Temukan jutaan ebook, buku audio, dan banyak lagi dengan uji coba gratis

Hanya $11.99/bulan setelah uji coba. Batalkan kapan saja.

The Army Of Earth [Awal]
The Army Of Earth [Awal]
The Army Of Earth [Awal]
eBook240 halaman2 jam

The Army Of Earth [Awal]

Penilaian: 0 dari 5 bintang

()

Baca pratinjau

Tentang eBuku ini

Selama dua puluh tahun, Bumi dan Fosfo bermusuhan. Peperangan tidak terelakan. Kedua planet berusaha saling membunuh satu sama lain.

Perang Papua yang berakhir mengenaskan membuat Profesor Makedonia terjebak di Militer Bumi. Di sana, dia bertemu kembali dengan saudara kembar yang tidak dia temui selama enam tahun. Siapa yang menyangka bahwa dia adalah salah satu kapten pasukan khusus. Dialah Kapten Garuda.

Ketika Fosfon melayangkan surat perang pada Denmark, Kapten Garuda mendapat misi untuk mendapatkan Jendral Perang Fosfon hidup atau mati. Di tengah krisis Bumi yang berkepanjangan, Profesor Makedonia menyadari bahwa dia tidak dapat menolak takdir melihat Kapten Garuda berlari menuju kematian.

BahasaBahasa indonesia
PenerbitSaiRein
Tanggal rilis23 Sep 2023
ISBN9786027119857
The Army Of Earth [Awal]
Penulis

YA Tondang

Penulis dari:===============[Ocepa Kingdom - The Prince of Commoner]https://www.dreame.com/novel/Z%2BefQBNXak4E7dvAGnQm6w%3D%3D.html[Hello Again, Mr Ex]https://www.dreame.com/novel/r6jX34KU4gtg0qlzKzY3og%3D%3D.html[The Beloved Mr Bad]https://www.wattpad.com/story/7384271-the-beloved-mr-bad[The Sexy Dad]https://www.wattpad.com/story/7111110-the-sexy-dadFamily Love[https://www.wattpad.com/story/41330188-family-love][Amour Cafe (in Trouble)]https://www.wattpad.com/story/4808296-amour-cafe-in-trouble[The Flower Boy Next Door]https://www.wattpad.com/story/4037891-the-flower-boy-next-door[I Love You Mr Gay]https://www.wattpad.com/story/5794898-i-love-you-mr-gay[Amour Cafe]https://www.wattpad.com/story/3891124-amour-cafe[Darren & Rai]https://www.wattpad.com/story/3782543-derren-dan-rai

Terkait dengan The Army Of Earth [Awal]

E-book terkait

Fiksi Ilmiah untuk Anda

Lihat Selengkapnya

Ulasan untuk The Army Of Earth [Awal]

Penilaian: 0 dari 5 bintang
0 penilaian

0 rating0 ulasan

Apa pendapat Anda?

Ketuk untuk memberi peringkat

Ulasan minimal harus 10 kata

    Pratinjau buku

    The Army Of Earth [Awal] - YA Tondang

    Mr Charming

    YA TONDANG

    Logo copy

    The Army of Earth: Awal

    Karya YA Tondang @2009

    Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku tanpa izin tertulis dari penerbit.

    Cerita ini hanya fiktif belaka.

    Isi di luar tanggung jawab percetakan.

    Versi 1: April 2009

    Versi 2: Desember 2012

    Versi 3: Desember 2020

    Cetakan Pertama: Januari 2021

    Terbitan Pertama: Januari 2021

    Jumlah Halaman: 309 hlm

    Dimensi: 13 x 20 cm

    Rating: G (Semua Umur)

    Diterbitkan oleh Penerbit SaiRein

    (CV SaiRein)

    Jln. Selamat Gg Sadar No 17 A 

    Medan Binjai, Sumatera Utara – 20228

    ISBN E-Book [PDF]: 978-602-71198-5-7

    Ebook Version.

    Volume 1 dari Trilogy The Army of Earth.

    Cuap-Cuap Penulis

    Hi Semua! Apa kabar? Saya kembali dengan kisah baru! Sesungguhnya, cerita ini bukan cerita baru. Draft pertama kisah ini ditulis pada tahun 2009 dan telah mendapatkan beberapa kali revisi. Akhirnya, di tahun 2020, rampung. Lama sekali ya. Haha.

    The Army of Earth akan memiliki tiga buku: Awal, Kisah & Akhir. Kisah ini tentang peperangan Bumi melawan makhluk alien. Namun, jangan khawatir, kisah ini tidak seklise itu. Hihihi. Saya hanya berharap bahwa para pembaca dapat menikmati cerita ini, sama seperti saya menikmati menulisnya!

    Saya ingin mengucapkan terima kasih, kepada diriku sendiri (ceileh) yang telah berhasil merampungkan kisah ini. Kau telah berjuang keras, diriku! Kemudian pada keluargaku tercinta yang jauh, I love you so much! Pada teman-teman dekat yang berubah menjadi penggemar, I know you love me so much! Dan pada para pembaca yang telah menyemangati diriku dan membeli kisah ini, betapa aku mencintai kalian semua!

    Saya hanya berharap bahwa kisah ini dapat membuat kalian lebih berbahagia, menikmati hidup dan terhibur. Jangan lupa untuk menikmati kisah dari karya lain yang telah terbit ya!

    Terima kasih.

    Salam,

    YA Tondang.

    The Army of Earth: Awal

    untuk Bumi, 

    yang mulai kehilangan kebahagiaan dari para manusia yang tinggal

    dan untuk manusia,

    yang mulai lupa tentang Bumi & minta untuk diingatkan kembali

    PROLOG

    Tanah Papua terlihat damai. Langit biru ditutupi awan putih bergerak perlahan ditiup angin.

    Rerumputan hijau terhampar nyaris di seluruh daratan, sejauh mata memandang. Gundukan-gundukan tanah gembur dihiasai dengan bunga-bunga indah bermekaran. Burung-burung bernyanyi di dahan, mengintip dari dedaunan. Simfoni alam yang tidak ada duanya.

    Tiba-tiba, suara letupan kecil terdengar dari ujung Papua. Perlahan-lahan, suara itu membesar. Kemudian, seiring dengan angin kencang, muncul semburat api merah menyala, bergerak seperti sekumpulan belalang yang datang menyerbu.

    Burung-burung beterbangan panik, mengepakan sayap untuk menghindar begitu bumi mulai bergetar. Kerumunan hewan berlarian ke berbagai arah, seperti semut dari mata Elang yang terbang di udara.

    Dari ujung langit, benda mengerikan itu melebar dengan cepat, menghanguskan beratus-ratus meter segala hal yang berada di sekililingnya. Pepohonan terbakar, gosong terkena sapuan benda itu.

    Asap hitam mengepul dahsyat, menutupi dataran dan penghuninya yang tidak dapat melarikan diri. Bahkan sang Elang yang ada di atas ikut tersapu. Pekikannya tidak terdengar sama sekali akibat suara raungan benda jahat itu.

    Setelah asap hitam menghilang secepat kedatangannya, horor tampak memenuhi tempat itu.

    Hamparan rerumputan hijau indah kini berubah menjadi dataran tertinggal yang menghitam. Tanahnya kering tandus. Bau gosong tercium di sana-sini seperti racun. Air danau berubah warna menjadi hijau busuk, mengeluarkan gelembung mematikan. Tidak lama, tubuh-tubuh ikan terlihat menggenang. Mati keracunan.

    Dalam sekejap, separuh bagian Papua lenyap.

    SANG PROFESOR

    LABORATORIUM DIAMOND, PAPUA

    Jauh di dalam tanah, bangunan Laboratorium Diamond bergetar hebat.

    Para peneliti berlari panik dengan tangan di atas kepala, berteriak-teriak histeris. Tabung reaksi berjatuhan ke lantai. Asap hitam mulai bermunculan dari celah-celah ventilasi udara. Letupan reaksi kimia merembes dan membesar di lantai, bercampur dalam berbagai macam warna. Sebagian mendesis mengancam, ada yang memercikkan api, meleburkan logam dan kebanyakan mengeluarkan bau busuk.

    Kepanikan semakin menjadi. Terlebih saat butir-butir pasir jatuh dari langit-langit begitu bangunan bergetar lagi. Lampu-lampu penerang berkedip-kedip tidak karuan sebelum akhirnya padam.

    Kegelapan menyelimuti lorong. Hanya sedetik saja dan sirine peringatan berbunyi di atas kepala. Warnanya merah menyala; menandakan bahwa ada kejadian berbahaya telah terjadi di tempat itu.

    Keadaan darurat! Kepada semua orang diharapkan untuk tenang. Pintu keluar ada di sebelah selatan. Diminta sekali lagi kepada—

    Keadaan justru semakin mencekam, membabi-buta. Orang-orang berlarian menuju pintu Selatan. Saling dorong. Saling injak. Seperti kehilangan moral. Tidak peduli orang lain. Berusaha untuk menyelamatkan diri sendiri. Mencoba untuk bertahan hidup.

    Kepada semua orang diminta ketenangan dan kesebarannya untuk tidak panik. Kami ulangi sekali lagi bahwa—

    Pengumuman itu tidak digubris sama sekali. Teriakan kesakitan dari para manusia yang diinjak terdengar di sana-sini, aksi saling tarik dan dorong menuju pintu keluar menjadi pemandangan paling mengerikan.

    Jangan saling dorong!

    Tim Penyelamat yang mencoba masuk berteriak. Berusaha sebisa mungkin untuk membantu mereka yang terinjak, mengeluarkan para pekerja lain yang terluka karena bahan kimia atau tertinggal di belakang.

    Beri jalan! Beri jalan!

    Keluarkan kami dari sini! Keluarkan kami dari sini!

    Profesor!

    Salah seorang dari Tim Penyelamat berteriak di antara kerumunan, memanggil seseorang di atas lautan manusia yang ketakutan. Pria itu ada di bagian pinggir, dekat pintu besar yang terbuka lebar dan gelap. Tapi di ujung sana, ada sinar kecil, seperti sebuah harapan.

    Tidak lama, dia memberikan kode agar yang lain masuk melalui pintu yang dia sediakan.

    Lewat sini!

    Segera saja kerumunan terbagi dua. Yang ada di bagian belakang berhamburan menuju ke arahnya. Dan yang tadi ada di depan mencoba untuk berputar arah, menyikut sana-sini.

    Mohon dengarkan instruksi Tim Penyelamat untuk keselamatan Anda!

    Jangan saling dorong!

    Suara peluit terdengar di sepanjang lorong. Tanda peringatan semakin meraung-raung, kali ini semakin cepat. Warna merah berkedap-kedip semakin liar.

    Ada api, sesuatu telah terbakar!

    Menghindari arus orang-orang yang berduyun-duyun menuju pintu keluar, Tim Penyelamat berusaha untuk melewati bahaya yang lebih mencekam, memastikan tidak ada yang tertinggal. Seragam hijau yang mereka kenakan menyala dalam gelap, sebagai antisipasi dalam keadaan seperti ini, agar orang-orang yang membutuhkan bantuan dapat melihat mereka dalam kegelapan.

    Profesor! salah seorang Tim Penyelamat berteriak kembali pada seorang pria tua yang tampak ketakutan dan bergetar hebat. Dahinya mengeluarkan darah dan ada bekas luka bakar di bagian tangan. Anda tidak apa-apa?

    Tentu saja itu pertanyaan bodoh karena sudah pasti jawabannya tidak, tapi memastikan kondisi mereka lebih penting untuk saat itu.

    Makedonia masih ada di dalam sana, kata pria tua itu dengan suara berbisik ketakutan. "Makedonia masih ada di dalam sana."

    Makedonia?

    Kita harus menolongnya. Jika kita tidak menolongnya—

    Adam, ini bukan saatnya mengobrol! Bawa dia keluar dari sini!

    Pria itu, Adam, terkejut karena Ketua Tim Penyelamat berteriak marah padanya dari dekat pintu keluar. Suaranya menggelegar dahysat, mengalahkan arus teriakan panik orang-orang.

    Adam menoleh kembali pada pria itu, Profesor, ini saat genting. Keselamatan Anda—

    Dia Aset Bumi! Kalau dia mati, itu kita akan rugi untuk seratus tahun yang akan datang! Tidak ada orang yang—

    Tapi Profesor—

    Kau tidak mengerti sama sekali. Nyawanya lebih penting daripada—

    Di mana posisinya? Ketua Tim Penyelamat berteriak lagi, kesal karena tidak ada kemajuan dari Adam sementara dia sudah bolak-balik berusaha memastikan tidak ada orang yang tertinggal. Aku akan ke sana dan mencarinya!

    Dia ada di Ruang Uji Coba Kelas Eksklusif Nomor Enam.

    Ketua Tim Penyelamat mengangguk singkat kemudian menatap Adam. Mata menyipit penuh ancaman, Kau bawa dia keluar dari tempat ini. Setelah itu kembali ke posisimu dan pastikan tidak ada orang lain yang tertinggal. Aku akan berurusan denganmu nanti ketika aku kembali.

    Adam mengangguk dalam diam. Kemudian, sambil memegangi lengan sang profesor, dia membawa pria itu keluar. Sebelum sampai di depan pintu, Adam berbalik, melihat punggung sang Ketua yang bercahaya menjauh ditelan kegelapan. Nama Maximillian tertera di belakang seragamnya.

    KAPTEN GARUDA

    LAPANGAN MILITER PASUKAN ELANG, KENYA

    Kapten Pasukan Elang, Christoper Rumble, melipat tangan. Pandangannya fokus pada hamparan lapangan rumut terbuka yang gersang. Di tempatnya, dia dapat melihat para pasukan sedang berlatih bela diri. Suara mereka terbawa angin. Namun menghilang ketika beberapa pesawat tempur melintas di atas kepala. Sinar matahari menyengat kulitnya yang gelap.

    Untuk sesaat, dia tersenyum.

    Perang tidak terhindari lagi dan dia tidak tahu kapan akan berakhir. Melihat betapa bersemangatnya para prajurit yang sedang berlatih saat ini membuatnya yakin bahwa pasukannya tidak kalah hebat dari pasukan fosfon. Berita pengeboman yang dilakukan mahkluk luar angkasa itu pada Papua beberapa hari lalu membuat darahnya seakan mendidih.

    Lapor, Kapten. Salah seorang pasukan datang sambil memberi hormat. Ada pria yang ingin bertemu dengan Anda.

    Siapa? Kapten Elang tidak mau repot-repot memberikan perhatiannya. Matanya justru masih pada pasukan, melihat salah satu gerakan prajurit yang menjatuhkan prajurit lain dengan kecepatan menakjubkan. Pertandingan itu menarik minatnya. Dia ingin bergabung.

    Dia... dia tidak mau menyebutkan namanya, Kapten.

    Kali ini, informasi itu berhasil membuatnya beralih. "Kau tahu peraturan pertama yang paling penting di tempat ini? Tidak boleh ada orang yang masuk tanpa ijin ke camp ini."

    Prajurit meneguk ludah, tapi pandangan matanya tidak bergetar, Dia—dia menunjukan tanda di atas kepala prajurit, Sir.

    Kapten Elang menyipitkan mata. Dia tahu betul siapa yang biasa melakukan hal itu.

    Sambil mendecih jengkel, Kapten Elang berbalik pergi menuju lokasi yang ditunjuk. Dalam hati dia memaki-maki orang itu, bahkan sama sekali tidak memperhatikan gerakan hormat para prajurit wanita yang dia lewati.

    Sang Prajurit mengikuti di belakang, kelihatan sulit sekali untuk mengejar langkahnya. Jendela-jendela kaca besar yang mereka lewati menunjukan awan-awan yang bersih. Pesawat militer yang terbang menjauh hanya memberikan suara deruman rendah saat lewat. 

    Tidak ada satupun dari mereka yang bicara. Namun mereka tahu bahwa Kapten Elang sama sekali tidak senang.

    Itu dia, Kapten.

    Prajurit menunjuk pada pemuda yang duduk di salah satu ruang tunggu, tepat di depan pintu masuk. Ada dua prajurit yang mengawasinya, masing-masing menodongkan senjata, tapi dia tampak tidak terlalu peduli. Pemuda itu mengenakan jaket hitam dan di bawah kakinya duduk dua orang berambut berkilauan, tampak berantakan dan kehabisan napas, seperti budak.

    Untuk sejenak Kapten Elang terkejut, tidak bisa bicara.

    Fosfon. Ada dua fosfon di ruangan itu.

    Setelah mengatasi keterkejutannya, Kapten Elang berdeham. Dia sekarang mengerti mengapa orang ini keras kepala untuk menemuinya. Kapten Elang mendekat, menyadari bahwa pemuda itu merespon kedatangannya, lalu berhenti dalam jarak dua meter.

    "Apa yang kau lakukan di sini?" Kapten Elang tidak mau repot-repot membuat pemuda itu memperkenalkan diri, lalu dia mendelik jijik pada dua fosfon di lantai.

    Aku ingin pinjam pesawat. Pesawatku meledak saat ada di Fosfo. Kedua sialan ini dalangnya. Pemuda itu menjawab, lalu mendesah saat melirik dua orang yang berlutut di kakinya.

    Mengapa kau membawa mereka ke sini? Kapten Elang menaikan alis. Mengapa tidak kau bunuh saja mereka?

    Harus Kapten Elang akui, baru kali ini dia melihat fosfon dalam jarak begitu dekat. Rambut mereka lebih berkilauan dari cerita yang dia dengar. Dan mungkin karena mereka tidak ada tenaga lagi, mereka tampak lusuh.

    Eren Martindar, pemuda itu menunjuk ke sebelah kiri, pada manusia dengan kuping meruncing dan mata seperti kucing, dan Bios Hendrl, kali ini dia menunjuk pada rambut yang menjuntai berantakan, adalah Kolonel Pulau Berten dan Olm, Planet Fosfo. Mereka hampir membunuhku saat aku mendarat diam-diam di sana.

    Beribu tahun berlalu sejak kajayaan manusia terhadap teknologi bangkit, manusia akhirnya dapat berkomunikasi dengan makhluk asing. Namun, mereka hanya menemukan Planet Fosfo, lalu bermasalah dengan penghuni di dalamnya. Fosfon adalah sebutan bagi penghuni Planet Fosfo. 

    Fosfon umumnya memiliki wajah dan bentuk yang hampir mirip dengan manusia. Perbedaan yang nyata mungkin terdapat pada telinga mereka yang meruncing, rambut panjang sehalus sutra, mata besar jernih yang tampak seperti kucing, kulit putih pucat, dan tubuh tinggi langsing. Mereka merupakan mahkluk yang sering diceritakan oleh dongeng-dongeng kuno, para elf. Tapi tampaknya mereka bukan jenis yang sama.

    Andai saja permusuhan antara Bumi dan Fosfo tidak pernah terjadi, mungkin manusia akan berbondong-bondong mengagumi fosfon. 

    Namun kenyataannya jauh berbeda.

    Fosfo menyerang Bumi, tepatnya Kanada, dua puluh tahun lalu. Mereka menjatuhkan berpuluh-puluh bom peledak ketika Bumi menolak untuk meminta maaf atas peledakan yang terjadi pada pulau di Fosfo. Bumi mengaku bahwa kejadian itu bukan tanggung-jawab ataupun kesalahan dari prajurit Bumi, yang saat itu sedang latih tanding bersama dengan angkatan Fosfo.

    Perang tidak terelakan lagi. Tidak ada kedamaian sejak saat itu.

    Sedikit demi sedikit, lahan hijau berubah menjadi tanah gersang dan tandus. Para makhluk hidup berubah menjadi bangkai bertumpuk dan tidak berguna. Air berubah menjadi genangan darah. Anak-anak kehilangan orang tua. Dan orang tua menangisi anak-anak mereka yang mati di medan juang.

    Berulang kali telah dilakukan gencatan senjata. Namun usaha itu sama sekali tidak berhasil dan memperburuk keadaan.

    Akhirnya, Bumi memutuskan untuk tetap mempertahankan diri.

    Bumi merekrut prajurit dalam jumlah besar-besaran dan banyak dari mereka menganggap bahwa membela Bumi adalah kehormatan, jadi mereka sama sekali tidak takut dididik untuk mati. Kesulitan yang dimiliki Bumi adalah minimnya persediaan pesawat luar angkasa untuk masuk ke Planet Fosfo dan ditambah fakta bahwa Bumi masih belum dapat memperhitungkan pergerakan Planet Fosfo dengan benar. Fosfo meledakan Pusat Data ketika mereka menyerang Bumi pertama kali.

    Tindakan yang benar-benar pintar.

    Namun, seakan takdir masih dipihak Bumi, ada satu orang yang mampu keluar masuk Fosfo tanpa ketahuan.

    Ya, dia adalah Kapten Garuda.

    Pemuda itu berulang kali keluar masuk planet itu seakan liburan, sambil membawa fosfon, baik hidup, maupun mati. Dan fosfon yang dia tangkap adalah fosfon berpengaruh di medan perang. Sekali lagi, Bumi berhasil mempertahankan diri.

    Awalnya, kejadian penculikan, pembunuhan dan penangkapan para fosfon terlihat klise dan biasa saja, dianggap sebagai tugas tidak penting. Namun, siapa sangka, ketika kejadian itu terjadi berulang kali, pergerakan fosfon menjadi terhambat sedikit demi sedikit. Peperangan mereda untuk beberapa saat, sampai kabar dari Papua terdengar.

    Tugas berbahaya untuk menangkap para fosfon hanya diberikan pada Kapten Garuda. Sendirian. Tidak ada satu orang pun yang berhasil dikirim ke Fosfo dalam keadaan hidup kecuali Kapten Garuda.

    "Pergi diam-diam adalah keahlianmu, bukan, Kapten Garuda? Kapten Elang menatap Pemuda itu. Bumi sedang terancam musnah karena mereka dan sekarang kau justru membawa mereka kemari. Satu fosfon saja sudah buat susah, apalagi dua."

    Kapten Garuda tidak memberikan respon.

    Lalu, mau kau apakan mereka?

    "Terserah padamu, Kapten Elang. Aku tidak berniat membawa mereka kembali ke Markas

    Menikmati pratinjau?
    Halaman 1 dari 1