Temukan jutaan ebook, buku audio, dan banyak lagi dengan uji coba gratis

Hanya $11.99/bulan setelah uji coba. Batalkan kapan saja.

Terlalu Luka
Terlalu Luka
Terlalu Luka
eBook184 halaman3 jam

Terlalu Luka

Penilaian: 5 dari 5 bintang

5/5

()

Baca pratinjau

Tentang eBuku ini

Utara adalah penulis buku ternama yang mengalami kejadian aneh, cerita dalam salah satu novelnya menjadi nyata di kehidupannya. Lelaki introvert berusia 36 tahun ini seperti telah menuslis takdirnya sendiri.

 

Tiga kejadian yang dia karang sudah menjadi kenyataan, ketiganya adalah kisah duka yang membuatnya terluka parah. Yang belum menjadi nyata adalah menikah lagi dengan wanita yang usianya 7 tahun lebih muda setelah pernikahan sebelumnya yang baru seumur jagung kandas.

 

Utara menemukan wanita yang ciri-cirinya sesuai dengan takdir keempatnya disaat sudah bersama seseorang yang dia cintai. Tak lama kemudian mantan istrinya mengajak rujuk. Kini Utara dihadapkan pada piliha yang sulit di antara takdir, cinta, dan kenangan.

 

"Aku pernah berpikir untuk tidak memilih dari ketiganya lalu menjalani sisa hidupku sendirian, tidak menikah lagi. Aku akan membagi kecewa sama rata untuk semuanya."

BahasaBahasa indonesia
Tanggal rilis27 Nov 2021
ISBN9798201852313
Terlalu Luka

Terkait dengan Terlalu Luka

E-book terkait

Fiksi Umum untuk Anda

Lihat Selengkapnya

Ulasan untuk Terlalu Luka

Penilaian: 4.8 dari 5 bintang
5/5

5 rating1 ulasan

Apa pendapat Anda?

Ketuk untuk memberi peringkat

Ulasan minimal harus 10 kata

  • Penilaian: 5 dari 5 bintang
    5/5
    The story of this book is amazingly out of the box. Unpredictable yet beautiful. Love this book !

    1 orang merasa ini bermanfaat.

Pratinjau buku

Terlalu Luka - M. Risat

Prolog

Sekaranglah saatnya aku menceritakan semuanya, kisah masa lalu yang menyeretmu hadir ke dalamnya. Entah untuk sekadar singgah seperti yang sudah-sudah, atau akan menetap lama seperti yang kuharapkan. Apapun itu reaksiku takkan berlebih, kalau harus bahagia aku akan bahagia, kalau harus menderita aku akan menderita. Aku hanya akan jujur pada perasaanku saja. Aku tidak akan pura-pura bahagia disaat hati terluka, juga tidak akan menyoal luka di musim sukacita. Lari dari yang menyakitiku akan semakin menyakitiku. Aku tak akan lari, aku menerima derita sampai aku sembuh.

Sudah banyak kisah aku tulis, orang-orang mengagumiku sebagai seorang penulis yang cerdas, yang mampu menghidupkan cerita. Ada juga yang menganggap bahwa semua ceritaku itu adalah kisah nyata karena memiliki rasa yang begitu nyata. Sebetulnya tidak, semua cerita dalam novel-novelku murni imajinasiku kalaupun kebetulan sama dengan kisah nyata seseorang tentu itu di luar kuasaku karena ada jutaan cerita yang terjadi di semesta ini bukan?

Semua novelku dibuat dengan sepenuh hati. Aku sangat menikmati prosesnya. Aku seperti memiliki kehendak bebas yang mutlak untuk merancang kehidupan siapa pun menjadi seperti apapun. Aku bisa menciptakan tawa dan air mata, aku bisa menghidupkan dan mematikan, aku bisa mempertemukan dan memisahkan, aku bisa menjadi baik juga menjadi sangat jahat. Aku menikmati peranku sebagai Tuhan. Tetapi itu dulu, sekarang aku sudah tak berminat lagi. Sejak kejadian itu, aku sudah memutuskan untuk berhenti menjadi Tuhan, aku berhenti menjadi pengarang.

Aku sendiri tidak tahu apakah yang terjadi denganku itu adalah keajaiban atau kutukan. Yang pasti, itu semua mengagetkan dan menghempaskanku hingga hancur berkeping-keping. Mungkin Tuhan sekadar ingin menunjukkan ketidaksukaannya kepadaku yang sering mengambil perannya sebagai penguasa kehidupan. Soal ini, aku pernah menyampaikan pendapatku: Tuhan, aku hanya mengatur kehidupan ini dalam pikiran saja, mengapa Engkau begitu merasa terusik hingga aku dipermainkan dalam cerita yang Kau tulis?  

Kamu jangan khawatir, saat ini hubunganku dengan Tuhan baik-baik saja. Aku cukup tahu diri bagaimana aku harus bersikap. Malahan dengan kejadian itu aku menemukan satu pemahaman baru bahwa Tuhan tidak seperti pandangan sebagian filusuf di abad pertengahan yang mengatakan bahwa Tuhan sebagai pembuat jam, setelah jam selesai dibuat Dia tinggalkan berputar dengan sendirinya. Dia tak lagi ikut campur. Tidak, tidak seperti itu. Tuhan selalu mengatur semuanya bahkan mengatur hal-hal di luar hukum kausalitas yang Dia ciptakan sendiri.

Walau tak sedramatis Musa membelah laut atau Ibrahim mendinginkan api, apa yang terjadi denganku juga di luar kelaziman.

Aku tahu kamu menyukai tulisan-tulisanku, tetapi rupanya bukan karena itu kamu mencintaiku. Ada alasan lain yang tak bisa kamu jelaskan. Atau memang sengaja kau sembunyikan? Soal ini katamu hanya berkomentar singkat, Karena kamu adalah takdirku.

Tetapi kini aku mulai memahami apa yang kamu maksud. Kotak misteri sudah terbuka, semua yang tersembunyi sudah menampakkan diri. Rupanya, kamu hadir dalam hidupku bukan kebetulan. Sudah Tuhan rencanakan jauh-jauh hari, jauh sebelum semua kekacauan di hidupku terjadi. Aku memang takdirmu.

Jika selama ini aku merahasiakan semuanya, kini aku akan menceritakannya kepadamu. Simak baik-baik, kisahku pun tidak kalah menarik dengan kisahmu. Hanya kepadamu aku mau seterbuka ini. Itu bukan hanya karena aku mencintaimu, tetapi kisahmu dan kisahku rupanya saling bertaut. Supaya kamu paham bahwa semua duka dalam hidup kita memang harus terjadi. Hanya dengan cara itulah kita dipertemukan.

Dahulu aku pernah mendengar semacam kata-kata bijak yang mengatakan, orang-orang yang datang dan pergi dalam kehidupan kita bukanlah sebuah kebetulan. Kini aku mengalami sendiri kebenaran dari pernyataan tersebut. Memang betul, kita semua saling terhubung satu dengan lainnya. Tidak ada yang kebetulan. Itu juga kan yang terjadi dengan kita? Ada yang pergi dari hidup kita meninggalkan luka yang begitu dalam. Setelah itu ada yang datang dalam hidup kita membawa cinta yang begitu besar.

Kini aku sudah menerima semuanya. Menerima bukanlah pekerjaan mudah mungkin ini tidak akan pernah berhasil jika kamu tidak hadir ke hidupku. Tetapi, kamu jangan berharap aku bisa melupakan masa laluku, itu seperti kamu meminta aku menangkap angin, sesuatu yang tidak mungkin bisa aku lakukan. Kita bisa mengatur pikiran tetapi tidak bisa menghentikannya. Lagi pula, kenangan-kenangan itu adalah asal-usul pertemuan kita.

Kita adalah dua jiwa yang terluka yang hanya bisa sembuh jika kita menyatu. Itu yang aku rasakan, entah yang kamu rasakan.

Bersiaplah, sekarang aku akan menceritakan semuanya. Tak banyak yang tahu tentang ceritaku ini selain orang-orang yang terlibat di dalamnya. Kamu adalah satu-satunya orang yang akan mengetahuinya langsung dariku, semuanya. Tentang takdir, tentang cinta, tentang kenangan, tentang segalanya.

Terima kasih kamu sudah hadir dalam kenyataanku membawa setangkai mawar putih yang anggun. Wanginya memenuhi ruang di hatiku yang selama ini kosong dan sepi. Semoga durinya tak melukaiku (lagi).

Utara Arah Utama

Fiksi

Katamu, kamu sangat menyukai tulisan-tulisanku. Aku sangat tersanjung dengan pengakuanmu itu. Kamu juga sudah membaca kelima novelku berarti semua karyaku sudah kamu lahap tanpa ada satu pun yang terlewatkan. Aku saja yang menyukai tulisan-tulisan Mitch Albom baru membaca dua bukunya; The Five People You Meet in Heaven dan For One More Day .

Terima kasih ya kamu sudah menjadi pembaca setiaku, semoga kamu juga setia denganku selamanya.

Aku masih ingat betul ekspresi wajahmu saat kita kenalan, Kamu Utara kan? Tanyamu dengan mata takjub. Aku jadi salah tingkah juga waktu itu, berasa jadi Andrea Hirata bertemu penggemar beratnya. Semua buku Mas Utara sudah aku baca. ‘Terlalu Luka’ yang paling aku suka. Jujur, ketika mendengar novel terakhirku disebut aku jadi bad mood.

Kata salah seorang pengarang novel yang aku lupa namanya mengatakan, setiap buku memiliki nasibnya masing-masing. Aku sependapat dengan pernyataannya itu, aku mengalami kebenarannya. Dari kelima novelku masing-masing memiliki nasibnya yang berbeda. Ada yang laku di pasaran, ada yang mendapat banyak kritikan, ada yang susah terbit, ada yang mendapat penghargaan, juga ada yang membuat aku tersiksa.

Menjadi seorang penulis adalah impian terbesarku mungkin karena aku senang menyendiri dan punya banyak imajinasi sehingga aktivitas menulis sangat menyenangkan buatku. Aku seperti punya media untuk mengungkapkan pandangan-pandanganku tentang hidup.

Aku memang senang menyendiri bersama pikiran-pikiran yang tak kunjung sepi. Bagiku, kesendirian adalah cara terbaik untuk menikmati hidup. Dalam kesendirian aku bisa mengundang siapa pun hadir ke dalam ceritaku termasuk mengundangmu hadir di hidupku. Tidak hanya mengundang, juga membuat takdir untuk tokoh-tokoh di dalamnya.

Tulisan adalah bukti pemikiran seseorang, tulisan adalah lukisan sang pelukis. Pikiran adalah dunia yang tanpa sekat tetapi selalu memikat.

Penulis Inggris Gilbert Keith Chesterton mengatakan, Pikiran yang bisa menemukan jalan ke tempat-tempat liar adalah pikiran penyair, dan pikiran yang tak bisa menemukan jalan kembali dari sana adalah pikiran orang gila. Aku sendiri ragu apakah aku seorang penyair atau orang gila karena terkadang aku menemukan jalan ke tempat-tempat liar juga pernah tersesat dan tak bisa menemukan jalan kembali. Yang pasti aku adalah penulis novel yang tersesat dalam takdir yang aneh, yang tak terbayangkan sebelumnya.

Kamu adalah penolong ketersesatanku, kamu adalah alasanku tuk kembali percaya pada dunia nyata, dunia yang seharusnya aku ada dan hidup di dalamnya. Sebelumnya aku bingung, sebenarnya aku ini hidup di dalam cerita yang aku karang atau hidup di dunia nyata. Aku takut dan hancur saat itu.

Kembali ke soal menulis, sejak dahulu aku memang senang menulis. Seingatku sejak masih SMP sudah sering menulis, menulis apa saja, dari mulai puisi hingga surat cinta yang banyaknya bisa berlembar-lembar.

Aku masih ingat betul saat itu aku memutuskan cinta dengan kalimat puitis yang bagaikan cerita cinta anak-anak Wattpad. Perlu empat lembar hanya untuk mengutarakan keinginan berpisah. Bodohnya aku, berharap dia menikmati kalimat-kalimat puitisku, nyatanya dia marah dan terluka diputuskan pas lagi sayang-sayangnya. Kamu hanya pandai menulis cinta tetapi tidak pandai mencintai. Begitu katanya sambil berurai air mata.

Kamu jangan cemburu cinta pertama memang seperti itu, berkesan dan tak terlupakan. Lagi pula itu kejadiannya sudah lama, waktu masih kelas dua SMA, 19 tahun yang lalu.

Menjadi penulis adalah impianku sejak masih remaja. Keinginan itu semakin menguat setelah membaca The Alchemist karangan penulis asal Brazil, Paulo Coelho. Sebuah novel yang bercerita tentang anak muda asal Spanyol bernama Santiago yang berpetualang untuk menemukan harta karunnya dan menemukan belahan jiwanya, Fatimah. Novel inilah yang menginspirasiku untuk menjadi seorang penulis, berharap bisa sehebat Paulo Colho dan bisa menemukan harta karunku seperti Santiago.

Aku yakin harta karunku adalah talenta menulisku. Keberhasilan seseorang dalam mewujudkan impiannya sangat ditentukan oleh keberhasilannya dalam menemukan potensi dirinya, menemukan harta karunnya. Begitu kata seorang motivator yang ceramahnya pernah aku lihat di YouTube.

Kamu pernah bertanya apakah nama Utara adalah nama asliku atau nama pena. Itu nama asliku, nama pemberian orang tua. Nama lengkapku adalah Utara Arah Utama. Jangan tanya artinya apa aku juga ngga tahu apa. Apalah arti sebuah nama, begitu bukan kata William Shakespeare?

Aku memang pernah penasaran ada apa sebenarnya di utara. Jangan-jangan Almarhum bapak dan ibu menyimpan harta karunku di utara. Ah sudahlah, mereka bukan Santiago yang tertarik dengan harta karun. Semasa hidupnya ibu dan bapak tidak pernah bercerita apa-apa soal arti namaku dan kaitannya dengan harta karun, mereka selalu berpikir logis.

Kamu selalu antusias kalau bicara tentang novel. Katamu, membaca novel itu seperti memasuki dunia lain yang seru kita seperti terlibat dalam ceritanya walaupun tidak ada di dalamnya. Sama, aku juga seperti itu, membaca novel seperti membaca cerita-cerita kehidupan nyata. Mungkin si penulis menulisnya berdasarkan imajinasi bukan berdasarkan kenyataan tetapi aku yakin kisah imajinasinya itu nyata ada di kehidupan seseorang yang tidak diketahuinya. Aku selalu yakin apa yang ada di pikiran ada juga di kenyataan.

Oya, kamu pernah menulis cerpen (cerita pendek) yang dimuat di salah satu majalah wanita kan? Waah, ternyata kamu juga pinter menulis. Pantas saja kamu begitu antusias kalau sudah membahas fiksi. Mengapa kamu merahasiakan ceritanya? Atau pinjami aku majalahnya. Masih menyimpannya kan? Ya sudah, aku ngga akan memaksa mungkin kamu malu kalau aku membacanya.

Aku senang akhirnya bisa bertemu dengan wanita yang satu frekuensi denganku, yang memiliki kegemaran sama. Sama-sama suka membaca, sama-sama suka menulis, juga sama-sama suka musik. Soal musik, nanti di ceritaku berikutnya aku akan menceritakan tentang hobi mendengar musikku dan tentang pekerjaanku sebagai penyiar radio.

Sebenarnya aku ingin menyemangati kamu untuk kembali menulis, untuk mengarang cerita lagi. Tetapi kuurungkan niatku itu, aku takut apa yang terjadi denganku juga terjadi denganmu. Sekarang aku memang sudah pulih tetapi ketakutanku belumlah hilang, masih ada di sudut-sudut kesadaranku.

Penulis yang sangat kamu kagumi cuman aku saja kan? Maksudnya, mengagumi hingga terlibat perasaan. Aku yakin sih hanya aku saja yang istimewa di hatimu tidak ada yang lain. Maaf, aku masih trauma dengan ketidaksetiaan kuharap kamu bisa memakluminya. Aku hanya takut kehilangan kamu yang kutemukan dengan cara yang ajaib. Semoga kamu adalah bab terakhir di hidupku.

Kamu pernah meminta untuk dibuatkan novel sebagai hadiah kebersamaan kita dan saat itu aku monolaknya, karena memang aku sudah memutuskan untuk berhenti menulis novel. Tetapi setelah aku pikir-pikir lagi bahwa kisah kita adalah kisah nyata bukan cerita fiksi maka akhirnya kuputuskan untuk mengabulkan permintaanmu.

Menikmati pratinjau?
Halaman 1 dari 1