Temukan jutaan ebook, buku audio, dan banyak lagi dengan uji coba gratis

Hanya $11.99/bulan setelah uji coba. Batalkan kapan saja.

Kekristenan Sejati
Kekristenan Sejati
Kekristenan Sejati
eBook331 halaman6 jam

Kekristenan Sejati

Penilaian: 1 dari 5 bintang

1/5

()

Baca pratinjau

Tentang eBuku ini

Kekristenan Sejati adalah sebuah fokus tentang hal-hal yang terpenting dalam kehidupan. Khotbah-khotbah Tuhan kita semata-mata dipusatkan pada perkara-perkara yang terpenting di hati manusia. Dengan keyakinan ini di dalam pikirannya, penulis telah menyelidiki ayat-ayat Alkitab dan menyeleksi ayat-ayat yang paling tepat menggambarkan hal-hal yang Allah utamakan bagi setiap orang percaya.

Penggunaan waktu, tenaga, talenta, dan harta kita bergantung secara unik pada satu hal ~ ketajaman visi rohani kita. Bila tidak memiliki visi rohani seperti ini, banyak orang Kristen hanya akan mendapati di akhir perjalanan kehidupannya bahwa ia telah meleset, mengabaikan, atau telah menyimpang dari tujuan utama. Karena itu, Kekristenan Sejati merupakan sebuah buku yang akan mempertajam fokus rohani kita agar kita dapat mempunyai suatu sasaran yang  jauh lebih jelas.
BahasaBahasa indonesia
Tanggal rilis9 Okt 2020
ISBN9781596659254
Kekristenan Sejati

Baca buku lainnya dari Dr. Paul G. Caram

Terkait dengan Kekristenan Sejati

Judul dalam Seri Ini (2)

Lihat Selengkapnya

E-book terkait

Kristen untuk Anda

Lihat Selengkapnya

Kategori terkait

Ulasan untuk Kekristenan Sejati

Penilaian: 1 dari 5 bintang
1/5

1 rating0 ulasan

Apa pendapat Anda?

Ketuk untuk memberi peringkat

Ulasan minimal harus 10 kata

    Pratinjau buku

    Kekristenan Sejati - Dr. Paul G. Caram

    KEKRISTENAN SEJATI

    Membawa Banyak Anak kepada Kemuliaan

    Seri Kedewasaan Kristen I

    PAUL G. CARAM, Ph.D.

    KEKRISTENAN SEJATI

    Pedoman untuk Membawa Kita kepada Kemuliaan

    Menekankan Prioritas-prioritas Utama dalam Kehidupan

    Memusatkan pada Apa yang Dapat Kita Bawa Serta Ketika Meninggalkan Dunia Ini

    Memandang ke Balik Berkat-berkat-Nya untuk Mengetahui Isi Hati-Nya

    Judul asli dalam bahasa Inggris TRUE CHRISTIANITY

     © 2002 PAUL G. CARAM

    KEKRISTENAN SEJATI

     © PAUL G. CARAM

    Terjemahan ini berdasarkan versi bahasa Inggris 14th printing 2016

    Penerjemah ke dalam bahasa Indonesia: DRA. YULIATI PURNOMO

    Penyunting: DRA. YULIATI PURNOMO

    Hak Cipta Dilindungi Undang-undang

    Penerbit: Zion Christian Publishers

    A Zion Fellowship ® Ministry

    Diterbitkan sebagai e-book (buku elektronik) dalam bahasa Indonesia pada tahun 2020

    ISBN buku elektronik 1-59665-925-4

    Bagian mana pun dari buku ini tidak dapat direproduksi dalam bentuk apa pun atau dengan peralatan elektronik/mesin apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit, kecuali kalau untuk kutipan singkat dalam artikel atau resensi.

     Kecuali disebutkan lain, semua kutipan ayat Alkitab berbahasa Indonesia di sini diambil dari Alkitab TB@LAI.

    Penerjemah menggunakan kode KJV untuk setiap terjemahan bebas dari ayat-ayat dalam Alkitab berbahasa Inggris versi King James.

    Pertanyaan umum tentang versi bahasa Inggris, silakan menghubungi

    Zion Christian Publishers di:

    P.O. Box 70

    Waverly, New York 14892

    Phone: (607) 565 2801

    Toll free: 1-877-768-7466

    Fax: 607-565-3329

    http://www.zcpublishers.com/

    Pertanyaan umum tentang versi bahasa Indonesia, silakan menghubungi

    VOICE OF HOPE

    Gedung DNR Jl. Budi Raya no.9

    Kemanggisan, Palmerah, Jakarta 11530

    Tlp: (021) 5363572

    Email: y.voiceofhope@gmail.com

    www.yayasanvoh.org

    DEDIKASI

    Dengan rasa terima kasih yang mendalam dan penghargaan

    yang didasari kasih, Seri Kedewasaan Kristen ini

    didedikasikan kepada yang terhormat,

    Brian J. Bailey

    Pimpinan Zion Fellowship International

    bapa rohani dan guru saya sejak masa muda,

    yang handal dalam hal misteri-misteri yang kudus

    dalam kerajaan sorga, yang teladan kehidupan

    dan pelayanannya telah mengilhami

    kasih saya kepada Kristus dan Kebenaran-Nya;

    yang bagi saya dan kami semua yang mengenalnya

    selalu merupakan seorang Kristen yang ideal,

    sulit dicela, dan berhati lembut. Di atas segalanya,

    ia adalah seorang yang dikenan Allah, seorang yang

    kepadanya Allah menampakkan wajah-Nya!

    PRAKATA

    KEKRISTENAN SEJATI adalah sebuah pemusatan perhatian terhadap subjek-subjek kehidupan yang terpenting. Khotbah-khotbah Tuhan kita semata-mata dipusatkan pada perkara-perkara hati yang paling kritis, dan itu pula yang patut dikerjakan oleh orang-orang Kristen. Penulis telah menyelidiki ayat-ayat Alkitab dan memilih ayat-ayat yang ia percaya merupakan ayat-ayat yang paling tepat menggambarkan hal-hal yang Allah utamakan bagi setiap orang percaya, untuk kemudian dituangkan dalam buku ini. Pertanyaan yang bisa diajukan adalah, Apakah sasaran, hadiah/upah, panggilan mulia yang kita pahami? Marilah kita telaah daftar spiritual di bawah ini dan garis bawahi tujuan-tujuan hidup yang terbesar.

    • Apa yang dapat kita bawa serta ketika meninggalkan dunia ini?

    • Bagaimana kita dapat membuat diri kita menarik bagi Allah?

    • Apakah yang seharusnya kita perjuangkan, dan investasi-investasi apakah yang seharusnya kita lakukan selama kunjungan singkat kita di bumi?

    • Bagaimana kita dapat mengukur kekayaan spiritual kita atau apakah kita kekurangan hal itu?

    • Apakah arti kebesaran menurut pandangan Allah? Dan apakah kesuksesan sejati itu?

    • Di manakah kebahagiaan dan kepuasan sejati ditemukan?

    • Apakah yang menjadi kesimpulan Kristus tentang seluruh (31.102) ayat di Alkitab?

    • Bagaimana cara kita mengukur keadaan kerohanian seseorang dan kita sendiri?

    • Bagaimana cara kita maju dari titik C ke titik D di dalam kehidupan kekristenan kita?

    • Di manakah posisi kita dalam peta Allah? Ke manakah kita sedang menuju, dan bagaimanakah cara kita sampai ke sana?

    • Apakah tugas manusia yang utama?

    • Korban-korban apakah yang mengesankan hati Allah, dan korban-korban manakah yang Ia tolak?

    • Korban-korban apakah yang kita persembahkan yang dapat menghancurkan Setan?

    • Apakah kasih karunia itu, dan apakah syarat-syarat untuk menerima lebih banyak kasih karunia?

    • Bagaimana kita dapat mengukur kekuatan dan pertumbuhan rohani kita?

    • Apakah tanda-tanda dari kedewasaan?

    • Apakah kunci-kunci untuk sampai kepada kesatuan dan kasih yang tidak berpura-pura kepada sesama?

    • Tujuh hal apakah yang harus ditambahkan kepada iman kita?

    • Dengan hukum apakah kita akan dihakimi atau mendapat upah/balasan?

    • Apakah merasakan hadirat Tuhan lebih penting daripada melakukan kehendak Allah?

    • Pada hal apakah kita telah menujukan kecintaan-kecintaan di hati kita?

    • Di manakah akan kita tempatkan penekanan kita dalam kehidupan?

    Penggunaan waktu, tenaga, talenta, dan harta milik kita bergantung secara unik kepada satu hal ~ ketajaman visi rohani kita. Amsal 29:18 (KJV) memperingati, Di mana tidak ada visi [yang semakin berkembang], manusia hidup secara sembarangan. Kalau visi seorang percaya jelas dan spesifik, ia tidak akan berputar-putar melewati kehidupan dan mendapati di akhir perjalanan kehidupannya bahwa ia telah menyimpang dari tujuan utamanya.

    Kekristenan Sejati mempersempit perjalanan kita kepada alasan utama dari keberadaan kita. Itu adalah sebuah titik temu dari semua tema utama dalam Alkitab menjadi satu tujuan dalam upaya memberi kita sebuah tujuan yang jelas untuk terus mendesak maju. Adalah doa kami bahwa dalam setiap halaman buku ini Tuhan akan memperkaya dan memberkati hidupmu, melalui Kristus Tuhan kita. Amin!

    Dr. Paul G. Caram

    PENDAHULUAN

    Kekristenan Sejati adalah salah satu dari empat buku berseri yang membahas tentang pertumbuhan orang Kristen. Tujuan kami adalah menginspirasi para pembaca untuk maju dari 1 Petrus 2:2 kepada Wahyu 19:7-8 ~ untuk maju dari tingkat seorang bayi di dalam Kristus kepada seorang pengantin yang dewasa dan penuh kemuliaan, siap menjelang kedatangan sang Pengantin Surgawi. Karena itu, memelihara suatu tingkat pertumbuhan rohani yang sehat setelah kita dilahirkan baru itu penting untuk dapat mewarisi takhta kerajaan dan segala sesuatu yang telah Allah rancang bagi hidup kita (Why. 3:21).

    Pikirkanlah sejenak betapa menyedihkan apabila kita memiliki harta yang sangat banyak yang diwariskan kepada kita, tetapi (karena satu atau alasan yang lain) kita tidak dapat menuntut hak kepemilikannya, dan akhirnya diberikan kepada orang lain. Untuk suatu warisan duniawi saja, hal ini sudah cukup menyakitkan hati. Lalu dapatkah Saudara bayangkan betapa fatalnya kesalahan orang yang telah mengabaikan sebuah harta pusaka kekal? Sayangnya, ini kerap terjadi di antara orang-orang tebusan Allah. Banyak orang percaya tidak berhasil mencapai sasaran yang telah Allah rancang bagi kehidupan mereka, mungkin disebabkan oleh ikatan-ikatan yang tidak mampu mereka kalahkan, atau ujian-ujian yang terus-menerus gagal mereka lewati dari tahun ke tahun.

    Bangsa Israel di Padang Belantara adalah Sebuah Contoh Utama Dalam Hal Ini

    Allah dengan murah hati telah membebaskan umat-Nya dari ikatan Mesir yang ketat. Ia telah menyelamatkan mereka dari hukuman dan maut dengan darah anak domba Paskah, dan menebus mereka untuk menjadi milik-Nya sendiri. Lalu Ia menyediakan tanah perjanjian di hadapan mereka, tanah indah yang berbukit-bukit dan bermata air, dengan berkata, Setiap jengkal tanah yang kauinjak adalah milikmu. Hanya percayalah kepada-Ku dengan segenap hatimu dan ikutilah instruksi-instruksi yang Aku perintahkan kepadamu. Tragisnya, generasi itu tidak pernah menjejakkan kaki mereka ke tanah itu.

    Mengapa Israel Tidak Menerima Janji-janji Itu?

    Kanaan memang harta pusaka mereka. Sudah ditentukan sejak awal dunia ini bahwa mereka akan mewarisi tanah perjanjian yang telah dijanjikan kepada Abraham. Ibrani 4:3 dengan jelas menunjukkan hal ini! Dan tanah ini telah berulang-ulang dijanjikan kepada nenek moyang mereka, namun mereka tidak pernah menerimanya. Mengapa? Karena Israel mengeraskan hati ketika mereka berada dalam perjalanan menuju ke tanah mulia itu! Mereka kecewa pada penangguhan-penangguhan di sepanjang perjalanan itu. Mereka menolak untuk menuruti rencana perang Allah atau menyesuaikan langkah mereka dengan pimpinan Allah. Bahkan, setiap saat di dalam perjalanan mereka menolak Roh Tuhan. Israel gagal melalui semua tes mereka di padang belantara. Karena itu, generasi tersebut tidak pernah masuk ke tanah perhentian itu. Inilah tema yang jelas terlihat di dalam kitab Ibrani pasal 3 dan 4. Generasi itu tidak pernah tiba pada tempat tujuan mereka, tetapi sebaliknya terus melangkah tanpa arah di padang belantara sampai mereka meninggal. Jadi, Israel masuk ke dalam kubur tanpa mengalami janji-janji yang Allah berikan. Lihatlah 1 Korintus 10:11.

    Kini, sebagaimana terjadi di dalam setiap generasi, Gereja menghadapi situasi yang sama. Allah sedang menawarkan harta pusaka rohani yang mahal kepada setiap umat-Nya. Kristus telah memberkati kita dengan segala berkat rohani di tempat tinggi (Ef. 1:3). Setiap berkat ini kemungkinan besar menjadi milik kita. Namun, jika kita tidak mengikuti Allah melewati padang belantara, melalui tes-tes kita, dan menaati rencana peperangan-Nya, kita tidak akan dapat memperoleh apa yang telah diwariskan. Hanya para pemenang yang pada akhirnya mewarisi janji-janji Allah (Why. 21:7). Di dalam Ibrani 4:1, kita dinasihati agar memiliki rasa takut gagal dalam mencapai janji-janji Allah sebagaimana yang terjadi atas Israel. Yosua juga terus menasihati kita, dengan berkata, ... Dari negeri ini masih amat banyak yang belum diduduki. Berapa lama lagi kamu bermalas-malas, ... (Yos. 13:1; 18:3). Ingatlah, janji-janji Allah itu bersyarat ~ misalnya, semua janji itu diterima setelah kita melakukan kehendak Allah, dan bukan sebelumnya (Ibr. 10:36).

    Karena itu, yang menjadi masalah di sini bukanlah sekadar berhasil masuk ke surga, tetapi juga menggenapi rencana-rencana Allah bagi hidup kita. Ada sebuah sasaran untuk dituju, sebuah pertandingan untuk dimenangkan, sebuah upah untuk diraih, sebuah harta warisan untuk diperoleh. Ada upah-upah yang dipertaruhkan di dalam sebuah kerajaan kekal. Banyak orang Kristen akan masuk ke dalam pintu gerbang surga dengan perjalanan yang belum selesai, panggilan yang belum digenapi, dan mahkota yang tidak dapat mereka miliki. Apakah kita sadar bahwa tugas dan panggilan kita di bumi itu mempersiapkan kita untuk menjalani suatu kedudukan kekal di surga? Apakah kita sadar bahwa jika tugas kita di bumi tidak diselesaikan, kita tidak akan memenuhi syarat untuk menempati tempat khusus di surga yang merupakan harta warisan yang telah Allah tetapkan bagi kita, dan mahkota kita akan diserahkan kepada orang lain? (Why. 3:11).

    Memasuki Perhentian

    Memasuki Perhentian adalah tema utama dari Ibrani pasal tiga dan empat. Subyeknya adalah perjalanan bangsa Israel dari Mesir menuju Kanaan, sebuah perjalanan yang harus dijalani oleh setiap orang percaya. Perhentian bagi bangsa Israel kuno mencakup melewati padang belantara, lulus dari tes-tes mereka, menundukkan musuh-musuh mereka, dan memenangkan sejumlah peperangan. Jadi, Rasul Paulus menasihati orang-orang percaya di Perjanjian Baru untuk "berusaha [berjuang] untuk masuk ke dalam perhentian itu" (Ibr. 4:11). Perhentian artinya mencapai tujuan kita. Tujuan Israel itu adalah menyeberangi Yordan, memasuki Tanah Kanaan, dan akhirnya menduduki Bukit Sion. Sebab itu, perhentian mengandung pengertian memasuki kepenuhan panggilan dan rencana-rencana Allah bagi hidup kita. Perhentian juga mencakup memelihara sabat rohani, berhenti dari usaha kita (berhenti dari segala gagasan, pendapat, dan cara kita sendiri). Pernikahan ialah simbol lain dari perhentian. Hal itu terjadi ketika kita tidak lagi tak mau terikat (independen) dan sok mandiri, tetapi kita berada di bawah perlindungan, naungan, dan pimpinan Seseorang, yaitu Pengantin Surgawi kita (Rut 3:1).

    Perhentian adalah:

    1. Mencapai tujuan kita ~ lulus dari tes-tes kita; tidak mandek di padang belantara, melainkan mempelajari hal-hal yang harus kita pelajari dan bergerak maju. Perhentian adalah menundukkan musuh-musuh, dan memenangkan sejumlah peperangan, dan mengalami perjumpaan dengan Allah dalam semua perkara kehidupan. Perhentian juga berarti memasuki kepenuhan panggilan dan rencana-rencana Allah bagi hidup kita.

    2. Mengalami sabat rohani ~ berhenti dari usaha kita sendiri (berhenti dari segala perjuangan, pemikiran, cara, dan perkataan kita sendiri).

    Baca Ibrani 4:4, 9-10, Yesaya 58:13.

    Perhentian ialah suatu karya rohani yang diselesaikan di hati kita.

    3. Pernikahan ~ berada di bawah perlindungan dan tuntunan Seseorang, di mana kita tidak lagi tak mau terikat (independen) dan sok mandiri, melainkan setiap bagian dari keberadaan kita sepenuhnya mendukung Dia, dan berada di bawah ketuhanan-Nya. Perhentian menggambarkan pernikahan (Rut 3:1).

    Perhentian-Nya akan menjadi mulia Yesaya 11:10 [KJV]

    PERJALANAN BANGSA ISRAEL ~ PETA PERJALANAN KITA

    Dari Mesir ke Sion dalam Tujuh Tingkatan

    1. Paskah ~ keselamatan di Mesir oleh darah anak domba

    2. Roti Tidak Beragi ~ makan Firman Allah yang murni dari sejak saat itu sampai selamanya

    3. Laut Merah ~ sebuah gambaran dari baptisan air

    4. Bukit Sinai ~ sebuah gambaran Pentakosta, dipenuhi Roh Kudus

    *  Setelah gagal dalam tes ke 10 di Kadesy Barnea, Allah berkata bahwa mereka tidak akan pernah memasuki perhentian-Nya. Mereka mengembara selama 38 tahun lagi

    5. Kematian Musa di Gunung Pisga ~ sebuah sangkakala berbunyi tanda mereka harus bergerak dari padang belantara menuju ke Tanah Perjanjian

    6. Menyeberangi Yordan ~ pemurnian yang mendalam, penyunatan, mengalahkan 31 raja

    7. Di Sion ~ hadirat Allah yang penuh, perhentian yang terakhir (Mzm. 132:13-16)

    Generasi yang pertama meninggal di padang belantara. Kemudian generasi baru yang dipimpin oleh Yosua sampai ke dalam Tanah Perjanjian. Meskipun demikian, mereka malas dan puas dengan hidup berdampingan dengan musuh-musuh mereka (Hak. 1). Ibrani 4:8 dengan jelas menunjukkan bahwa Yosua tidak membawa mereka ke dalam perhentian yang penuh. Sampai zaman Daud, kira-kira 443 tahun setelah mereka keluar dari Mesir, Sion akhirnya ditaklukkan dan Israel masuk ke dalam perhentian yang penuh. (Bacalah buku DR. Brian J. Bailey yang berjudul Menuju Kemuliaan.)

    Pentingnya Menggenapi Perjalanan Kita

    Seri Kedewasaan Rohani ini didedikasikan kepada DR. Brian J. Bailey, bapa rohani saya dalam hal iman dan bagi banyak orang lain di seluruh dunia. Dibeberapa kesempatan, ia menceritakan pengalamannya yang sangat luar biasa dengan kematian (ia pernah meninggal sesaat) bertahun-tahun yang lalu. Saya percaya bahwa pertemuannya dengan kekekalan ini berharga untuk diceritakan berulang-ulang kepada Tubuh Kristus di seluruh dunia.

    Sebelum era Gerakan Kharismatik, Dr. Brian J. Bailey adalah seorang yang masih muda di dalam pelayanan, hidup disebuah kota di Amerika Utara. Pada waktu itu, sangatlah tidak populer untuk dibaptis dalam Roh Kudus dan memanifestasikan karunia-karunia Roh. Sayangnya, masyarakat Kristen di kota itu menjadi terpecah-belah karena masalah tersebut, dan DR. Bailey mendapati dirinya terjepit di antara kontroversi itu. Suatu malam ketika tekanan akibat perkara itu menjadi tidak tertanggungkan lagi, ia berkata, Tuhan, saya sudah cukup menderita. Ambil saja nyawaku. Allah menjawab doanya ~ ia meninggal! Ia melihat dirinya sendiri meninggalkan tubuhnya dan kemudian terbang dengan kecepatan yang luar biasa ke surga. Tetapi semakin dekat ke pintu gerbang surga, semakin besar kesedihan yang ia rasakan. Lalu, di depan matanya, ia melihat seluruh kehidupannya terbentang di hadapannya seperti dalam film singkat. Ia dapat melihat dirinya sendiri ketika masih bayi, dalam masa kanak-kanaknya, sebagai seorang remaja, sampai saat meninggalnya. Tetapi kemudian film singkat itu berhenti dan yang ada hanyalah film-film kosong.

    Kesedihan pada saat pergi ke surga tanpa menyelesaikan misi Allah

    Beberapa saat kemudian barulah ia menyadari betapa sedihnya meninggal sebelum waktu yang ditentukan bagi seseorang, atau masuk ke surga dengan suatu perjalanan yang belum terselesaikan. Masih ada begitu banyak hal yang telah Tuhan rancangkan untuk ia lakukan di dalam dan melalui hidupnya. Allah membuatnya mengerti sejelas-jelasnya bahwa bukan saja penting bagi kita untuk masuk ke surga, tetapi juga menggenapi misi kehidupan dan tugas kita. Kalau tidak, kita tidak akan siap untuk mengambil posisi kita di surga. Kita akan mendapatkan suatu tempat yang lebih rendah di dalam kerajaan Allah yang kekal, dan akan menyerahkan mahkota kita kepada orang lain. Tuhan tidak akan dapat berkata, Baik sekali perbuatanmu itu, hai hamba-Ku yang baik dan setia kepada orang-orang yang telah menggenapi pekerjaan mereka namun belum menyelesaikan sebagian kecil daripadanya!

    Dr. Bailey juga diberikan sebuah pengertian baru tentang Wahyu 21:4 yang berbunyi, Ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka. Ia kemudian mengerti bahwa di hadapan takhta penghakiman Kristus, banyak orang kudus akan meratap dengan sedihnya ketika mereka melihat upah kekal yang tidak dapat mereka raih, karena mereka telah digantikan oleh orang lain. Jadi, kita dinasihati di dalam Wahyu 3:11 untuk memegang teguh apa yang telah Allah berikan, supaya tidak seorang pun mengambil mahkotamu.

    Kita akan diperintahkan untuk mempertanggungjawabkan kehidupan kita

    Suatu panggilan bukanlah sekadar undangan, melainkan sebuah perintah. Sebuah perintah untuk menghadap Hakim dan mempertanggungjawabkan apa yang telah kita lakukan dengan hidup, waktu, talenta, dan harta milik kita. Perumpamaan-perumpamaan Tuhan mengungkapkan hal ini dengan jelas (Mat. 25:14-30; Luk. 19:12-27). Pekerjaan kita di bumi ini mempersiapkan kita untuk menjalankan suatu posisi kekal di dalam kehidupan kita yang akan datang. Tahun-tahun yang kita jalani di atas bumi hanyalah suatu persiapan untuk menghadapi kekekalan. Bahkan pekerjaan sekuler kita pun meningkatkan kualitas-kualitas rohani di dalam kita untuk memerintah bersama Kristus. Jadi, kita tidak boleh meremehkan pekerjaan sekuler. Musa belajar di dunia sekuler (istana Firaun); hal ini adalah persiapan untuk memimpin bangsa Israel keluar dari belenggu yang mengikat mereka menuju tanah pusaka mereka. Daud, sebagai seorang gembala dilatih di dalam perkara-perkara sehari-hari dalam kehidupan. Allah sedang mempersiapkannya untuk menggembalakan dan memelihara umat-Nya (Mzm. 78:70-72).

    Allah bukan saja melatih Daud di dalam pekerjaan sekulernya untuk suatu pelayanan rohani, tetapi Ia pun sedang mempersiapkannya untuk suatu pelayanan di dalam kehidupan mendatang, karena Daud akan dibangkitkan pada masa millenium (zaman seribu tahun) dan menjadi seorang gembala bagi Israel (Yer. 30:9; Yeh. 34:23-24, 37:24-25; Hos. 3:5). Ingatlah kita pun sedang dibentuk untuk menjadi raja dan imam agar dapat memerintah bersama Kristus di dalam segenap kekekalan (Why. 5:9-10; 1:6; 20:6).

    Tentunya, karena belas kasihan Tuhan, Dr. Bailey kembali dari kematiannya untuk menceritakan kepada kita malam yang menakjubkan itu. Sejak itu, kehidupan dan khotbah-khotbahnya memohon dengan sangat kepada para pendengarnya agar menjadi para penyelesai. Paulus adalah seorang penyelesai dan ia berkata, Aku telah mencapai garis akhir. Yesus mendeklarasikan, Aku telah ... menyelesaikan pekerjaan yang Engkau berikan kepada-Ku. Daniel yang setia diberitahu bahwa ia akan mendapat bagiannya [harta pusakanya] pada kesudahan zaman (Dan. 12:13; Yos. 14:8; Yoh. 17:4; Kis. 13:25; 20:24; 2 Tim. 4:7). Jangan kita biarkan siapa pun mengambil mahkota kita!

    Dua Pertanyaan Paulus pada Saat Pertobatannya

    Ketika Paulus bertemu dengan Kristus di jalan menuju Damsyik, ia mengemukakan dua pertanyaan terpenting dalam kehidupan. Ia bertanya,

    1. Siapakah Engkau, Tuhan? dan kemudian menanyakan,

    2.  Apa yang Engkau ingin aku lakukan? (Kis. 9:5-6).

    Kedua pertanyaannya ini mengarah kepada inti kekristenan. Pertanyaan pertama, Siapakah Engkau, Tuhan? mencakup hubungan, mengenal Tuhan. Pertanyaan ke dua, Apa yang Engkau ingin aku lakukan? mencakup tugas yang telah Tuhan rencanakan bagi hidup kita. Yang pertama bersifat batiniah; yang ke dua bersifat lahiriah. Pertanyaan yang pertama dan yang paling penting di dalam kehidupan adalah mengenal Tuhan (Yoh. 17:3). Karena dari hubungan kita dengan Tuhan ~ mengenal Tuhan ~ kita dimampukan untuk menggenapi tugas kita dan menyatakan tentang Dia kepada dunia.

    Mengenal Tuhan

    Sungguh menarik mengetahui bahwa Rasul Paulus terus bertanya, Siapakah Engkau, Tuhan? di seluruh sisa hidupnya. Dua puluh delapan tahun setelah pertobatannya, ia masih berseru, Yang kukehendaki ialah mengenal Dia (Flp. 3:10). Sekalipun Paulus telah melihat Tuhan di dalam banyak penglihatan dan pewahyuan (Kis. 26:16; 2 Kor. 12:1), namun ia masih merindukan suatu penyingkapan pengetahuan tentang Tuhan yang lebih lanjut ke dalam hatinya. Jadi, ada tingkat-tingkat pengenalan akan Tuhan.

    Jika seseorang bertanya, Apakah Saudara mengenal presiden? tanggapan pertama kita ialah, Tentu! Saya melihatnya setiap hari di TV, dan saya tahu apa pendapatnya dalam semua masalah penting. Tetapi, apakah Saudara pernah menjabat tangannya atau berbicara kepadanya secara pribadi? Apakah Saudara mengenalnya sebaik anggota-anggota kabinetnya atau sebaik senator-senator yang sering berbincang-bincang dengannya? Apakah Saudara mengenalnya sebaik isterinya? Tentu saja tidak! Jadi, ada tingkat-tingkat yang berbeda dalam mengenal seseorang, dan ini berlaku dalam hal hubungan kita dengan Tuhan.

    Pengenalan akan Tuhan yang Berbeda-beda

    • Sebagai hamba ~ (biasa-biasa) cuma tahu ia harus ke sana atau ke sini, melakukan ini atau itu

    • Sebagai sahabat ~ (akrab) tahu/memahami pikiran dan maksud tujuan sahabatnya

    • Sebagai pengantin perempuan ~ (intim) benar-benar merupakan bagian tak terpisahkan dari pasangannya

    Tingkat-tingkat Pengenalan

    Menikmati pratinjau?
    Halaman 1 dari 1