Temukan jutaan ebook, buku audio, dan banyak lagi dengan uji coba gratis

Hanya $11.99/bulan setelah uji coba. Batalkan kapan saja.

Sadie: Semalam di Berlin
Sadie: Semalam di Berlin
Sadie: Semalam di Berlin
eBook83 halaman1 jam

Sadie: Semalam di Berlin

Penilaian: 5 dari 5 bintang

5/5

()

Baca pratinjau

Tentang eBuku ini

Delapan bulan setelah Malek memutuskan hubungan di hari pernikahan, Sadie masih bergelut dengan kesedihan, amarah, dan ketakutan. Dengan kondisi rapuh dia traveling ke Amsterdam pakai tiket yang tadinya buat honeymoon. Disana dia bertemu pemilik restoran bernama Luuk, imigran Suriah bernama Waheeda, lesbian putus asa dari New York bernama Scarlett, dan cowok kuliahan charming dari Berlin, Fritz.

Sadie: Semalam di Berlin adalah kisah tentang bagaimana seseorang keluar dari kemelut emosi dan mental akibat patah hati yang sudah berlarut-larut, tentang bagaimana alam semesta dengan segala misterinya mengirim seseorang yang lebih baik dari dia yang memilih pergi.

BahasaBahasa indonesia
Tanggal rilis17 Feb 2022
ISBN9781005668150
Sadie: Semalam di Berlin
Penulis

Jelita Sopani

Jelita Sopani is an Indonesian writer and poet. A full time lover and part time traveler who's crazy about cats and celery. Her first self-help book, Painkiller, was released in 2013. Jelita started her career in a Radio Station. She has worked for three leading Radio Stations in Jakarta (Indonesia), as a script writer, producer, broadcaster and Music Director. She has worked as a Music Director for the National Television for over 5 years, and she is currently working for a leading Pay TV Network in Indonesia.

Baca buku lainnya dari Jelita Sopani

Terkait dengan Sadie

E-book terkait

Fiksi Umum untuk Anda

Lihat Selengkapnya

Ulasan untuk Sadie

Penilaian: 4.75 dari 5 bintang
5/5

4 rating1 ulasan

Apa pendapat Anda?

Ketuk untuk memberi peringkat

Ulasan minimal harus 10 kata

  • Penilaian: 5 dari 5 bintang
    5/5
    Meski novelnya ga panjang kaya novel kebanyakan tapi suka sama jalan ceritanya, beda dan terdapat pesan moral. tidak hanya jadi hiburan tapi ada pelajaran. akan lebih baik jika kedepannya buat cerita yang mengangkat budaya indonesia kususnya Bali

    1 orang merasa ini bermanfaat.

Pratinjau buku

Sadie - Jelita Sopani

RELATIONSH*T

Sebelum jam 6 pagi , makeup artist bernama Narita bersama asistennya sudah mengetuk pintu kamar 615. Membangunkan Sadie yang baru bisa tidur jam 1 pagi. Itu pun setelah menelan satu tablet cetirizine, meski alerginya lagi gak kumat. Sambil mempersilahkan mereka masuk, Sadie mengambil ponsel yang masih di- charged sejak semalam, melepas kabelnya dan menelepon mamanya yang berada di kamar 617. Kurang dari 10 menit mamanya datang, ketika Sadie sedang di kamar mandi. Hari ini aku akan menikah , berkali-kali dia mengatakan itu dengan perasaan bahagia dan takjub sambil sabunan.

Pesta pernikahan adat Jawa yang digelar di sebuah hotel bintang 4 di daerah Jakarta Selatan itu akan menyatukan Sadiya Samaan dengan Malek Hata yang sudah pacaran selama satu setengah tahun. Malek adalah cowok yang dikenal Sadie dari kedua sahabatnya, Joe dan Jenny. Dulunya mereka bertiga satu SMA. Sadie sendiri adalah anak tunggal keturunan Arab dan Jawa, sedangkan Malek merupakan anak sulung berdarah Minang. Bagi Sadie, Malek adalah simbol hope atau harapan. Setelah disakitin cowok berkali-kali, akhirnya dia menemukan cowok yang bikin dia kembali merasakan dan percaya sama yang namanya cinta. Padahal sempat berpikir kalau dia akan jadi perawan tua karena di umur 30 tahun masih saja bergelut dengan relationsh*t. Belum juga punya hubungan yang benar. Dulu dia juga sempat ragu hubungannya dengan Malek bakal bertahan. Seperti cuma menunggu waktu diputusin. Sampai akhirnya cowok yang berprofesi sebagai Produser televisi itu melamarnya.

Waktu terasa berjalan begitu cepat buat Sadie. Akhirnya makeup dan hairdo selesai juga. Mendekati pukul 09.00 perasaannya mulai campur aduk antara excited dan nervous. Sementara itu kamarnya mulai sumpek oleh banyak barang dan orang. Selain makeup artist, mamanya dan fotografer, Jenny juga ikut masuk. Sadie memang gak pernah mau melewati masa-masa penting tanpa sahabatnya. Sementara itu ketiga tantenya juga kerap keluar masuk kamar. Sadie adalah anak dan keponakan kesayangan, gak heran kalau keluarganya ingin memastikan semuanya baik-baik saja. Sementara itu Joe yang sudah berada di ballroom kerap mengecek situasi melalui sambungan telepon atau pesan singkat kepada Jenny.

"Wow you look stunning!" seru Jenny sambil menatap kagum Sadie yang mengenakan baju adat Jawa modern berwarna putih dan kain cokelat dengan motif keemasan. Dan dengan makeup yang ekstra, membuat Sadie terlihat makin pangling. Seperti bukan sahabat yang dia kenal sejak bangku kuliah, tapi seorang putri Jawa yang baru saja keluar dari katalog bridal. Jenny menekan kamera pada ponselnya dan langsung foto bareng.

"Do I look OK?" tanya Sadie sambil melihat sosoknya di cermin.

"No. You look exquisite! Lo udah bikin orientasi seksual gue sekarang jadi 70% straight. Udah deh, you are flawless. Percaya ma gue. Sadie menanggapinya dengan tertawa kecil. Terhibur. Udah siap?" tambah Jenny. Sadie mengangguk. Enggak lama kemudian staf dari wedding organizer (WO) menjemput ke kamar.

Kita turun sekarang ya mba, kata wanita muda yang mengenakan headset dan memegang walkie talkie itu kepadanya. Perasaan nervous dan excited itu kembali muncul seiring dirinya diiring keluarga dan sahabat berjalan keluar kamar menuju ballroom.

Ketika di dalam lift Jenny menerima pesan singkat dari Joe.

Joe: Malek gak bisa dihubungin.

Setelah membacanya buru-buru dia mematikan lampu layar ponsel. Takut Sadie yang berdiri di sampingnya melihat pesan itu. Sementara itu keningnya mengerut, dan dia gak bisa menghilangkan kecemasan di wajahnya. Gatal pengen cepat keluar lift dan menelepon Joe.

Lo kenapa? tanya Sadie. Yang mau merit tuh gue, kenapa lo yang tegang gitu?

Belum sempat Jenny menjawab, pintu lift sudah terbuka. Orang yang berdiri di depan lift adalah Joe. Meski agak terkejut melihat Sadie dan rombongan keluarganya, Joe yang memakai setelan jas berwarna abu-abu tua sesuai dress code dari pihak keluarga Sadie, berusaha keras buat tersenyum lebar dan menutupi kecemasannya dengan menyapa Sadie.

Gila, cantik banget lo! Nyesel bukan gue yang dulu deketin lo, kata Joe lalu kemudian memeluk Sadie.

Derita lo itu sih, balas Sadie sambil memeluk sahabat yang sudah dikenalnya sejak kuliah itu.

"Nanti lagi deh dear diary moment-nya. Sadie udah ditungguin nih," kata Jenny sambil menarik tangan Joe dan kedua matanya menunjuk ke mba WO yang memang sudah pengen membawa Sadie dan keluarga ke tempat mempelai wanita di ballroom. Gue dan Joe nanti nyusul ya, Die, tambahnya. Tanpa curiga sedikit pun, Sadie meninggalkan Jenny dan Joe. Bersama keluarga dia mengikuti langkah sang staf WO. Dan setelah mereka pergi, Jenny langsung menyerang Joe dengan pertanyaan beruntun.

Apaan maksud pesan lo tadi Joe? Malek gak bisa dihubungin gimana maksudnya? Lo bercanda kan?

Sssttt gak sekalian lo pake toa aja apa? Jangan kenceng-kenceng ngomongnya! kata Joe dengan suara yang ditekan. Hampir kedua tangannya membungkam mulut Jenny. Sementara itu matanya mengecek kanan kiri, depan belakang. "Ya gak lah. Ngapain gue bercanda. Dari tadi Malek emang gak bisa gue telpon. Hapenya mati. Pesan WhatsApp juga cuma centang satu. Tadi orang WO yang handle keluarga mempelai pria juga bilang ke gue kalau Malek gak bisa dia telpon," bisiknya. Merasa masih gak percaya dengan apa yang baru saja dibilang Joe, Jenny langsung menelepon Malek. Lalu setelahnya dia merasa kesal sendiri karena Joe benar. Ponsel Malek memang mati. Prasangka dan perasaan Jenny terbelah antara khawatir telah terjadi apa-apa dengan Malek dan curiga kalau dia akan membatalkan pernikahan.

Jadi kita harus gimana? tanya Joe kepada Jenny yang jadi bengong. "Jen... Jen... Kita

Menikmati pratinjau?
Halaman 1 dari 1