Temukan jutaan ebook, buku audio, dan banyak lagi dengan uji coba gratis

Hanya $11.99/bulan setelah uji coba. Batalkan kapan saja.

Pemberitaan Firman dalam Kekuasaan Roh Kudus
Pemberitaan Firman dalam Kekuasaan Roh Kudus
Pemberitaan Firman dalam Kekuasaan Roh Kudus
eBook322 halaman3 jam

Pemberitaan Firman dalam Kekuasaan Roh Kudus

Penilaian: 0 dari 5 bintang

()

Baca pratinjau

Tentang eBuku ini

Gereja pada zaman ini menghadapi dua kutub ekstrim: yang pertama, gereja terlalu menekankan pemahaman teks Alkitab dalam pemberitaan firman, dan mengabaikan urapan Roh Kudus; yang kedua, gereja terlalu menekankan urapan Roh Kudus untuk berbicara ke dalam hati setiap pendengar firman, dan mengabaikan pemahaman Kitab Suci. Kedua kutub ekstrim ini berbahaya bagi pertumbuhan gereja sebab gereja akan hilang arah tanpa firman Allah yang murni, dan sebaliknya gereja akan hilang kuasa tanpa kekuasan Roh Kudus.
Berdasarkan keyakinan akan kekuasaan Roh Kudus dalam proses persiapan dan pemberitaan firman Allah, penulis mendorong pengkotbah, penginjil, pengajar firman, guru sekolah minggu, dan pemimpin kelompok kecil, untuk kembali menemukan kuasa firman Allah dalam pemberitaan firman Allah.

Buku ini bukan berfokus pada metode berkotbah ataupun cara penafsiran firman serta eksposis, walaupun memang penting bagi setiap pemberita atau pengajar firman untuk mengenal dan menguasai hermeneutika, eksegesis dan homiletika.

Buku ini secara unik menekankan hal yang esensial, yaitu penerapan prinsip penyampaian firman Allah dalam kekuasaan Roh Kudus. Pemberitaan firman yang alkitabiah, teologis, historis, relevan, dan rohani, harus disertai oleh kekuasaan Roh Kudus, sehingga gereja masih mendengar "suara" Tuhan melalui firman tertulis yang dihidupkan dan diterangi oleh Roh Kudus untuk menggembalakan jemaat dan mencapai pemuridan yang dewasa dalam Kristus.

BahasaBahasa indonesia
Tanggal rilis19 Apr 2024
ISBN9798224008094
Pemberitaan Firman dalam Kekuasaan Roh Kudus
Penulis

Jonathan W. Lo

Jonathan Wijaya Lo, S.Th., M.Th., D.Min., D. A. R., melayani sebagai dosen, hamba Tuhan dan pembicara di berbagai seminari, universitas Kristen, dan gereja, baik di Indonesia maupun Amerika sejak tahun 1990. Selama 10 tahun terakhir, beliau terpanggil untuk menulis buku dan renungan dalam topik pemuridan dan teologi.  Jonathan Wijaya Lo meraih gelar Doctor of Ministry dalam bidang pertumbuhan gereja dari Reformed Theological Seminary, Jackson, Mississippi, USA; gelar Doctor of Arts in Religion dalam bidang Christian Philosophy dari Whitefield Theological Seminary, Florida, USA; gelar Master of Theology dalam bidang Systematic Theology dari International Theological Seminary, Los Angeles, USA; dan gelar Sarjana Teologi dari Seminari Alkitab Asia Tenggara, Malang, Indonesia.  Beliau melayani sebagai hamba Tuhan di Gereja Methodist Immanuel, Jakarta Barat (10 tahun);  New Life Baptist Church, Baldwin Park, Amerika (3 tahun),  Gereja Kristus Yesus, Puri Indah, Indonesia (1 tahun); Gereja Injili Indonesia, San Diego, Amerika (3 tahun). Beliau juga berkhotbah di berbagai gereja baik di Indonesia maupun Amerika selama 3 dekade terakhir. Beliau melayani sebagai dosen di Sekolah Tinggi Teologi Amanat Agung, Jakarta, Indonesia (14  tahun); Sekolah Tinggi Teologia Reformed Injili Indonesia (Dosen Paruh Waktu, 2 tahun); Universitas Pelita Harapan (Dosen Paruh Waktu, 4 tahun). Jonathan Wijaya Lo beserta istri, Gunawaty Tjioe, Ph.D, dan keluarga tinggal di California, Amerika.

Baca buku lainnya dari Jonathan W. Lo

Terkait dengan Pemberitaan Firman dalam Kekuasaan Roh Kudus

E-book terkait

Kristen untuk Anda

Lihat Selengkapnya

Kategori terkait

Ulasan untuk Pemberitaan Firman dalam Kekuasaan Roh Kudus

Penilaian: 0 dari 5 bintang
0 penilaian

0 rating0 ulasan

Apa pendapat Anda?

Ketuk untuk memberi peringkat

Ulasan minimal harus 10 kata

    Pratinjau buku

    Pemberitaan Firman dalam Kekuasaan Roh Kudus - Jonathan W. Lo

    PEMBERITAAN FIRMAN

    DALAM

    KEKUASAAN ROH KUDUS

    ––––––––

    Bukan Dengan Kata-kata Hikmat Manusia

    Melainkan Dengan Kekuatan Roh Kudus

    (1 Kor 2: 4)

    ––––––––

    Jonathan Wijaya Lo

    DAFTAR ISI

    ––––––––

    KATA SAMBUTAN

    ENDORSEMENT

    PENDAHULUAN

    A.  Kenaikan Tuhan Yesus dan Pemberitaan Firman allah

    B.  Gereja Awal dan Pemberitaan Firman Allah

    C.  Tanda-Tanda Gereja Yang Sejati

    D.  Penyalahgunaan Firman

    E.  Manipulasi Firman

    F.  Penyelewengan Firman

    G.  Tujuan

    H.  Tesis

    I.  Organisasi Penulisan

    BAB 1 METODE PENDEKATAN

    A.  Pendekatan Antroposentris

    1.  Pengaruh Pragmatism

    2.  Penekanan Homiletik dari pada Teologi Pemberitaan Firman

    3.  Pengaruh Relativism

    4. Pemenuhan Kebutuhan

    5. Syndrome Sukses

    Refleksi Teologis

    B.  Pendekatan Teosentris

    1. Kehadiran Kristus

    2. Karya Roh Kudus

    3. Bagi Kemuliaan Allah Bapa

    Interaksi Teologi Kristen Dan Metode

    Rangkuman

    BAB 2 FIRMAN ALLAH KEPADA DAN  DATANG DARI GEREJA

    A. Firman Allah Kepada Gereja

    1.  Otoritas Allah: 4 Macam Pandangan Yang Keliru

    2.  Otoritas Kehadiran Kristus

    B. Firman Tuhan Datang Dari Gereja

    Rangkuman

    BAB 3 INTERAKSI ROH KUDUS  DAN FIRMAN TUHAN

    A. Roh Kudus dan Firman Kristus

    1. Karya Keselamatan

    2. Karya Penciptaan

    B. Roh Kudus dan Firman yang Tertulis

    1. Inspirasi Roh Kudus

    2. Iluminasi Roh Kudus

    C. Roh Kudus Dan Firman Yang Diberitakan

    Rangkuman

    BAB 4 PEMBERITA INJIL DAN  KEPENUHAN ROH KUDUS

    A.  Siapakah Pemberita Injil Itu?

    1. Orang Berdosa Yang Diselamatkan

    2. Panggilan Allah

    3. Manusia Allah

    4. Alat Injil

    B.  Otoritas Pemberita Injil

    C.  Pemberita Injil Dipenuhi oleh Roh

    1. Apakah Artinya Dipenuhi Oleh Roh?

    2. Buah Roh Kudus

    3. Khotbah Sebagai Saksi Firman

    4. Berdoa Dalam Roh Kudus

    Rangkuman

    Bab 5 PERSIAPAN FIRMAN ALLAH DAN KEKUASAAN ROH KUDUS

    A. Roh Kudus Dan Persiapan Firman Allah

    1. Khotbah Ekpositori

    2. Roh Kudus Dan Seleksi Teks

    3. Roh Kudus Dan Perenungan Teks

    4. Roh Kudus Dan Ide Utama

    B. Roh Kudus Dan Berita Inkarnasional

    Rangkuman

    Bab 6

    ROH KUDUS DAN  PEMBERITAAN FIRMAN

    A. Kebebasan Roh Kudus dan Keteraturan

    B. Kebebasan Roh Kudus dan Kebebasan Pemberita Firman

    C. Urapan Roh Kudus dan Relevansi Firman Allah

    1.  Berita Firman dan Pengkhotbah

    2.  Berita Firman dan Jemaat

    3.  Relevansi Berita Firman

    Rangkuman

    Bab 7 SUPREMASI ALLAH DALAM  PEMBERITAAN FIRMAN

    A.  Supremasi Allah Tritunggal Dalam Karya Keselamatan

    B.  Tujuan Khotbah: Supremasi Kristus

    1. Pengenalan Akan Allah

    2. Kedaulatan Allah

    3. Kerendahan Hati

    PENUTUP

    KATA SAMBUTAN

    Saya bersyukur dan memuji Tuhan menyambut gembira diterbitkannya buku "PEMBERITAAN FIRMAN DALAM KEKUASAAN ROH KUDUS: Bukan Dengan Kata-kata Hikmat Manusia Melainkan Dengan Kekuatan Roh Kudus" yang ditulis oleh Dr. Jonathan Lo. Beliau telah diberkati dan dipakai Tuhan  sebagai akademisi, teolog, pendeta, pembicara di berbagai konferensi, dan penulis buku pemuridan yang sangat bermanfaat bagi para pendeta, mahasiswa teologia maupun para pelayan dan warga gereja dalam pertumbuhan iman.

    Buku ini, menurut saya sebagai seorang awam, yang kadang diperkenan Tuhan  dan diberi kesempatan untuk menyampaikan firman Tuhan di berbagai gereja dan lembaga pelayanan, adalah sangat baik dan penting untuk mengingatkan kita betapa pentingnya peranan dan keterlibatan Roh Kudus dalam menuntun, mendalami, mempersiapkan,  menggumuli kebenaran firman Tuhan yang akan disampaikan melalui komunikasi yang efektif.

    Ada kalanya para pemberita Firman tergiur dengan pujian pendengar, walaupun apa yang disampaikan adalah bukan lagi kebenaran  Firman Tuhan yang utuh. Kita juga kadang mendengar keluhan warga gereja tentang khotbah yang disampaikan lebih bersifat ilmiah, sekuler, tidak lagi berpusat pada Kristus dan tidak lagi menghasilkan transformasi dalam diri dan kehidupan untuk lebih mengasihi Tuhan dan semakin serupa dengan Kristus. Buku ini mengingatkan betapa pentingnya kebenaran Firman Tuhan yang disampaikan dengan cara yang benar melalui komunikasi yang efektif, diurapi dan dituntun oleh Roh Kudus agar para pendengar mendapat berkat serta mendorong mereka untuk mengenal dan mengasihi Yesus Kristus Sang Juru Selamat.

    Kita dengan rendah hati harus berdoa agar Roh Kudus terus meneguhkan kebenaran Firman Tuhan dalam mempersiapkan dan mendalami dan menyampaikan Firman Tuhan  yang utuh dengan keyakinan kekuasaan Roh Kudus untuk memuliakan Allah Bapa.

    Kiranya buku ini memberkati banyak orang yang terpanggil dan dipakai Tuhan untuk melayani pemberitaan firman Tuhan. Dalam memberitakan Firman Tuhan dengan benar, pemberita Injil mengalami tuntutan dan urapan Roh Kudus untuk mengalami kemuliaan Tuhan.

    Terpujilah Allah Tritunggal, Allah Bapa, Yesus Kristus dan Allah Roh Kudus

    Dr. (Hon). Jonathan L. Parapak, M.Eng.Sc.

    Rektor Universitas Pelita Harapan

    Jakarta, 18 Maret 2019

    ENDORSEMENT

    Banyak buku tentang khotbah yang telah ditulis, tetapi apa yang Jonathan Lo ingin sampaikan melalui buku ini mempunyai keunikan dan signifikansi tersendiri. Tekanan perlunya urapan Roh Kudus dibelakang individu pengkhotbah yang sudah memiliki pengalaman pribadi dengan Kristus dan konsep teologia yang Alkitabiah, merupakan hal yang memang seharusnya nyata hadir jikalau pengkhotbah menginginkan pelayanan mimbar yang efektif dan benar-benar memuliakan Tuhan.

    Pdt. Yakub Susabda Ph.D.

    Mantan Rektor STTRI dan Penulis Buku Rohani

    ––––––––

    Buku yang berjudul PEMBERITAAN FIRMAN DALAM KUASA ROH KUDUS: Bukan Dengan Kata-kata Hikmat Manusia Melainkan Dengan Kekuatan Roh Kudus menjelaskan secara terperinci tentang pentingnya korelasi yang benar antara firman Allah dan karya Roh kudus. Dalam menghadapi zaman peradaban yang maju dan kacau, buku ini akan memberikan kontribusi yang signifikan kepada pengkhotbah yang setia dalam pemberitaan Firman Allah.

    Pdt. Cornelius Liu

    President of Pastoral Methodist Churches in Republic of China

    ––––––––

    Dalam ibadah gereja-gereja Kristen, sering diucapkan doa sebelum si pengkotbah mulai berkhotbah, yang isinya kurang-lebih mengharapkan kehadiran Roh Kudus. Kedengarannya sederhana tetapi sungguh penting dan mendalam maknanya. Pemberitaan Firman yang diungkapkan melalui khotbah pada hakekatnya bukan perkara sederhana. Memang ada yang menyamakan begitu saja dengan pidato atau ceramah. Tegas harus dikatakan, pemberitaan Firman bukan ceramah, bukan pidato. Yang disampaikan bukan kata-kata saya sebagai pengkhotbah, melainkan sabda dari Allah. Saya hanyalah alat yang meneruskan kendati bukan alat yang pasif.

    Maka sukses sebuah khotbah tidaklah pertama-tama terletak pada keahlian saya atau kefasihan lidah saya, melainkan pada kehadiran Roh Kudus. Sungguh-sungguhkah Roh Kudus mempergunakan kata-kata saya yang tidak sempurna ini untuk menyampaikan Kabar Baik itu? Maka setiap pengkhotbah memang harus sangat rendah hati untuk mendengarkan bisikan Roh Kudus tentang apa yang mau Dia katakan. Itu tidak berarti kita tidak usah berbuat apa-apa. Kita harus tetap mempersiapkan diri. Janganlah kemalasan kita sebagai pengkhotbah dicarikan alibinya pada kehadiran Roh Kudus itu. Seorang ahli ilmu homiletika pernah mengatakan, pada hakekatnya pendengar pertama dari isi khotbah adalah si pengkhotbah itu sendiri. Jadi si pengkhotbah tidak boleh memilah-milah apa saja yang ia suka sampaikan dan atau menghindari yang ia tidak suka. Sekali lagi firman itu bukan milik pengkhotbah. Firman itu milik Allah.

    Tulisan Saudara Jonathan Lo ini menguraikan secara panjang-lebar bagaimana relasi pemberitaan Firman yang diragakan oleh Pemberita Firman dengan kehadiran dan penyertaan Roh Kudus. Tentulah buku ini sangat berguna bukan saja bagi para mahasiswa teologi, tetapi juga bagi para pemberita firman untuk kembali menyegarkan pemahamanpemahaman dan komitmen mereka. Tuhan memberkati!

    Pdt. Dr. Andreas A. Yewangoe

    Mantan Ketua Umum Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia

    ––––––––

    Panggilan untuk memberitakan Injil/Firman Tuhan adalah panggilan yang sangat mulia. Oleh sebab itu sangat penting bagi setiap pengkhotbah untuk dipimpin Roh Kudus dalam seluruh proses persiapan, pemberitaan dan penyajian Firman Allah. Dr. Jonathan Lo adalah rekan saya yang melihat kepentingan ini dan menuliskannya dengan jelas bagaimana memberitakan Firman dengan keyakinan Roh Kudus. Buku ini akan memperlengkapi setiap pengkhotbah untuk memahami dan menjalani panggilannya sebagai pengkhotbah dalam kekuasaan Roh Kudus.

    Pdt. Paulus Surya D.Min.

    Gembala Jemaat Westminster Presbyterian Church, Perth, dan Pengajar Christ-Centered Preaching Ministry Indonesia

    ––––––––

    Pemberitaan firman Tuhan yang dilakukan dengan kesetiaan menggali teks Alkitab telah hilang dari banyak gereja dalam zaman ini. Bishop J.C. Ryle mengeluh bahwa amat banyak khotbah modern begitu kabur dan samar-samar, tidak bisa dibedakan dengan jelas ... sehingga si pengkhotbah kelihatannya tidak tahu tentang apa yg ia percaya.  Buku ini merupakan mata air segar di tengah tandusnya mimbar gereja hari ini. Dr. Jonathan Lo menulis berdasarkan keyakinannya yang kokoh akan kuasa intrinsik firman Allah, mendorong para pengkhotbah untuk kembali menemukan kuasa firman Allah yang ajaib dan peranan Roh Kudus dalam persiapan dan pemberitaan firman itu. Sebuah buku yang sangat perlu dibaca oleh mereka yang rindu menemukan kembali vitalitas dan keindahan berkhotbah di tengah zaman di mana otoritas mimbar sedang berada dalam kemerosotan.

    Pdt. Johan Djuandy M.Th.

    Dosen Biblika dan Homiletika STT Amanat Agung, Jakarta

    Buku PEMBERITAAN FIRMAN DALAM KEKUASAAN ROH KUDUS: Bukan Dengan Kata-kata Hikmat Manusia Melainkan Dengan Kekuatan Roh Kudus adalah buku teologi berkhotbah yang membahas hubungan antara khotbah dengan kuasa Roh Kudus. Buku ini ditulis oleh Pdt. Jonathan Lo, orang yang tepat yang mendalami pelayanan mimbar puluhan tahun dan memiliki pemahaman doktrin yang solid. Buku yang sangat langka, penting, dan bermanfaat ini harus dibaca dan dihayati oleh setiap pengkhotbah.

    Benny Solihin M.Th. D.Min.

    Founder of Indonesia Preaching Ministry

    Karya tulis yang solid menilik keseimbangan antara Firman Allah dan Kuasa Roh Kudus. Bacaan bagi setiap orang Kristen dan Pemberita Firman yang kembali rindu untuk disegarkan, diurapi oleh Roh Kudus dan yang mencintai Kitab Sucinya.

    Pdt (Em.) Daniel Tanusaputra  D.Min.

    ––––––––

    Buku ini bukan tentang metode berkhotbah ataupun cara penafsiran serta eksposisi. Walaupun hal penting tersebut mengenai hermenutika, eksegesis dan homiletika tentu perlu dan harus dikuasai. Keunikan buku ini justru menekankan hal yang esensial setelah semua itu, yaitu penerapan prinsip penyampaian firman Tuhan. Terwujudlah pemberitaan firman yang menggugahkan pikiran berdasarkan kebenaran firman Tuhan, menyentuh hati karena mengasihi pendengar sebagai penerima berita dengan kasih Tuhan yang telah mati dan bangkit, mengubahkan hidup oleh sebab pekerjaan Roh Kudus yang memberi kuasaNya. God’s wordcentered preaching, with certainty of the power of the Holy Spirit and glorifying Christ’s cross. Pemberitaan firman yang biblical, theological, historial, relevan and spiritual menghasilkan penggembalaan lewat mimbar, pemuridan serta menyentuh lansung hati seorang gembala jemaat dengan pertolongan Roh Kudus.

    Pdt. Gideon Ang

    Ketua Sekolah Tinggi Teologi IMAN

    Sejak saya mengenal Pak Jonathan Lo di Seminari Alkitab Asia Tenggara-hampir tiga puluh tahun yang lalu—sampai hari ini ada sesuatu tentang dirinya yang tidak pernah berubah yaitu kerendahan hatinya. Walau tema kerendahan hati—sebagai kualitas pemberita Firman yang penting untuk dimiliki—menempati satu bagian kecil dari buku ini namun sesungguhnya tema ini mengalir dari awal hingga akhir buku ini.  Tanpa kerendahan hati tidak akan ada pengurapan dan pemenuhan kuasa Roh Kudus pada si pemberita Injil.

    Saya merekomendasikan buku ini untuk dibaca oleh semua hamba Tuhan yang telah menerima panggilan untuk memberitakan Firman.  Lewat buku ini Pak Jonathan mengupas makna dan fungsi pemberitaan Firman dalam konteks yang luas, yakni peranan Allah Tritunggal, Gereja, dan pribadi si pemberita Firman.  Saya yakin, seperti saya, Saudara pun akan diberkati dan dipacu untuk menjadikan mengenal Allah lewat putra-Nya Yesus sebagai tujuan akhir dari pemberitaan Firman. Dan, menjadikan pemberitaan Firman sebagai ajang karya Roh Kudus.

    Paul Gunadi

    Pengajar Bidang Konseling

    Buku ini didedikasikan untuk Adikku,

    Tonny Wijaya Bong

    Mazmur 128

    PENDAHULUAN

    Perihal pemberitaan Firman Allah, gereja seharusnya selalu bertanya dua hal yang mendasar bagi kehidupan bergereja. Pertama, apakah gereja dengan setia memberitakan Injil? Kedua, apakah pemberitaan Injil diurapi oleh Roh Kudus?

    Menurut pengamatan saya, gereja dewasa ini sedang mengalami dua krisis yang sangat serius, yaitu kuasa rohani dan kebenaran yang sejati. Pertama, pemberitaan firman Allah telah hilang kuasa rohaninya. Kedua, gereja tidak setia mengkhotbahkan kebenaran Allah yang sejati sesuai dengan firman tertulis. Kehilangan kuasa Rohani disebabkan oleh pemberita Injil dan berita firman yang tidak diurapi oleh Roh Kudus, dimana Ia hadir dalam kuasa doa dan hidup suci. Kehilangan kebenaran firman disebabkan oleh penyelewengan terhadap objektif firman Allah.

    J. Daniel Baumann menekankan peranan Roh Kudus dalam pemberitaan Injil, jika pengkhotbah tidak mengambil alih perananNya dengan metode yang lain:

    It is my conviction that preaching has the potential for significant influence of our electronic era if the preacher will be sensitive to the changes dictated by the sovereignty movement of the Holy Spirit. God cannot be domesticated, limited by our programming, nor restricted to the method of preaching; yet there is insuffcient evidence to indicate that imaginatively conceived, faithfully executed preaching is not still the primary instrument chosen of God to proclaim the Good News of Christ.[1]

    Adalah keyakinan saya bahwa khotbah memiliki potensi untuk mempengaruhi secara signifikan pada era elektronik ini jika pengkhotbah peka terhadap perubahan yang ditentukan oleh gerakan Roh Kudus yang berdaulat. Tuhan tidak tunduk, tidak dibatasi oleh program, tidak terbatas pada metode khotbah. Tidak cukup bukti bahwa khotbah yang imajinatif dan dilaksanakan dengan setia dipakai sebagai alat utama dipilih Allah untuk memberitakan kabar baik Kristus.¹

    Kuasa rohani tidak dapat ditemukan melalui teknis khotbah yang baik, melainkan terletak pada kuasa Roh Kudus yang aktif bekerja dalam pribadi pengkhotbah ketika menjelaskan Firman Allah. Secara teknis khotbah tentu saja bisa membantu penjelasan ide dan komunikasi yang efektif. Namun Khotbah dalam kekuasaan Roh selalu mendahului teknis khotbah. Ketika kuasa rohani hadir dalam pemberitaan firman, cara khotbah yang hidup akan menyertai proses pemberitaan. Artinya, teknis khotbah yang tepat dan baik tidak banyak menolong kehadiran kuasa rohani, jika Roh Kudus tidak hadir untuk mengurapi FirmanNya. Namun demikian, urapan Roh Kudus tidak boleh mengabaikan teknis khotbah, sebab pendengar bisa menangkap dan mencerna Firman Allah melalui cara khotbah yang hidup. Teknis khotbah maupun urapan Roh Kudus tidak boleh dipahami sebagai anti-tesis, sebab urapan Roh atas Firman Allah memerlukan cara khotbah yang baik.

    John Stott dengan tepat mengatakan relasi antara kekuasaan Roh dalam pemberitaan Injil dan teknis khotbah, ketika ia berkata demikian:

    The essential secret is not mastering certain tecniques but being mastered by certain convictions. In others, theology is more important than methodology... to be sure, there are principles of preaching to be learned, and a practice to be developed, but it is easy to put too much confidence in these. Technique can only makes orators; if we want to be preachers, theology is what we need. If our theology right, then we have all the basic insights we need into what we ought to be doing, and all incentives we need to induce us to do it faithfully.[2]

    Rahasia yang mendasar bukanlah menguasai teknik-teknik tertentu tetapi dikuasai oleh konviksi-konviksi tertentu. Dalam hal lain, teologi lebih penting dari metodologi... pastinya, ada prinsip-prinsip berkhotbah yang perlu dipelajari, dan latihan mengembangkan, tetapi bisa dengan mudah kita menaruh kepercayaan yang berlebihan dalam hal-hal ini. Teknik hanya bisa menghasilkan orator-orator; jika kita ingin menjadi pengkhotbah, teologilah yang kita butuhkan. Jika teologi kita benar, maka kita mempunyai semua wawasan dasar yang kita perlukan mengenai apa yang seharusnya kita lakukan, dan semua insentif yang kita butuhkan yang bisa menyebabkan kita melakukannya dengan setia.²

    Penulisan ini lebih menekankan urapan Roh Kudus dalam proses persiapan, pemberitaan Firman Allah, dan pengalaman rohani dari pemberita, daripada penyajian teknis khotbah yang baik untuk meyakinkan pendengar. Teknis khotbah tidak penah menciptakan otoritas nabi, melainkan panggilan Allah dan urapan Roh Kudus untuk meneguhkan otoritasNya. Penulisan ini juga tidak menyajikan bagaimana mempersiapkan khotbah ekspositori, melainkan pergumulan relasi antara kekuasaan Roh dan firman Allah yang tertulis. Meskipun demikian, seluruh pembahasan isi yang terlihat dalam setiap bagian akan bermuara pada keyakinan yang kokoh akan khotbah expositori dimana kekuasaan Roh Kudus selalu berkaitan dengan firman yang tertulis. 

    A.  Kenaikan Tuhan Yesus dan Pemberitaan Firman allah

    Tuhan Yesus berkata kepada para muridNya, sebelum Ia naik ke surga:

    "Pergilah ke seluruh dunia dan beritakan Injil Kerajaan Allah...

    dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman"

    (Matius 24: 14, 28: 19-20, Lukas 24: 47).

    Apakah relasi antara kenaikan Tuhan Yesus dengan pemberitaan Injil Kerajaan Allah? Pertama, kenaikan Tuhan Yesus adalah tanda kemenanganNya atas kuasa maut dan dosa. Paulus, dalam rangka menjelaskan fakta kebangkitan Kristus, menyatakan bahwa kebangkitanNya adalah kemenangan atas maut, ketika ia berkata:

    Maut telah ditelan dalam kemenangan. Hai maut di manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu? (1Kor. 1: 55).

    Karena Kristus telah bangkit dari antara orang mati, maka maut tidak berkuasa lagi. Sengat maut adalah dosa dan kuasa dosa adalah hukum Taurat (1Kor.15:56). Pemberitaan Injil memproklamasikan kemenangan Kristus atas kuasa maut.

    Kedua, kelahiran, kehidupan, kematian, kenaikan, dan kedatangan Tuhan Yesus adalah inti berita yang baik, yaitu kabar keselamatan Allah bagi seluruh umat manusia. Karya Kristus telah memberikan jaminan keselamatan dari Allah. Keselamatan ini tidak dapat ditiadakan oleh segala macam penderitaan dan maut. Kabar keselamatan Allah menurut kasih karuniaNya harus diberitakan ke segala penjuru dunia untuk memanggil umat pilihan Allah. Khotbah adalah proklamasi Injil Kristus Yesus. Ketiga, kenaikan Kristus melimpahkan otoritas Kerajaan Allah kepada gereja untuk memberitakan Injil. Tuhan Yesus mendekati para muridNya dan berkata demikian:

    KepadaKu telah diberikan segala kuasa (Exousia) di sorga dan di bumi (Mat. 28: 19).

    Gereja memberitakan Firman Allah atas dasar otoritas Kristus. Gereja tidak memiliki otoritas, kecuali otoritas yang diterima dari Kristus. Gereja memiliki otoritas karena ia berada dalam otoritas Kristus. Pemberitaan Injil berdasarkan pelimpahan otoritas Kristus. Pemberitaan Injil bukanlah hasil kreasi gereja, melainkan ketaatan pada otoritas Kristus. Karena itu, dengan otoritas Kristus, gereja pergi memberitakan Injil Yesus Kristus. Keempat, kebangkitan Kristus adalah jaminan penyertaanNya kepada para pemberita Injil. Markus, dalam bagian terakhir, bersaksi bahwa,

    Mereka pun pergilah memberitakan Injil ke segala penjuru, dan Tuhan turut bekerja dan meneguhkan firman itu dengan tanda-tanda yang menyertainya (Mrk. 16: 20).

    Berita baik adalah bahwa Tuhan sudah bangkit dan berita kebangkitan harus disampaikan sampai ke ujung bumi. Namun demikian, Allah tidak pernah tinggal diam, melainkan Ia menyertai para muridNya. Markus mengajarkan bahwa gereja harus memberitakan Injil, tapi Allah turut bekerja untuk mengefektikan dan meneguhkan Firman Allah. Karena Allah meneguhkan berita Injil, maka gereja juga harus aktif memberitakan Injil. Jadi, gereja adalah rekan kerja Allah dalam proses pemberitaan Injil. Gereja setia memberitakan Injil, karena Allah terlebih dahulu memberitakan diriNya. Allah mau memperkenalkan diriNya melalui pemberita Injil. Ia memanggil dan menguduskan para hambaNya untuk menjadi rekan kerjaNya. Kalau begitu, pemberitaan Injil adalah rancangan dan inisiatif Allah sejak kekekalan, bukan hasil kreasi dan inovasi gereja. Penyertaan Allah adalah garansi bagi keberhasilan pemberitaan Injil, bukan pemberita Injil. Sebab, pemberita Injil memiliki kelemahan, keterbatasan, dan ketidaksempurnaan. Kelima, pemberitaan tentang kerajaan Allah adalah misi utama bagi gereja. Pemberitaan kerajaan Allah adalah inti kehidupan gereja dan alasan keberadaan gereja, supaya melalui pemberitaan Injil, seluruh rencana Allah dinyatakan kepada umatNya sehingga mereka mengasihi Allah dan sesama, seperti diri sendiri (Kis. 20: 2, Mat. 22: 37-39). Gereja berdiri teguh atau runtuh tergantung sepenuhnya pada kesetiaan dan kesungguhan pemberitaan Firman Allah. Sebab gereja didirikan beralaskan Firman Allah dan gereja bertanggungjawab terhadap pemberitaan Firman.

    ––––––––

    B.  Gereja Awal dan Pemberitaan Firman Allah

    Gereja-gereja awal menempatkan pemberitaan firman sebagai panggilan yang mulia dan sekaligus sebagai tugas yang utama. Hal ini terlihat dari kesungguhan pelayanan dan komitmen dari para rasul. Para rasul sejak awal menekankan bahwa pemberitaan firman adalah pelayanan yang utama dan terutama, disamping itu juga ada pelayanan diakonia. Ketika pelayanan diakonia berkembang terus dan membutuhkan perhatian dan tenaga dari para rasul, Rasul Petrus menyadari bahwa pergeseran prioritas dari pelayanan Firman Allah kepada pelayanan diakonia telah terjadi. Petrus mengakui demikian,

    Kami tidak merasa puas, karena kami melalaikan Firman Allah untuk melayani meja

    (Kis. 6: 2).

    Karena perkembangan jumlah anggota gereja semakin pesat dan Firman Tuhan semakin berkembang, tuntutan pelayanan kepada para janda dan orang miskin juga semakin mendesak dan tidak dapat dihindari lagi, sehingga prioritas pelayanan para rasul dalam kurun waktu yang relatif singkat telah bergeser dari pelayanan firman dan doa kepada pelayanan diakonia atau pelayanan meja. Pelayanan diakonia memang tidak boleh diremehkan oleh gereja, karena hal itu adalah wujud kasih terhadap saudara seiman dan sesama. Tapi para rasul menyadari bahwa pelayanan diakonia sebenarnya bisa dikerjakan oleh para murid lain yang penuh Roh Kudus, hikmat, dan memiliki kemampuan khusus. Atas kelalaian ini, para rasul dengan jujur dan rendah hati mengembalikan keutamaan pelayanan firman dan doa, sedangkan pelayanan meja dibebankan kepada tujuh murid yang lain (Kis. 6: 3), supaya para rasul dapat memusatkan pikiran dalam doa dan pelayanan firman (Kis. 6: 4). 

    Selain keutamaan firman ditegakkan kembali, Petrus mengajarkan bahwa pelayanan doa dan Firman Allah adalah satu kesatuan. Pelayanan doa selalu disertai dengan pemberitaan Injil dan pemberitaan Injil selalu dilakukan dengan kuasa doa. Artinya, kuasa firman hadir bersamaan dengan kuasa doa. Kekuasaan Roh kudus hadir bersamaan dengan doa dalam Roh dan Firman Allah. Pemberitaan firman tanpa pelayanan doa hanya menyampaikan hikmat tanpa kuasa dan pelayanan doa tanpa pemberitaan firman menyajikan pengalaman hidup tanpa hikmat. 

    Paulus juga menasihati Timotius sebagai gembala sidang di jemaat Efesus, supaya Timotius dengan sungguh-sungguh memberitakan Injil dalam penggembalaannya. Paulus

    Menikmati pratinjau?
    Halaman 1 dari 1