Temukan jutaan ebook, buku audio, dan banyak lagi dengan uji coba gratis

Hanya $11.99/bulan setelah uji coba. Batalkan kapan saja.

Hati Yang Purnama
Hati Yang Purnama
Hati Yang Purnama
eBook137 halaman2 jam

Hati Yang Purnama

Penilaian: 5 dari 5 bintang

5/5

()

Baca pratinjau

Tentang eBuku ini

Abraham Maslow mengatakan, "Jika satu-satunya alat yang kamu miliki adalah palu, maka engkau akan cenderung melihat setiap masalah adalah paku." Dengan pengetahuan dan wawasan yang sempit seseorang akan kesulitan dalam menghadapi persoalan-persoalan yang dihadapinya. Bahkan seorang psikolog pun akan kesulitan menyelesaikan masalah hidupnya jika hanya bertumpu pada keilmuannya saja.

 

Hati Yang Purnama adalah sebuah buku yang akan menginspirasi kamu menjalani hidup yang tenang dan bermakna. Bersumber dari pemikiran-pemikiran yang beragam, mulai dari Albert Einstein hingga Jalaluddin Rumi. Dari mulai fisikawan hingga Sufi Master. Dengan satu pemahaman yang sama, bahwa spiritalitas itu nyata dan bisa dijadikan alat untuk menyembuhkan luka batin dan persoalan-persoalan emosi lainnya.

 

Buku yang berfokus pada kesehatan mental ini diharapkan bisa memberikan pencerahan. Bisa membuat hatimu purnama, tidak lagi sabit apalagi gerhana.

 

 

BahasaBahasa indonesia
Tanggal rilis5 Mar 2021
ISBN9781393219163
Hati Yang Purnama

Baca buku lainnya dari Mohamad Risat

Terkait dengan Hati Yang Purnama

E-book terkait

Pengembangan Diri untuk Anda

Lihat Selengkapnya

Ulasan untuk Hati Yang Purnama

Penilaian: 5 dari 5 bintang
5/5

4 rating0 ulasan

Apa pendapat Anda?

Ketuk untuk memberi peringkat

Ulasan minimal harus 10 kata

    Pratinjau buku

    Hati Yang Purnama - Mohamad Risat

    PENGANTAR

    Untukmu Rembulanku ,

    Sebelum menulis surat ini, tadi aku menyempatkan diri menemui bulan. Kulihat ia masih memancarkan cahaya lembut, cahaya yang sama seperti kemarin. Tetapi aku tak bisa melihat keseluruhan wajahnya hanya sebagian saja. Walau hanya bulan sabit, planet yang dalam bahasa latin disebut Lunar ini tetap mampu menyihirku. Aku tertegun dengan pemahaman yang diam-diam masuk ke dalam hatiku: Bulan selalu purnama, sudut pandang kita saja yang menjadikan ia sabit, bahkan gerhana.

    Bulan sabit terjadi pada saat posisi bulan membentuk sudut tertentu sehingga permukaan bulan yang disinari matahari hanya terlihat sebagian dari bumi. Jadi bukan hanya sebagian sinar matahari yang menyinari bulan, tetapi hanya terlihat sebagian dari bumi. Dua hal yang berbeda bukan?

    Teringat akan peristiwa yang terjadi lima belas abad yang lalu. Saat itu, Nabi Muhammad didesak oleh kaum yang menentangnya untuk menunjukan sebuah mukjizat yang bisa meyakinkan mereka bahwa dia adalah benar seorang nabi. Lalu beliau mengabulkan permintaan mereka. Dibelahlah bulan dengan telunjuknya dari kejahan menjadi dua bagian. Bulan memang benar-benar terbelah menjadi dua bagian (bukan hanya terlihat menjadi dua). Saya tidak mengerti kenapa mereka meminta pembuktian dengan bulan sebagai objeknya. Mungkin karena kebetulan kejadiannya pada malam hari, atau karena mereka juga suka mengamati bulan, kenapa bisa berbentuk sabit lalu tiba-tiba purnama. Atau hanya mencari pembuktian yang paling mustahil saja, seperti Nabi Isa yang diminta menghidupkan orang mati.

    Memandang hidup sama seperti memandang bulan dari kejauhan. Jangan hanya melihat yang tersurat saja, tetapi yang tersirat juga. Jika melihat yang tersurat dari bulan, tentu sah-sah saja kita mengatakan bahwa bulan tidak selalu purnama. Karena memang itu yang terlihat. Tetapi kita juga harus melihat yang tersiratnya. Bahwa pada hakikatnya cahaya bulan selalu purnama, bahwa cahaya bulan adalah milik matahari, dan bahwa cahaya matahari milik Tuhan yang Maha Sempurna.

    Hatimu adalah bulan purnama yang memancarkan kebaikan dalam tatapanmu, dalam tutur katamu, juga dalam sikapmu. Aku melihat kebaikan Tuhan terpancar di wajahmu. Bagiku kamu adalah bulan purnama yang sempurna. Bercahaya menerangi kegelapanku dan hangatkan batinku. Jika tubuhmu malam, hatimu adalah rembulan. Kalau saja aku bisa membelah bulan, akan kubelah menjadi dua. Satu untukku, satu untukmu.

    You Are Speial.

    Itulah sepucuk surat dari seorang lelaki untuk kekasihnya yang bertutur tentang bulan yang dimaknai sebagai hati yang yang baik, hati yang terang, hati yang purnama. Buku ini pun bertutur tentang hal yang sama. Tentang hati yang baik, hati yang terang, hati yang purnama, yang cahayanya memancarkan nilai-nilai kebaikan universal yang sebenarnya sudah tertuang pada kitab-kitab suci, juga pada nasihat-nasihat orang bijak.

    Ini adalah buku sederhana yang memiliki harapan yang sederhana pula, mengajak Anda berhenti sejenak dari kesibukan sehari-hari untuk berdua saja bersama kata dan makna, berharap ada yang sesuai dengan nurani, menyimpannya di ingatan, lalu tumbuh menjadi niat dan perbuatan. Ini adalah buku petunjuk menjalani hidup yang tenang dan bermakna.

    Saya selalu meyakini satu hal, bahwa tidak ada yang kebetulan dalam hidup ini, semua sudah diatur oleh-Nya. Jadi, kalau saat ini Anda tertarik untuk membaca buku ini, pasti ada sesuatu yang ingin Tuhan sampaikan melalui buku ini. Tetapi kalau tidak, berarti di buku lain pesan Tuhan untuk Anda berada. Dimana pun itu berada, semoga secepatnya Anda temukan. Lagi pula pelajaran hidup tidak hanya terdapat dalam buku, seringkali di kehidupan nyata.

    Salam Hormat,

    Mohamad Risat

    MEMBACA HATI

    Mohamad Risat : Hati adalah buku kisah nyata yang bertutur tentang sesal, tentang harap, tentang benci, tentang rindu, tentang segalanya. Kamu bisa merahasiakannya pada orang lain, tetapi tidak pada dirimu sendiri.

    Setelah meniup debu yang menempel di permukaannya, perempuan itu membuka dengan acak lembar-lembar buku yang dibelinya tujuh belas tahun yang lalu. Di lembar pertama terdapat tulisan bulan dan tahun pembelian yang di bawahnya dibubuhi tanda tangan – Sayang tak ada keterangan tempat pembelian. Kertas buku itu sudah mulai menguning disihir waktu. Ia mengingat-ingat pada saat apa dan di mana buku itu dibeli, Kalau ngga salah dibeli di bandung deh. Katanya dalam hati. Akhirnya ia menyerah, tidak bisa mengingat dengan pasti dimana ia membeli novel berjudul One Moment in Time itu. Yang masih diingatnya adalah novel ini pernah dipinjam oleh seseorang yang istimewa. Dia adalah teman kerjanya. Dia adalah lelaki istimewa di hatinya, yang diam-diam ia cintai. Apa kabarnya kamu sekarang, pasti kamu sedang bahagia bersama istrimu. Tidak seperti aku yang masih sendiri ini. Ah, sudahlah... Bisiknya lirih. Ada perasaan rindu saat mengingatnya. Selalu seperti itu sejak dulu.

    Ia kembali mengulang membuka lember per lembar kertas One Moment in Time, kali ini berhenti di halaman bab terakhir yang terganjal oleh pembatas buku. Bukan pembatas buku sungguhan, hanya selembar kertas yang dilipat dua yang di dalamnya terdapat tulisan tangan. Penasaran, Ia membuka lipatan kertas itu dan membacanya:

    Jakarta 13 Agustus 2003

    Terima kasih sudah meminjamkan buku ini. Ceritanya bagus, tentang lelaki yang mencintai seseorang dalam diam. Gue banget! Jujur, aku juga diam-diam menyukai kamu. Kamu tuh cantik banget dan beda sama wanita lainnya. Kamu lebih seneng baca buku dibanding jalan-jalan ke mall seperti kebanyakan wanita lainnya. Kamu juga seneng musik, sama seperti aku. Tapi bukan itu yang bikin aku jatuh cinta, Tapii... Hmmm... apa yaa? Aku juga ngga ngerti. Pokoknya aku suka sama kamu.

    Kalau kamu juga punya perasaan yang sama, pinjamkan kembali buku ini tanpa aku minta. Aku belum menyelesaikan novel ini, masih kusisakan bab terakhir. Sertakan surat balasan untukku di dalamnya. Tapi, kalau kamu ngga punya perasaan yang sama, ngga perlu kamu pinjamkan lagi buku untukku. Lupakan saja.

    Semoga kamu punya rasa yang sama. Ditunggu bukunya, aku ingin menyelesaikan kisahnya. Nanti setelah itu kita ketemu yaa... Aku pengen banget menggenggam tangan kamu sambil ngungkapin perasaan aku.

    Eh, maaf yaa... Aku jadi lancang gini. Maaf... Maaf... Smoga kamu ngga marah. Tapi, soal yang tadi aku serius.

    Yang diam-diam mencintaimu

    - Adie

    Jantung perempuan itu berdetak cepat, dadanya bergemuruh. Kenapa baru aku baca pesan ini. Kenapa ngga pas waktu itu, enam belas tahun yang lalu. Sesalnya.

    Hati adalah buku yang menyimpan banyak cerita, bisa kita buka dan membiarkan orang lain membacanya. Atau, disembunyikan supaya tak seorang pun bisa menemukan dan membacanya. Ini bukan soal benar atau salah, ini soal kenyamanan si empunya buku. Apakah terbuka atau pun tertutup sama saja. Sama-sama bisa dibaca oleh si pemilik. Bedanya, ada yang membacanya sampai tuntas dan berhasil mengambil manfaat darinya. Ada yang tidak membacanya sampai tuntas dan tak mendapatkan apa-apa darinya. Bahkan ada juga yang tak membacanya sama sekali.

    Yang tersimpan di dalam hati adalah rahasia terdalam seseorang, yang harusnya memberi manfaat walau tak diketahui oleh siapapun. Membaca hati harus selalu kita lakukan karena hati akan menuntun kita pada kebenaran – tidak seperti pikiran yang selalu mencari pembenaran. Sesekali bukalah buku hati. Bacalah apa yang tertulis di sana untuk dijadikan bahan renungan. Kalau lelah, berilah pembatas sebagai tanda sampai dimana kita sudah membacanya. Lalu lanjutkan hingga lembar terakhir.

    Tidak semua cerita dalam hidup kita di masukan ke dalam hati, sebagian dibiarkan hanya menjadi cerita hidup biasa dan akan hilang dicuri waktu. Tetapi peristiwa hidup yang berkesan akan disimpan di dalam hati, tak terlupakan sampai kapan pun. Ada cerita bahagia, juga ada cerita sedih membeku menjadi kenangan. Suka dan duka adalah lingkaran hikmah yang saling terkait satu dengan lainnya. Cerita suka menjadi hikmah bagi cerita duka, cerita duka pun menjadi hikmah bagi cerita suka. Keduanya saling melengkapi tidak berdiri sendiri. Seseorang bisa merasakan suka karena pernah berduka. Begitu juga sebaliknya, seseorang berduka karena tahu bagaimana rasanya bergembira. Sama seperti gelap dan terang, eksistensinya terasa karena realitanya berlawanan. Semua itu tertulis di buku hati.

    Melakukan perenungan atau membaca hati bisa dilakukan kapan saja. Biasanya saat suasana hening, saat yang lainnya sudah tidur atau disaat yang lainnya belum bangun. Bisa direncanakan, juga bisa tidak. Seringkali juga ketika kita melihat, mendengar, dan merasakan sesuatu yang menyentuh hati, saat itu hati kita bergetar. Saat itu pula terjadi percakapan batin yang bisa saja mengubah sudut pandang kita, bahkan mengubah hidup kita.

    Pada malam yang hening menjelang subuh seorang pencuri bersiap untuk melakukan operasinya, kali ini yang menjadi targetnya adalah rumah seorang janda yang sudah lama ditinggal mati suaminya. Berdasarkan pengamatannya beberapa hari belakangan ini, ia menyimpulkan bahwa perempuan itu memiliki harta peninggalan suaminya yang cukup banyak. Pertimbangan lainnya, perempuan itu tinggal sendirian sehingga kalaupun ketahuan tidak terlalu membahayakan buatnya. Maka berangkatlah pencuri itu dengan harapan pulang akan membawa uang dan perhiasan yang

    Menikmati pratinjau?
    Halaman 1 dari 1