnya bersiap di sekeliling istana. 

    Ada apa radyan?  Tanya mereka.

    Ada sepuluh orang pasukan asing menyerang ke dalam istana. Pasti mereka sisa pasukan Klana Sabrang.  Hati hati, mereka berilmu tinggi.  Satu regu ikut aku, yang lainnya kepung istana. Kalau ada orang asing berbaju hitam segera saja serang. Cepat ikuti aku!

    Panji membawa satu regu pasukan khusus pengawal istana yang terdiri dari limapuluh orang berkemampuan sangat tinggi masuk ke dalam dengan cepat tapi hati hati.  Mereka bergerak dengan tanpa suara.  Setelah sampai di pringgitan terdengar suara bentakan dan jeritan.  Panji dan anak buahnya masuk dengan sangat waspada.  Tiba tiba dari arah dalam terdengar suara bercuitan di udara.  Mereka dengan cepat membungkuk.  Pisau yang dilempar penyerang menancap di dinding dengan suara keras.  Agaknya para penyerang mengetahui ada orang datang. 

    Panji memberi aba aba dengan tangannya agar mereka berhenti dan menunduk.  Sesaat kemudian terdengar suara rintihan lalu suara benturan keras seperi badan yang dipukul. Bagi  Panji yang memiliki mata batin yang tajam suara itu sudah menunjukkan posisi musuh.  Di tangannya sudah ada pisau belati pendek dua buah.  Secepat kilat pisau dilemparkan berturut turut.  Terdengar suara jeritan tertahan lalu suara orang yang jatuh. 

    Anak buah Panji menyusul lemparan pisau ke arah nDalem ageng yang gelap.  Terdengar lagi suara jeritan disusul suara tubuh yang jatuh.  Tapi tak lama kemudian terdengar suara cuitan di udara dan pisau membentur dinding istana. 

    Panji  sudah terlatih melempar pisau dengan tepat.  Di dalam gelap ketika tidak ada yang terlihat maka suara yang berasal dari gerakan musuh atau lemparan pisau musuh sudah cukup memberi petunjuk baginya untuk menemukan sasaran.  Lemparan yang dilambari tenaga dalam itu sangat cepat, kuat dan tepat mengenai sasarannya.  Lima orang musuh sudah jatuh.  Tapi masih ada lima orang lagi di dalam.  Kali ini mereka tidak mengeluarkan suara sama sekali.

    Panji memberi aba aba agar anak buahnya menunggu.  Lama ditunggu tetap saja dari dalam tidak ada suara sama sekali.  Mereka menungu dengan sabar.  Akhirnya Panji mengambil keputusan.  Dia memberi aba aba agar mundur.  Lalu pintu jati di nDalem ageng ditutup dan diganjal dengan meja besar dari luar.

    Di pendopo Panji memberi perintah kepada anak buahnya.

    Di dalam masih ada lima orang.  Suasananya gelap sekali sehingga sangat berbahaya buat kita.  Biarkan saja mereka di sana.  Tapi kita tutup dan kita kepung mereka.  Sampai besok mereka kalau sudah lemas di dalam baru kita serang masuk

    Demikianlah, malam itu pasukan pengawal istana mengepung semalaman nDalem Ageng dan bahkan di luar tembok istana penjagaan diperketat. Musuh yang terperangkap di dalam tidak bisa keluar lagi.  Sepanjang malam para prajurit hanya berjaga, tidak menyerang masuk. Namun sepanjang malam mereka terus menerus mengganggu musuh di dalam dengan suara rebut.  Berkali kali mereka memukul keras pintu, jendela dan juga dengan bunyi keras gong kecil yang dipukul kuat.  Tujuannya untuk membuat mereka tidak bisa tidur sehingga mereka akan kehabisan tenaga esok harinya. Panji dan Candra Kirana terpaksa beristirahat di rumah penjagaan di gerbang depan.

    Pagi sesudah subuh pasukan penjaga istana meningkatkan keributan dengan memukul segala macam alat musik dan alat logam dengan irama ngawur. Mereka juga bernyanyi sambil berteriak teriak keras dan sesekali memukul pintu dan jendela jati sehingga bersuara keras sekali.

    Siang hari selepas solat dhuhur barulah Panji bergerak menyerang lagi.  Sembari menyuruh pasukan pendukung terus membuat keributan, pasukan inti yang hanya kecil saja, hanya duapuluh lima orang disiapkan mengepung nDalem Ageng dari beberapa pintu dan jendela.  Secara bersamaan mereka membuka paksa dari luar.  Ternyata semua pintu dan jendela dikunci dari dalam dengan diganjal balok jati yang sangat kuat.  Upaya menjebol tidak ada yang berhasil.  Mereka lantas dikumpulkan oleh Panji.

    Sekarang kita pakai siasat menangkap tikus di sawah.  Caranya lewat atas.  Bawa jerami dan sekam ke atap.  Lalu buka atap di beberapa bagian secara bersamaan dan masukkan jerami dan sekam yang dibakar. Asap tebalnya akan membuat mereka mati lemas atau terpaksa lari keluar

    Di lima tempat atap kayu jati dibuka paksa lalu sekam dan jerami terbakar dilemparkan ke bawah.  Asap tebal segera berkumpul di dalam nDalem Ageng.  Ketika menjatuhkan terdengar suara benturan di atap tapi lemah.  Agaknya mereka menyerang dengan lemparan pisau, namun sia sia saja karena para prajurit terlindung oleh atap. Lagipula atap itu tinggi dan musuh sudah lemas karena semalaman tidak tidur, tidak makan dan tidak minum. 

    Dari dhuhur sampai asar para prajurit terus menerus melemparkan jerami dan sekam tapi tetap tidak ada tanggapan berarti dari musuh.  Akhirnya Panji memutuskan membuka lebih lebar atapnya. 

    Ketika atap sudah terbuka lebar dari atas terlihat jelas di tengah nDalem Ageng ada lima orang musuh sedang duduk dalam kepungan asap tebal. Mereka duduk bermeditasi.  Panji memerintahkan anak buahnya.

    Lempar pisau!

    Hujan pisau dengan cepat menyusul sehingga mengeluarkan suara bercuitan di udara sore.  Musuh yang sudah lemas tidak mampu melawan.  Satu dua lemparan masih mampu dihindari namun akhirnya mereka semua tumbang.  Panji dan pasukannya lalu masuk dengan tali kedalam nDalem Ageng.

    Di dalam ternyata ada dua orang orang pembantu setia Panji yang menjadi korban.  Mbilung dan Kacuk mati dengan luka menganga dan memakai pakaian kebesaran raja.  Mereka memang malam hari itu mendapat  tugas menata pakaian kebesaran Panji yang akan dipakai pada saat penobatan raja.  Karena iseng dan usil Mbilung dan Kacuk bercanda memakai pakaian raja.  Pada saat itulah pasukan pembunuh masuk. Melihat mereka berdua mamakai pakaian raja mereka yang tidak mengenali dengan baik wajah Panji lantas membunuh Mbilung dan Kacuk karena mengira salah satunya pastilah raja dan lainnya mungkin saudara raja. 

    Panji tidak tahan melihat kedua pembantu setianya meninggal dengan mengenaskan.  Merekalah yang selama ini sudah mengasuhnya sejak kecil. Hubungan batinnya sudah sangat erat dengan mereka.  Panji berlutut memeluk jenazah keduanya.

    Inna lillahi wa innailahi rojiun. Paman Mbilung dan Paman Kacuk,  semoga arwah kalian mendapat ampunan dari Allah dan semoga kubur kalian diluaskannNya, dan semoga amal ibadah kalian diterima

    Semua anggota pasukan ikut tersentuh. Mereka semua ikut berlutut sambil mendoakan kedua abdi tersayang itu.   

    Malam itu pertunjukan wayang digelar di alun alun istana dengan cerita ‘Gatotkaca Jumeneng Nata’ (Gatot kaca naik tahta).  Panji didampingi Candra Kirana menonton sebentar tapi tidak lama mereka di sana.  sebelum tengah malam mereka sudah kembali ke istana.  Panji dan Candra Kirana duduk menikmati keindahan malam purnama di pendopo. 

    Candra Kirana, aku terbayang lagi kejadian hebat beberapa bulan ini

    Kejadian yang mana Panji?

    Aku terbayang semua kejadian sejak masa kecilku sampai kejadian kemarin.  Banyak peristiwa yang menggetarkan, banyak peristiwa tak terlupakan

    Matahari tenggelam dan matahari terbit

    Prabu Erlangga adalah seorang raja yang sangat cerdas dan arif bijaksana.  Karena itu kerajaan Kahuripan di bawah pemerintahan raja Erlangga mengalami kemajuan yang sangat pesat di berbagai bidang.  Dalam pertanian kahuripan sangat maju.  Banyak lahan sawah dan ladang yang dibuka dan digarap dengan baik sehingga hasilnya melimpah.  Bahan pangan tersedia sangat banyak karena setiap kali panen selalu berhasil baik.  Maka tidak ada rakyat Kahuripan yang kelaparan. Melimpahnya bahan pangan bahkan bisa dijual ke manca negara.  Dalam seni budaya kemajuan pesat juga didapat.  Empu Kanwa adalah salah satu nama yang paling terkenal di masa itu dengan karyanya  ‘ Arjuna Wiwaha’ yang konon mengambarkan sang prabu Erlangga sebagai tokoh Arjuna dari kisah Mahabarata.  Padepokan seni yang mengajarkan tari tarian dan musik berkembang di mana mana.  Tentara Kahuripan juga sangat kuat sehingga disegani oleh negara sekitarnya. Selain memiliki persenjataan yang lengkap mereka juga menguasai ketrampilan olah yuda yang mumpuni. Raja mendatangkan banyak guru olah kaprajuritan dari manca negara sehingga prajurit Kahuripan menjadi sangat tangguh.  Apalagi mereka juga diberi pelajaran olah batin oleh para guru dari Nuswantara sendiri.  Dalam olah batin inilah keunggulan para winasis dari Nuswantara sehingga raja tidak perlu mendatangkan guru dari manca negara. Bahkan banyak permintaan dari manca negara agar guru olah batin Nuswantara mengajar mereka.  Saking banyaknya permintaan itu raja tidak bisa menyanggupi semuanya.

    Perhiasan emas yang dihasilkan pengrajin Kahuripan juga sangat terkenal di manca negara.  Banyak saudagar Kahuripan yang pergi ke negri Ngatas angin, Ngerum, Siam, Campa, Tartar dan lain lain untuk berdagang emas permata.  Selain itu banyak empu dari Kahuripan yang mendapat pesanan senjata seperti pedang dan tombak dari Ngatas Angin dan Tartar. Semua kemajuan itu menyebabkan perdagangan dengan manca negara menjadi semangkin meningkat. Mangkin banyak kapal dari negeri seberang datang ke pelabuhan Tuban dan Ujung Galuh dengan membawa aneka dagangan mereka. Demikian juga saudagar Kahuripan juga berkembang.  Banyak saudagar yang memiliki kapal niaga untuk mengirim barang dagangan ke manca negara terutama ke Ngatas Angin.

    Ketika raja Erlangga memasuki usia tua dia menghadapi masalah pergantian kekuasaan yang pelik.  Dalam adat Jawa, seperti lazimnya di kerajaan lain, pengganti raja adalah anak laki laki tertua dari permaisuri. Meskipun aturan adat ini sudah berjalan ribuan tahun sehingga sudah mendarahdaging di dalam masyarakat pada kenyataannya sudah sering menimbulkan masalah.  Sepanjang sejarah sudah banyak konflik yang menimbulkan banyak korban jiwa dan harta benda. Prabu Erlangga tidak ingin ada permusuhan apalagi pertumpahan darah dalam pergantian kekuasaan di Kahuripan.

    Pada kenyataannya putra tertua dari permaisuri belum tentu yang paling cerdas dan cekatan sehingga dia belum tentu  mampu menjadi pemimpin apalagi memajukan kerajaan.  Adiknya yang lebih cerdas, lebih baik kemampuan kepemipinannya tentu tidak mau menyerahkan tahta kepada kakaknya.  Bisa jadi ambisi pribadi yang mendorongnya tapi bisa juga keprihatinannya terhadap nasib negaranya yang menjadi pendorongnya mengambil alih kekuasaan.  Maka timbullah konflik.  Kalau perimbangan kekuatan tidak setara maka konflik akan cepat selesai meskipun ada korban.  Tapi jika kekuatan kedua pihak berimbang maka bisa terjadi konflik yang berkepanjangan.  Maka rakyat kecil lah yang paling menderita.

    Prabu Erlangga menyadari kerajaannya yang sedang mengalami masalah pelik di berbagai bidang.  Letak Kahuripan yang sangat bagus untuk perdagangan antar negara, kekayaan alam Kahuripan yang sangat kaya, jumlah warga negara Jenggala yang sangat banyak sehingga membutuhkan pasokan berbagai barang yang besar, semua ini menjadi daya tarik bagi manca negara.  Itulah sebabnya banyak sekali orang manca negara datang berduyun duyun ke Jenggala.  Sebagian terdorong untuk berjualan ke Jenggala.  Dengan kapal kapal besar mereka merapat di pelabuhan Tuban dan Ujung Galuh.  Ada yang membawa keramik yang indah, kain sutra yang halus dan mahal, ada lagi yang menjual alat pertanian, lukisan, perabotan rumah tangga dan bermacam macam barang yang bagus dan menarik.  Meskipun demikian banyak juga yang niatnya mendatangkan kecurigaan orang. Di antara mereka ada yang menjual madat.  Sebagian lagi konon menjadi penculik. Mereka culik warga Jenggala untuk dijual di manca negara sebagai budak. Memang ada juga yang datang ke Kahuripan untuk membeli hasil pertanian, peternakan dan kerajinan Kahuripan.

    Kemudian ulah tentara laut negri seberang akhir akhir ini menimbulkan kecurigaan.  Warga Jenggala yang bekerja sebagai pelaut juga melaporkan bahwa mereka sudah sering menjarah hasil tangkapan nelayan dan barang bawaan kapal pelaut.  Satu hal yang lebih memprihatinkan adalah mereka sudah merebut beberapa pulau milik Kahuripan yang berada paling jauh dari ibukota.  Mereka bahkan sudah membangun barak barak prajurit dan pelabuhan besar buat tentara lautnya.

    Hal ini sudah menimbulkan keresahan di kalangan warga dan petinggi Kahuripan.  Mereka sudah menyampaikan masalah ini kepada Prabu Erlangga. 

    Selain masalah dengan negri seberang ada lagi masalah dari dalam negri sendiri yang juga perlu mendapatkan pemecahan segera.  Di daerah daerah sudah timbul pertengkaran  lantaran perbedaan agama yang mereka anut, ada lagi karena perbedaan asal kampung.  Sesama warga yang seharusnya hidup rukun berdamai saling membantu malah saling ejek, saling melecehkan sehingga akhirnya saling serang. Tawuran antar warga sudah sering terjadi.

    Kemudian di beberapa daerah terjadi gagal panen.  Sebagian memang karena kurang pasokan air tapi ada juga akibat serangan hama dan bahkan ada yang karena gangguan manusia.  Ada orang yang secara diam diam merusak lahan pertanian sehingga gagal panen. 

    Satu hal lai yang dirasakan aneh oleh penduduk adalah beredarnya hasil pertanian yang mereka yakini dari manca negara.  Di pasar pasar Jenggala muncul bawang merah bawang putih cabe, dan buah buahan yang berbeda dengan yang mereka tanam.  Tidak seorangpun tahu asalnya tapi mereka yakin itu adalah barang yang berasal dari manca negara.

    Karena menghadapi masalah masalah pelik itu kerajaan Kahuripan membutuhkan seorang pemimpin yang kuat, cerdas, cakap yang akan mampu mengatasi tantangan berat di masa depan.

    Prabu Erlangga memiliki dua orang putra dan seorang putri.  Yang nomor satu seorang putri cantik dan cerdas bernama Dewi Kilisuci.  Putra kedua bernama Lembu Wijaya dan putra ketiga bernama Lembu Amiluhur.

    Kalau secara adat maka putra kedua inilah yang seharusnya mewarisi tahta kerajaan.  Meskipun demikian kemampuannya masih di bawah adiknya.  Sang Prabu tidak yakin bahwa dia akan mampu mengatasi masalah pelik Kahuripan.  Dia lebih yakin anak keduanya akan mampu mengatasi masalah berat bangsanya.  Maka dicarilah jalan keluarnya.  Dia berpikir dan berdoa memohon petunjuk Allah swt dan berunding dengan para penasehatnya.

    Salah satu penasehat andalannya adalah Empu Barada.  Dia adalah seorang tokoh yang arif bijaksana.  Di usianya yang sudah lebih dari tujuhpuluh tahun dia masih sehat karena menjalankan kehidupan yang bersih secara lahir maupun batin.  Dia tinggal di luar ibukota di sebuah padepokan.  Di sanalah dia membimbing ratusan murid dari berbagai penjuru Kahuripan bahkan dari manca negara.  Setiap pagi jauh sebelum matahari terbit sang Empu sudah bangun lantas membangunkan semua muridnya untuk melakukan puja bersama di ruang utama padepokan.  Sampai menjelang terbit fajar mereka memuja dan berdoa. Ketika fajar terbit barulah mereka memulai bekerja membersihkan padepokan, memasak, mencuci dan sebagainya.  Ketika mathari sudah naik setinggi pohon jambu Empu Barada dan beberapa pedampingnya mulai mengajar para murid.  Di tengah hari mereka bersembahyang lagi bersamaan.  Demikian juga di kala matahari sudah miring ke barat, di senja hari dan di awal malam.  Mereka tidur tidak terlalu malam agar bisa bangun ketika dini hari.  Demikian kehidupan Empu Barada setiap harinya. 

    Karena ilmunya yang sudah mencapai tataran tinggi sehingga sudah membuatnya arif bijaksana maka Prabu Erlangga mengangkatnya sebagai penasehat raja.  Ketika sang prabu menghadapi berbagai masalah pelik maka sang Empu selalu dimintai nasehat. Empu Barada selalu memberikan pemikirannya kepada sang prabu dengan senang hati karena bagi dia sumbangan pemikiran adalah amal ibadahnya yang akan dibalas oleh Allah berlipat lipat.

    Demikian juga ketika sang prabu menghadapi masalah pergantian kekuasaan di kerajaan Kahuripan.  Suatu hari Empu Barada dipanggil ke istana.  Seorang utusan dikirim ke padepokan untuk memerintahkan Empu Barada menghadap raja esok harinya sebelum tengah hari.

    Ketika matahari belum tinggi dan belum memancarkan panas yang membakar Empu Barada sudah tiba di istana raja.  Prajurit penjaga segera membawanya masuk. 

    ‘Yang mulia Empu, silahkan ikuti saya’

    Kepala penjaga membawanya masuk ke istana.  Meskipun sudah sering memasuki istana raja Empu Barada selalu merasa kagum setiap kali menapakkan kakinya di sana. Istana itu sebenarnya tidak terlalu besar, tidak terlalu mewah. Tapi tatanannya sangat asri, bersih dan rapi sehingga membuat siapa saja yang melihatnya merasa nyaman tentram.  Selain itu dia merasakan aura sangat kuat dari tempat itu.  Tidak salah dia beberapa puluh tahun lalu memilih tempat itu sebagai istana berdasarkan ilmu petak bumi yang dikuasainya dengan baik.  Ilmu ini adalah ilmu untuk mengenali getaran suatu tempat. 

    Bumi memiliki getaran yang bisa mempengaruhi mahluk hidup yang tinggal di sana.  Ada tempat di bumi yang memiliki getaran panas sehingga mempengaruhi nafsu amarah.  Orang yang tinggal di sana bisa menjadi pemarah.  Meskipun demikian tergantung juga kepada kemampuan orang tersebut untuk mengendalikan nafsunya.  Ada lagi tempat yang memiliki getaran yang sejuk dingin sehingga perasaan orang bisa terpengaruh.  Tempat seperti ini cocok untuk olah pikir dan olah batin.  Ada lagi tempat yang getarannya cocok untuk berniaga, dan lain lain.  Orang yang sudah memiliki indra batin yang peka seperti Empu Barada akan mampu mengenali getaran suatu tempat.  Kepekaan batin seperti itu hanya bisa dimiliki oleh orang yang sudah mampu mengalahkan nafsunya. Kemampuan mengalahkan nafsu ini ditentukan oleh kepasrahannya kepada Tuhan yang maha esa. 

    Getaran bumi selain bisa mempengaruhi ia dipengaruhi juga oleh perilaku orang yang mendiaminya.  Jadi ada interaksi antara bumi dengan manusia yang menghuninya.  Getaran yang menyebabkan orang menjadi malas misalnya lantas ditinggali dalam waktu lama oleh orang pemalas maka kekuatannya akan semakin bertambah.  Kekuatan orang dan kekuatan bumi akan semakin menjadi jadi.  Sebaliknya jika dia ditinggali oleh orang yang rajin maka getaran tempat itu bisa berubah menjadi semakin baik juga.  Hal ini karena pada hakekatnya manusialah yang diberi kekuatan tertinggi oleh Allah swt. Manusialah yang diberi wewenang oleh Allah swt  sebagai pengelola bumi. Oleh karena itu bumi sebenarnya tunduk takluk kepada manusia. Ketika tempat yang memiliki getaran baik dihuni oleh manusia yang berperilaku baik maka getarannya akan semakin baik.  Tempat yang dipakai untuk rumah untuk memuja Allah swt akan semakin baik getarannya. Tentu saja kalau cara memujanya benar, yaitu cara memuja yang diciptakan oleh Allah swt sendiri, bukan bikinan manusia.  Istana Kahuripan merupakan kombinasi yang sempurna.  Getaran bumi yang dirasakan Empu Barada adalah yang lembut tapi kuat, halus, teduh, yang mampu mendukung kegiatan olah pikir dan olah batin.  Tempat ini cocok sekali untuk raja karena akan semakin kuat aura dan wibawanya.  Apalagi ketika tempat itu ditata dengan rapi bersih anggun dan disertai kegiatan olah batin dan olah pikir yang terus menerus dan dengan benar.  Semua orang pasti akan merasakan getarannya sehingga terpengaruh untuk tunduk patuh pada penguasa tempat itu.  Penghuni tempat itu juga akan terpengaruh untuk menjadi penguasa yang adil dan melindungi rakyatnya, bukan penguasa zalim yang justru menjadi beban dan bahkan menjadi pemangsa rakyatnya sendiri.

    Kepala pasukan mempersilahkan Empu Barada duduk di sebuah pendopo yang teduh, sejuk dan rindang.  Pendopo terbuka itu terbuat dari kayu jati berukir indah.  Halamannya ditanami rumput dan bunga bunga indah. Ada pohon pohon sawo kecik sebagai peneduh sehingga ketika matahari bersinar panas tempat itu tetap terasa sejuk.  Tidak lama kemudian sang prabu Erlangga datang dengan diiringi beberapa pengawal.  Empu Barada segera berdiri dan membungkukkan badan sebagai tanda penghormatan. Kedua tangannya disatukan di depan dadanya sambl mengucap salam.  Sang prabu segera menyilahkan Empu Barada duduk.

    ‘Romo Empu selamat datang’

    ‘Terima kasih yang mulia anak prabu’

    ‘Romo Empu mungkin sudah maklum dengan apa yang akan saya sampaikan. Tapi biarlah saya jelaskan.  Romo Empu sekarang ini saya sudah hampir memasuki masa senja dalam hidup sedangkan saya memiliki tiga anak.  Anak pertama Kilisuci sudah berniat akan menjalani hidup sebagai petapa.  Anak laki laki kedua inilah yang seharusnya mewarisi tahta Kahuripan.  Meskipun demikian Romo Empu pasti sudah maklum akan kemampuannya yang terbatas.  Sedangkan saat ini Kahuripan menghadapi banyak tantangan pelik yang membutuhkan pemimpin yang kuat, cerdas dan mumpuni agar bisa melindungi dan memajukan rakyat. Anak ketiga jauh lebih mampu daripada kakaknya. Meskipun demikian tidak mungkin tahta diberikan kepadanya karena pasti akan menimbulkan perlawanan dari kakaknya dan akan terjadi perang saudara.  Kalau sudah demikian maka negara akan jadi lemah dan rakyat akan menderita. Bahkan tidak mungkin Kahuripan akan dikuasai oleh manca negara melalui penaklukan atau gangguan.  Inilah masalah saya saat ini Romo Empu.  Mohon pendapat Romo Empu agar masalah teratasi dan rakyat tetap bisa hidup aman sejahtera’

    Yang mulia anak prabu Erlangga,  saya sudah lama memikirkan masalah ini akan tetapi saya tidak berani mengutarakannya.  Nah kalau sekarang Anak prabu menginginkan pendapat saya, baiklah akan saya utarakan.  Namun saya mohon maaf apabila pendapat saya ini tidak menjadikan anak prabu berkenan

    Silahkan Romo Empu. Apapun pendapat Romo akan saya hormati dan apabila benar benar bisa menjadi pemecahan masalah ini insya Allah akan saya jalankan

    Terima kasih yang mulia anak prabu. Perkenankan saya utarakan.  Saya memiliki gagasan yang saya yakini akan menguntungkan dan memuaskan semua pihak dan sekaligus juga bisa menjadi pemecah masalah ini.  Dalam hemat saya sebaiknya kedua putra anak prabu diberi kedudukan sebagai raja.  Dengan kata lain kerajaan Kahuripan dibagi dua.  Putra pertama diberi bagian wilayah Kediri yang lebih luas sedangkan putra kedua diberi wilayah Jenggala di utara kali Brantas yang lebih kecil wilayahnya.  Dengan demikian keduanya akan merasa puas.  Sang kakak akan merasa puas dan dihormati karena memiliki wilayah yang lebih luas sedangkan sang adik akan merasa puas karena dia juga menjadi raja di tempat yang juga makmur meskipun wilayahnya lebih kecil.  Selain itu wilayah utara ini lebih penting karena dia menguasai dua pelabuhan utama yaitu Tuban dan Ujung Galuh.  Masyarakatnya juga lebih maju. Masalahnya juga lebih rumit. Jadi Jenggala akan lebih mampu berkembang daripada Kediri yang akan jadi wilayah penyangga, pendukung bagi Jenggala.  Kelak Jenggala di bawah kepemimpinan putra kedua inilah yang akan menjadi lebih berpengaruh  daripada Kediri.  Dengan kata lain dia akan menjadi pemimpin Jenggala dan sekaligus Kediri.  Sehingga tujuan anak prabu tercapai semua.  Pergantian kekuasaan berjalan baik, tidak ada gangguan apapun, negara maju dan rakyat aman makmur.

    Romo Empu sungguh sangat bijaksana.  Tidak sia sia aku meminta nasehat kepada Romo

    Setelah pertemuan itu seperti biasanya Erlangga memberi hadiah kepada Empu Barada untuk pendidikan murid murid di asramanya.  Empu Barada menerimanya dengan senang hati.

    Demikanlah akhirnya Erlangga mendapatkan jalan untuk mengatasi masalahnya.  Dia memutuskan akan membagi negaranya menjadi dua sesuai dengan saran Empu Barada.  Anak pertama akan diberi kerajaan Kediri dengan wilayah yang lebih luas.  Sedangkan anak kedua akan diberi kerajaan Jenggala yang wilayahnya lebih kecil di pantai utara pulau Jawa.   Dengan demikian dia yakin anak keduanya akan puas karena dia mendapatkan wilayah lebih luas. Di sisi lain dia juga yakin anak keduanya akan mampu mengembangkan kerajaan jenggala menjadi makmur dan kuat meskipun wilayahnya lebih kecil.  Sedangkan anak pertamanya yang perempuan akan dijadikan penasehat bagi kedua adiknya karena dia justru ingin menjadi petapa.

    Beberapa hari kemudian Erlangga mengadakan pertemuan agung.  Semua petinggi negara diundang, demikian juga semua anaknya dan permaisurinya.  Dalam pertemuan tersebut Erlangga mengumumkan bahwa dia akan segera lengser keprabon dan setelah itu kerajaan akan dibagi menjadi dua.  Sebagai batas wilayah ditetapkan sungai Brantas yang mengalir ke arah timur laut pulau Jawa.  Wilayah yang berada di sebelah utara dan barat sungai Brantas adalah wilayah kerajaan Jenggala yang akan dipimpin oleh anak keduanya.  Sedangkan wilayah yang berada di selatan dan timur sungai Brantas adalah termasuk kerajaan Kediri yang akan dipimpin oleh anak laki laki pertamanya.  Semua kawula negara diharuskan patuh pada keputusan raja.  Apabila ada yang membangkang akan diberi hukuman pidana mati.  Sedangkan kedua putranya diwajibkan berunding berdua untuk membahas pembagian kawula yang akan ikut kedua kerajaan itu.  Kemudian anak pertamanya diangkat sebagai pendeta agung dan sekaligus penasehat bagi kedua adiknya yang akan segera menjadi raja. Sang prabu Erlangga sendiri setelah lengser keprabon akan menjadi petapa dan menyepi di pertapaan.

    Sepekan kemudian perundingan pembagian itu selesai.  Sang kakak segera menuju ke Kediri untuk dinobatkan menjadi raja Kediri dengan ibu kotanya di Daha.  Adiknya tetap di ibukota Jenggala dan dinobatkan menjadi raja Jenggala.

    Matahari dan rembulan

    Kerajaan Jenggala di sisi utara pulau Jawa adalah sebuah kerajaan yang subur makmur.  Tanah subur membentang dari pantai utara sampai pegunungan di bagian tengah pulau Jawa menjadi lahan pertanian yang sangat subur makmur.  Matahari dan air melimpah serta cuaca yang cerah sepanjang tahun menyebabkan segala macam tanaman tumbuh subur di sana.

    Sawah ladang penduduk Jenggala menghasilkan padi yang gemuk dan enak sepanjang tahun.  Di sela sela musim tanam padi mereka juga menanam jagung dan palawija.  Di beberapa tempat yang agak berbukit mereka menanam pohon buah buahan.  Maka Jenggala memiliki hasil pertanian yang melimpah.  Selain padi yang melimpah mereka juga memanen ketela, umbi, jagung, kedelai, dan lain lain.

    Raja sangat memperhatikan kemajuan rakyatnya.  Karena itu dia memajukan juga pendidikan buat mereka.  Di wilayah Jenggala dibangun banyak padepokan yang mengajarkan berbagai macam ketrampilan selain olah batin.  Ada padepokan yang mendidik pertanian dan peternakan. Ada juga yang mendidik kerajinan, kaprajuritan, perdagangan, perundagian dan lain lain.

    Satu hal sangat penting yang dimiliki Jenggala tapi tidak dimiliki Kediri adalah pelabuhan.  Di wilayah Jenggala ada dua pelabuhan yaitu Tuban dan Ujung Galuh.  Keduanya merupakan pelabuhan yang sudah dikenal luas di antara bangsa bangsa di manca negara.  Setiap hari ada kapal yang berlabuh dan berangkat ke manca negara.  Mereka berasal dari Ngatas Angin, Siam, Campa, Tartar, Tumasik, Pahang, Keling, Bali, Tanjung Pura, dan lain lain.  Barang dagangan dari Jenggala dan Kediri dikirim ke manca negara melewati kedua pelabuhan itu.  Barang dagangan dari manca negara juga melewati kedua pelabuhan itu sebelum dijual di Jenggala, Kediri dan banyak wilayah lain di Nuswantara.  Akibatnya penghasilan warga Jenggala selalu naik dari perdagangan antara bangsa ini.  Mereka juga memiliki hubungan yang lebih luas daripada warga Kediri di pedalaman.  Lebih banyak pula ilmu dari orang asing yang mereka pelajari. 

    Paling penting dari semuanya itu adalah kepemimpinan rajanya yang sangat cerdas dan sangat memperhatikan kemajuan rakyat dan negaranya.  Raja selalu memantau perkembangan perdagangan, pertanian, pendidikan, kaprajuritan, kesenian dan lain lain.  Jika ada kendala maka dia akan aktif mencari pemecahannya.  Akibatnya dalam beberapa tahun saja rakyat dan negara Jenggala sudah jauh melebihi Kediri. 

    Rakyat Jenggala menikmati pendapatan yang lebih tinggi dari pertanian, perundagian dan perdagangan dengan manca negara.  Sedangkan rakyat Kediri hanya dari pertanian saja dan hanya sedikit rakyatnya yang berdagang dengan manca negara.  Akibat kemajuan itu maka raja Jenggala mampu membangun kekuatan tentaranya menjadi yang terkuat di Nuswantara.  Meskipun demikian karena raja Jenggala dan Kediri adalah saudara maka hubungan keduanya baik.  Jenggala bukan ancaman bagi Kediri.  Raja

    Menikmati pratinjau?
    Halaman 1 dari 1