Temukan jutaan ebook, buku audio, dan banyak lagi dengan uji coba gratis

Hanya $11.99/bulan setelah uji coba. Batalkan kapan saja.

Solo: Cara dan Trik Traveling Sendirian
Solo: Cara dan Trik Traveling Sendirian
Solo: Cara dan Trik Traveling Sendirian
eBook130 halaman1 jam

Solo: Cara dan Trik Traveling Sendirian

Penilaian: 4.5 dari 5 bintang

4.5/5

()

Baca pratinjau

Tentang eBuku ini

Buku ini bukan untuk orang sekelas Syahrini atau Nia Ramadhani.
Ini buat kamu yang punya uang pas-pasan tapi mau banget melihat dunia, dan buat kamu yang punya uang lebih tapi gak berani traveling sendirian.

Yang akan kamu dapatkan dari buku ini:

• Alasan kamu perlu solo traveling
• Manfaat solo traveling
• Yang perlu diperhatikan dan disiapkan sebelum solo traveling
• Yang harus dibawa saat traveling
• Cara menghemat uang saat traveling
• Trik menyembunyikan uang saat traveling
• dll

BahasaBahasa indonesia
Tanggal rilis12 Des 2018
ISBN9781370636785
Solo: Cara dan Trik Traveling Sendirian
Penulis

Jelita Sopani

Jelita Sopani is an Indonesian writer and poet. A full time lover and part time traveler who's crazy about cats and celery. Her first self-help book, Painkiller, was released in 2013. Jelita started her career in a Radio Station. She has worked for three leading Radio Stations in Jakarta (Indonesia), as a script writer, producer, broadcaster and Music Director. She has worked as a Music Director for the National Television for over 5 years, and she is currently working for a leading Pay TV Network in Indonesia.

Baca buku lainnya dari Jelita Sopani

Terkait dengan Solo

E-book terkait

Pengembangan Diri untuk Anda

Lihat Selengkapnya

Ulasan untuk Solo

Penilaian: 4.666666666666667 dari 5 bintang
4.5/5

24 rating4 ulasan

Apa pendapat Anda?

Ketuk untuk memberi peringkat

Ulasan minimal harus 10 kata

  • Penilaian: 5 dari 5 bintang
    5/5
    Informasi Sangat membantu!!! dan Sangat mengisfirasi Bangat Utuk traveling solo, Sangat puas untuk saya sebangai pembaca

    2 orang merasa ini bermanfaat.

  • Penilaian: 5 dari 5 bintang
    5/5
    Buku yang menarik, dan mengubah cara pikir saya tentang hidup dan mimpi saya

    4 orang merasa ini bermanfaat.

  • Penilaian: 5 dari 5 bintang
    5/5
    Makasih kak,,, penyampaian nya ngenaa sgt bermanfaat jg...keren banget kak

    3 orang merasa ini bermanfaat.

  • Penilaian: 5 dari 5 bintang
    5/5
    Buku ini sangat menginpirasi , merubah pola pikir lebih maju dan tentunya memberi kesan yang sangat mendalam

    3 orang merasa ini bermanfaat.

Pratinjau buku

Solo - Jelita Sopani

SOLO

Cara dan Trik Traveling Sendirian

Jelita Sopani 

Solo : Cara dan Trik Traveling Sendirian

© 2018 Jelita Sopani

Hak cipta dilindungi oleh undang-undang.

Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin.

Buku ini bukan untuk orang-orang sekelas Syahrini atau Nia Ramadhani. Ini buat kamu yang punya uang pas-pasan tapi mau banget melihat dunia, dan buat kamu yang punya uang lebih tapi gak berani traveling sendirian.

PRAKATA

The world is a book, and those who do not travel read only one page. – St. Augustine

Entah kamu pernah menemukannya atau enggak, tapi saya cukup sering mendengar atau membaca komentar tentang seseorang yang traveling ke luar negeri. Entah itu dari media sosial atau dari obrolan antar teman. Dan seringnya, saya menangkap kalau mereka yang traveling atau bepergian ke luar negeri itu dianggap negatif. Seolah mereka sudah mengkhianati tanah air dan di-cap lebih mencintai negara orang ketimbang negara sendiri.

Traveling gak ada kaitannya dengan patriotisme atau nasionalisme. Traveling adalah salah satu cara seseorang agar bisa berkembang. Pergi ke negara asing dan bertemu dengan orang yang berbeda ras, bahasa, dan budaya akan memperkaya jiwa dan kreativitas seseorang. Mereka yang ada di Timur pergi ke Barat, dan mereka yang ada di Barat pergi ke Timur. Jangan lupa, bule juga punya keinginan yang sama, yaitu melihat dunia. Gak cuma orang Indonesia doang. Coba deh, apa pernah kita menilai orang Inggris atau orang Jerman yang ada di Bali adalah orang yang gak mencintai negaranya?

We travel because we need to, because distance and difference are the secret tonic of creativity. When we get home, home is still the same. But something in our mind has been changed, and that changes everything. – Jonah Lehrer

Ngapain pergi jauh-jauh ke negara orang, Indonesia gak kalah indahnya kok, itu juga yang sering saya dengar. Pertama, saya gak pernah bilang Indonesia itu gak indah. Indonesia is beautiful (I have no doubt about it), but so the rest of the world, sweetheart. Kita gak akan dapat banyak wawasan kalau cuma tinggal di dalam rumah bukan? Kita perlu keluar rumah.

Menurut para astronom, ada sekitar 100 milyar galaksi yang ada di alam semesta ini – dimana bumi cuma bagian kecilnya saja. Bangsa lain sudah pergi ke bulan dan mencari cara untuk bisa hidup di planet Mars, masa kita masih mau nyinyir sama mereka yang berangkat dari Jakarta ke Eropa atau Amerika? Kalau kata Adele, hello… 

Saya percaya kalau pada dasarnya semua orang ingin traveling ke luar negeri untuk melihat seperti apa dunia. Bahkan yang suka nyinyir sekalipun.

Who lives sees, but who travels sees more. – Arab Proverb

Tapi jangan salah, saya gak menyebut diri saya seorang traveler sejati (tapi part time traveler). Saya seperti kamu yang cuma berangkat dari keinginan untuk melihat dunia. Itu doang. Seseorang yang cuma berusaha untuk membuat mimpi menjadi kenyataan, dan memulainya dengan menabung. Karena saya bukan Syahrini, jadi itu satu-satunya cara supaya bisa pergi. Makanya saya lebih senang menyebutnya dengan traveling dan bukan liburan, karena liburan kesannya lebih wah. Tinggal di hotel mewah dan makan selalu di restoran berkelas. Kamu tinggal datang ke lokasi wisata dengan kendaran minimal taksi atau uBer, foto-foto lalu pindah ke lokasi berikutnya. Traveling gak begitu. Ada perjuangan dan pelajaran dalam perjalanan. Kemungkinan kamu nyasar atau salah jalan itu besar. Sederhananya nih, yang pergi liburan itu cenderung gak mau susah. Tapi kalau yang pergi traveling sudah siap susah.  

Saya percaya kalau uang selalu bisa dicari, tapi yang namanya waktu, enggak. Kamu gak akan bisa mengulang umur kamu saat ini. Tahu-tahu kita sudah tua. Saya ingat sebuah kutipan yang pernah saya lihat di internet beberapa tahun lalu. Katanya, Travel while you’re young and able. Don’t worry about the money, just make it work. Experience is far more valuable than money will ever be. Kalimat itu meresap banget sampai ubun-ubun. Lagian kalau sudah tua kita gak akan kuat banyak jalan, yang ada cepat capek, malah bisa-bisa sakit. Gak akan enjoy juga.  

Waktu teman saya, Hans (orang Jerman) main ke Jakarta, dia bilang, Kapan kamu datang ke Berlin? Jangan lupa hubungin saya ya. Duh, waktu itu dalam hati bilang, Berlin? Ya kali Berlin itu sebelahan sama Bekasi? Pokoknya meski pengen banget, gak ada bayangan deh tuh bisa ke Berlin. Eh beberapa tahun kemudian saya curhat soal itu ke Hans, di dapur apartemennya. Benar, di Berlin. Kalau kamu masih kayak saya dulu, masih merasa belum mampu traveling keluar negeri tapi punya keinginan kuat, ingat kata-kata saya, kamu akan sampai disana. Karena kalau kita punya mimpi, kita akan mengusahakannya, dan kita akan menemukan jalannya. 

Orang bilang, jangan mau ke Cina. Disana jorok. Orang bilang Jerman begini, Filipina begitu. Jangan dengar apa kata orang, pergi dan lihat sendiri.

BAB I

KENAPA SOLO TRAVELING?

If you want to go fast, go alone. If you want to go far, go alone too. He he he… Solo traveling atau bepergian sendiri memang gak untuk semua orang. Banyak yang gak berani, atau malah gak mau mengambil opsi tersebut. Apa serunya coba jalan-jalan sendirian? Pasti basi deh, itu kalimat yang paling saya sering dengar. Karena buat saya traveling adalah cara saya mendapatkan gelar sarjana, jadi ya, gak ada tuh kepikiran akan basi atau boring

Bepergian sendiri adalah waktu yang tepat untuk mengenal diri sendiri. Cara yang tepat untuk menaklukan diri dari keraguan dan ketakutan. Bahwa sebenarnya kamu seorang pemberani, dan selama ini hanya dikungkung oleh ketakutan yang bahkan bukan milik sendiri melainkan ketakutan yang sudah ditanam oleh orang lain. Mungkin orang tua, saudara, teman, atau bahkan orang yang gak kamu kenal. Sampai kamu percaya kalau ketakutan itu punya diri sendiri. Kamu akan tahu itu setelah kamu

Menikmati pratinjau?
Halaman 1 dari 1