Temukan jutaan ebook, buku audio, dan banyak lagi dengan uji coba gratis

Hanya $11.99/bulan setelah uji coba. Batalkan kapan saja.

I & II Tesalonika
I & II Tesalonika
I & II Tesalonika
eBook269 halaman3 jam

I & II Tesalonika

Penilaian: 5 dari 5 bintang

5/5

()

Baca pratinjau

Tentang eBuku ini

Surat-surat Paulus kepada jemaat di Tesalonika menyingkapkan sejumlah kondisi yang akan ada juga pada saat Kedatangan yang ke Dua. Kemurtadan yang besar; Si Manusia Durhaka, dan bait Allah di Yerusalem semuanya adalah tanda-tanda bagi zaman kita. Kedatangan Kristus yang ke Dua Kali disinggung dalam setiap pasal dalam kedua suratnya. Sekalipun Gereja Mula-Mula salah menerapkan waktu dari kejadian penting ini, penekanan Paulus untuk bersiap sedia tidak pernah salah untuk diterapkan. Buku ini berfokus pada perlunya kita bersiap sedia, bukan hanya supaya kita bisa menjadi bagian dari Pengantin yang penuh kemuliaan yang akan diangkat, tetapi juga supaya kita bisa menjadi terang yang penuh kemuliaan di hari-hari sebelum kedatangan-Nya!
BahasaBahasa indonesia
Tanggal rilis27 Mei 2021
ISBN9781596659179
I & II Tesalonika

Terkait dengan I & II Tesalonika

E-book terkait

Kristen untuk Anda

Lihat Selengkapnya

Kategori terkait

Ulasan untuk I & II Tesalonika

Penilaian: 5 dari 5 bintang
5/5

1 rating0 ulasan

Apa pendapat Anda?

Ketuk untuk memberi peringkat

Ulasan minimal harus 10 kata

    Pratinjau buku

    I & II Tesalonika - Rev. Daniel G. Caram

    Surat-surat

    I & II Tesalonika

    Pesan untuk Zaman Kita

    "Tetapi kamu, saudara-saudara, kamu tidak hidup di dalam kegelapan, sehingga hari itu tiba-tiba mendatangi kamu seperti pencuri 1 Tes. 5:4

    Rev. Daniel G. Caram

    Judul asli dalam bahasa Inggris A MESSAGE FOR OUR TIMES- 1 & 2 THESSALONIANS

     © 2012 DANIEL G. CARAM

    "Surat-surat I & II Tesalonika

    Pesan untuk Zaman Kita "

     © 2017 DANIEL  G. CARAM

    Terjemahan ini berdasarkan versi bahasa Inggris nomor 2.0

    Alih Bahasa Dra. Yuliati Purnomo

    Disain sampul:

     ©  Zion Fellowship Inc.

    Hak Cipta Dilindungi Undang-undang

    Penerbit:  Zion Christian Publishers

    A Zion Fellowship ® Ministry

    Diterbitkan sebagai e-book (buku elektronik) dalam bahasa Indonesia pada mei 2021

     ISBN buku elektronik 1-59665-917-3

    Bagian mana pun dari buku ini tidak dapat direproduksi dalam bentuk apa pun atau dengan peralatan elektronik/mesin apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit, kecuali kalau untuk kutipan singkat dalam artikel atau resensi.

     Kecuali disebutkan lain, semua kutipan ayat Alkitab berbahasa Indonesia di sini diambil dari Alkitab TB@LAI.

    Penerjemah menggunakan kode KJV untuk setiap terjemahan bebas dari ayat-ayat dalam Alkitab berbahasa Inggris versi King James.

    Pertanyaan umum tentang versi bahasa Inggris, silakan menghubungi

    Zion Christian Publishers di:

    P.O. Box 70

    Waverly, New York 14892

    Phone: (607) 565 2801

    Toll free: 1-877-768-7466

    Fax: 607-565-3329

    http://www.zcpublishers.com/

    Pertanyaan umum tentang versi bahasa Indonesia, silakan menghubungi

    VOICE OF HOPE

    Gedung DNR Jl. Budi Raya no.9

    Kemanggisan, Palmerah, Jakarta 11530

    Tlp: (021) 5363572

    Email: y.voiceofhope@gmail.com

    www.yayasanvoh.org

    UCAPAN 

    TERIMA KASIH

    Kami ingin mengucapkan terima kasih kepada:

    Mary Humphreys –untuk keahliannya dalam menyunting buku ini.

    • Jeremy Kropf –untuk keahliannya dalam memformat buku ini.

    PENDAHULUAN

    Jelaslah bahwa salah satu tema besar dalam studi surat-surat Paulus kepada jemaat di Tesalonika adalah Kedatangan Kristus yang ke Dua Kali. Anda akan menemukan di dalam setiap pasal dari kedua surat tersebut suatu referensi langsung, atau suatu kiasan untuk Kedatangan Kristus yang ke Dua Kali. Tuhan masih memiliki sebuah jemaat di Tesalonika, dan mereka masih menantikan Kedatangan-Nya. Maksud utama dari surat-surat ini adalah agar setiap pemercaya dipersiapkan dan hidup dalam pengharapan bahwa: Duniaku bisa saja berakhir hari ini, dan saya tidak ingin malu saat saya berjumpa dengan-Nya!

    Juga ada sebuah frasa lain yang sering kita kaitkan dengan Kedatangan ke Dua: Hari Tuhan. Istilah ini ditemukan dalam kedua surat tersebut. Sekalipun kita dapat menganggap ekspresi ini berasal dari kedatangan Kristus kembali untuk menghakimi bumi, tetapi ekspresi itu juga bisa memiliki penerapan-penerapan lain. Kadangkala, itu merujuk pada penghakiman Tuhan atas suatu generasi tertentu, seperti masa yang mengarah kepada kehancuran Yerusalem pada tahun 586 SM. Hari Tuhan dapat secara khusus merujuk kepada periode penganiayaan yang mendahului Kedatangan Kristus, dan juga merujuk pada hari penghakiman di akhir zaman Millenium (bdgk. 2 Ptr. 3:10-14). Namun, dalam semua kasus, Hari Tuhan adalah sebuah referensi untuk masa penghakiman: ... Hari itu kegelapan, bukan terang! (Amos 5:18).

    Hari kegelapan ini juga merupakan sebuah peringatan kepada Gereja pada saat Kedatangan-Nya. Pengajaran mengenai masa sebelum kedatangan Kristus, berisikan sebuah catatan untuk berhati-hati. Tampaknya akan ada suatu keadaan ‘pingsan’ dan suatu pengabaian yang meliputi hari itu. Kita diperingatkan untuk berjaga-jaga dan tidak dikuasai ketidakwaspadaan! Paulus juga memperingatkan tentang kondisi-kondisi lain yang akan ada pada hari itu: manusia durhaka, kemurtadan besar, dan kembalinya penyembahan ke bait suci di Yerusalem (bdgk. 2 Tes.  2:1-17). Surat-surat Paulus ini adalah kunci penting untuk memecahkan ‘teka-teki’ akhir zaman, dan hampir mustahil untuk mempelajari kebenaran-kebenaran eskatologi (akhir zaman) tanpa menyertakan surat-surat Paulus ini.

    Rasul yang Lahir Sebelum Waktunya

    Di dalam 1 Korintus 15:8, Paulus mendeklarasikan dirinya sebagai anak yang lahir sebelum waktunya. Paulus tidak bingung sama sekali mengenai generasi pada masa ia hidup, atau bahwa tulisan-tulisannya akan bertahan sampai jauh setelah zaman ia hidup di bumi. Dalam surat-suratnya yang kemudian, Paulus mengindikasikan bahwa waktunya sudah tiba dan bahwa ia telah menyelesaikan pertandingannya. Namun, surat-surat yang telah diinspirasikan kepadanya bertahan lama sampai jauh melampaui generasinya dan menjabarkan kondisi-kondisi yang akan ada pada akhir zaman. Paulus adalah seseorang yang telah mengalami pewahyuan yang luar biasa di langit ke tiga. Tentulah, dalam alam Roh ini ia telah mencicipi kuasa-kuasa yang akan datang. Ia telah mendengar dan melihat rahasia-rahasia Allah, yang banyak di antaranya tidak boleh ia beritahukan di bumi, dan itu dialaminya delapan tahun sebelum kedatangannya ke Tesalonika (bdgk. 2 Kor. 12: 2-4).

    Kita harus mengambil kesimpulan dari hal ini bahwa rasul yang lahir sebelum waktunya ini sebetulnya sedang membuat tulisan yang lebih ia tujukan kepada generasi yang secara harfiah akan melihat penyempurnaan dari semua hal ini. Paulus sedang menulis surat kepada Gereja pada akhir zaman. (Hal ini akan dibahas kembali pada berbagai kesempatan dalam studi ini.)

    Penggunaan Petunjuk Waktu Kekinian dalam Perkataan Paulus

    Karena dalam perkataannya Paulus menggunakan tata bahasa dengan petunjuk waktu kekinian [present tense], banyak orang Kristen abad pertama ini salah menafsirkan apa yang sedang Paulus katakan mengenai kedatangan Kristus kembali. Mereka bertindak ekstrim sampai meninggalkan pekerjaan mereka, dan berhenti dari fungsi-fungsi normal dalam kehidupan sehari-hari. Sekalipun surat Paulus yang ke dua memberikan penjelasan yang lebih lanjut, ia tidak mengatakan hal yang baru sama sekali kepada mereka. Ia sekadar mengulangi pokok-pokok yang telah ia ajarkan kepada mereka selama pelayanan singkatnya di sana (2 Tes. 2:5, 3:10, 1 Tes. 4:2).

    Ada sebuah kecenderungan tertentu dalam diri para pemercaya baru untuk mengambil sebuah kebenaran, atau bagian dari sebuah kebenaran, lalu mengambil tindakan berdasarkan hal tersebut. Mereka menjadi begitu disemangati oleh Bagian A sehingga mereka tidak mendengar Bagian B.

    Jemaat di Tesalonika masih ada sekarang ini, sekalipun 1.950 tahun telah berlalu. Mereka masih menantikan kedatangan-Nya. Namun, dalam pengertian yang paling benar, Tuhan memang benar datang untuk setiap generasi, karena hanya ada 70-80 tahun yang diberikan kepada manusia. Inilah sebabnya penekanan utama dalam surat-surat ini adalah menjadi kudus. Kita harus selalu siap untuk berjumpa dengan Tuhan, karena kita tidak mengetahui hari atau saat kita akan meninggalkan hidup ini. Ketika kita menghembuskan napas terakhir kita, akhir dunia ini telah datang menjemput kita, dan setelah itu datanglah penghakiman. Sebab itu, pesan sejati dari Kedatangan Kristus yang ke Dua Kali seharusnya menghasilkan kekudusan (bdgk. 1 Tes. 3:13).

    Ada banyak pencerahan berharga yang bisa diperoleh dari surat-surat Tesalonika. Kehidupan Kristus, seperti yang dijalani dan diajarkan oleh Rasul Paulus, khususnya bersangkut-paut dengan para pelayan Tuhan dan dengan mereka yang dipanggil untuk menempati posisi-posisi kepemimpinan. Jadi, marilah sekarang kita melanjutkan untuk mempelajari kitab-kitab ini dengan hati yang haus, Hal ini harus kamu lakukan, karena kamu mengetahui keadaan waktu sekarang, yaitu bahwa saatnya telah tiba bagi kamu untuk bangun dari tidur. Sebab sekarang keselamatan sudah lebih dekat bagi kita dari pada waktu kita menjadi percaya.

    Latar Belakang Sejarah Kota Tesalonika

    Ibukota Makedonia

    Tesalonika berdiri pada tahun 315 SM. Kota itu pertama-tama dinamai Salonika menurut nama isteri Cassander, yang adalah salah satu dari empat jenderal yang bekerja untuk Aleksander Agung. Karena Aleksander Agung tidak memiliki keturunan, kerajaannya dibagi-bagi kepada keempat jenderal utamanya (Dan. 8:8, 22, 11:3-4). Salonika sebenarnya adalah saudara tiri perempuan Aleksander Agung.

    Lokasi dari kota pelabuhan ini membuat Salonika menjadi pusat perdagangan yang sangat berharga. Sungai Vardar (nama moderennya) mengalir turun dari utara, berakhir di Teluk Thermaic (Teluk Salonika). Ini membuat Tesalonika menjadi salah satu rute perdagangan besar pada zaman itu. Pada faktanya, Tesalonika zaman moderen masih merupakan sebuah kota pelabuhan dan kota terbesar ke dua di Yunani.

    Selama peperangan Makedonia, Roma menawan Tesalonika dan menjadikannya sebuah propinsi pada tahun 146 SM. Roma di kemudian hari menyatakan Tesalonika sebagai kota yang bebas dan hanya bertanggung jawab kepada gubernur Roma yang ditempatkan di sana. Tesalonika berlanjut menjadi ibukota Makedonia, masih memelihara budaya Yunani, namun masih ada sebuah populasi kosmopolitan karena statusnya sebagai kota bebas.

    Catatan Alkitabiah Kota Tesalonika

    Lukas memberikan catatan alkitabiah dari kunjungan Paulus ke Tesalonika dalam kitab Kisah Para Rasul pasal 17. Kita dapat menarik kesimpulan dari saat kejadian peristiwa-peristiwa dalam kitab Kisah Para Rasul bahwa Paulus pasti telah berkunjung ke sana pada tahun 52 M. Paulus berangkat dari Antiokhia pada tahun 51 M bersama rekan barunya, Silas. Mereka mengunjungi Kilikia, Likaonia, dan Galatia pada tahun itu; dan pada tahun 52 mereka berada di Troas, Filipi, Tesalonika, Berea, Atena, dan Korintus. Paulus tinggal di Korintus selama delapan belas bulan, dan sementara ia di sana ia menulis dua surat kepada jemaat di Tesalonika. Tesalonika adalah sebuah bagian yang sangat penting bagi perjalanan misi Paulus yang ke dua (Kis. 17:1-10).

    cover.jpg

    Untuk dapat sepenuhnya menghargai perjalanan misi Paulus yang ke dua (Kis. 15:36 - 18:22), kita harus memulai dari Kisah Para Rasul pasal 15. Seusai Sidang Yerusalem, Paulus dan Barnabas kembali ke Antiokhia, Siria di mana mereka lanjut mengajar dan berkhotbah. Tahun diselenggarakannya Sidang Yerusalem telah dibuktikan, yaitu tahun 50 M. Saat kembali ke tempat asalnya di Antiokhialah inspirasi segar datang ke hati Paulus untuk kembali mengunjungi ladang misi itu: Tetapi beberapa waktu kemudian berkatalah Paulus kepada Barnabas: ‘Baiklah kita kembali kepada saudara-saudara kita di setiap kota, di mana kita telah memberitakan firman Tuhan, untuk melihat, bagaimana keadaan mereka.’ (Kis. 15:36).

    Di ayat-ayat selebihnya dalam pasal 15, kita melihat sebuah keretakan di antara Paulus dan Barnabas. Alasan saya memasukkan hal ini dalam studi ini adalah karena hal ini memiliki penerapan khusus bagi mereka yang mempelajari kitab ini untuk pelayanan. Barnabas seharusnya menjadi rekan sesama perintis pelayanan di Tesalonika, tetapi ia menjadi sangat tersinggung atas sikap Paulus yang segan membawa serta Yohanes Markus bersama mereka. Yohanes Markus masih muda dan telah meninggalkan mereka selama perjalanan misi mereka yang pertama (Kis. 13:13). Anda juga akan dapat melihat dalam narasi yang sama bahwa Paulus tampaknya menganggap dirinyalah yang diurapi sebagai pemimpin dalam perjalanan tersebut. Di ayat itu kita membaca, Paulus dan kawan-kawannya (Kis. 13:13).

    Mungkin Barnabas menolak sikap dominan Paulus. Barangkali fakta bahwa Yohanes Markus memiliki hubungan kekeluargaan dengan Barnabas menambahi rasa tersinggungnya. Paulus pikir Yohanes terlalu tidak dewasa untuk ikut dalam perjalanan misi ke dua, dan seluruh insiden itu memunculkan sebuah perselisihan. Sebetulnya, perjalanan ke dua ini akan menemui banyak aniaya dan kesulitan. Akankah Yohanes Markus gagal lagi seandainya ia ikut dalam perjalanan misi ini?

    Hamba-hamba Tuhan khususnya perlu menjaga diri terhadap berbagai hal yang bisa membuat mereka tersinggung dan sakit hati. Kita tidak boleh membiarkan perasaan-perasaan pribadi menguasai kita. Sebenarnya tidak ada yang namanya rekan sesama pemimpin. Satu orang harus mengambil posisi kepemimpinan atas suatu tim, dan kita harus mengalir bersama pemimpin tersebut. Barnabas kehilangan banyak dengan meluaskan rasa tersinggungnya atas kasus Yohanes. Seseorang pernah berkata, Tidak ada kasih karunia bagi orang ke tiga yang ikut tersinggung. Seringkali rasa tersinggung kita adalah karena cara seorang lain diperlakukan. Karena ketidaksepahaman besar ini, Barnabas tidak lagi menjadi sosok utama dalam Alkitab; dan yang cukup menarik, Yohanes Markus di kemudian hari kembali dalam pelayanan. Kisah Para Rasul berfokus pada pusat dari apa yang Allah sedang kerjakan, dan Barnabas meninggalkan pusat aktivitas itu untuk bekerja di pinggirannya saja.

    Panggilan ke Makedonia

    Selama perjalanan misi ke dua, Paulus dan kawan-kawannya datang ke Troas, sebuah kota di Asia Kecil. Selama di Troas, Paulus mendapat sebuah penglihatan tentang seorang laki-laki yang berseru meminta pertolongan di Makedonia (Kis. 16:8-10). Selama saat inilah Lukas bergabung dengan tim misi ini. Timotius telah menjadi salah satu anggota tim ini (Kis. 16:1-3). Jadi, tim pelayanan ini mengadakan perjalanan ke barat, ke Makedonia; dan di sinilah Paulus merintis dua jemaat pusat:  satu di Filipi dan satu di Tesalonika (Baca Kis. 17:1-15.)

    Tesalonika

    Kunjungan Paulus ke Tesalonika sangat singkat; itu hanya berlangsung selama tiga Sabat (Kis. 17:2). Hal itu sendiri adalah sebuah pemikiran yang layak direnungkan. Banyak hal dapat dilakukan dalam suatu jangka waktu yang sangat singkat ketika kuasa Tuhan dimanifestasikan. Ketika kita berangkat dalam kuasa, Tuhan bisa membuat hal-hal besar terjadi. Yunus berbuat lebih banyak bagi Niniwe dalam beberapa hari saja daripada yang kebanyakan misionari bisa lakukan dalam waktu berabad-abad. Seperti yang dikatakan oleh William Carrie, kita perlu memercayai Tuhan untuk melakukan perkara-perkara besar dan mengharapkan perkara-perkara besar dari Dia.

    Paulus adalah jenis orang yang mencurahkan seluruh hidup dan jiwanya kepada orang-orang lain. Ketika kita sedang melayani dalam sebuah atmosfir yang mudah berubah-ubah, kita perlu memberikan segenap kemampuan kita sementara pintu kesempatan terbuka. Paulus memiliki kapasitas untuk mengajar siang dan malam, serta mengetahui kemungkinan ia bisa

    Menikmati pratinjau?
    Halaman 1 dari 1