Temukan jutaan ebook, buku audio, dan banyak lagi dengan uji coba gratis

Hanya $11.99/bulan setelah uji coba. Batalkan kapan saja.

London Boy
London Boy
London Boy
eBook81 halaman42 menit

London Boy

Penilaian: 5 dari 5 bintang

5/5

()

Baca pratinjau

Tentang eBuku ini

Maraki adalah seorang atlet voli profesional cewek keturunan Indonesia, Filipina dan Inggris yang menetap di Jerman. Lahir dengan cara IVF (in-vitro fertilization) atau bayi tabung dari pasangan lesbian. Jatuh cinta dengan Amos, cowok London keturunan Yahudi Ultra-Ortodoks. Ketika hubungan mereka sudah jauh, terungkap bahwa ternyata ayah Amos adalah pendonor sperma untuk kedua ibu Maraki.

BahasaBahasa indonesia
Tanggal rilis20 Mei 2023
ISBN9798215611173
London Boy
Penulis

Jelita Sopani

Jelita Sopani is an Indonesian writer and poet. A full time lover and part time traveler who's crazy about cats and celery. Her first self-help book, Painkiller, was released in 2013. Jelita started her career in a Radio Station. She has worked for three leading Radio Stations in Jakarta (Indonesia), as a script writer, producer, broadcaster and Music Director. She has worked as a Music Director for the National Television for over 5 years, and she is currently working for a leading Pay TV Network in Indonesia.

Baca buku lainnya dari Jelita Sopani

Terkait dengan London Boy

E-book terkait

Romansa untuk Anda

Lihat Selengkapnya

Kategori terkait

Ulasan untuk London Boy

Penilaian: 5 dari 5 bintang
5/5

2 rating0 ulasan

Apa pendapat Anda?

Ketuk untuk memberi peringkat

Ulasan minimal harus 10 kata

    Pratinjau buku

    London Boy - Jelita Sopani

    CHAPTER I

    NOCHE BUENA

    Setelah kembali dari misa malam natal 2022 di St. John Bosco Parish di Makati, wilayah Metro Manila, keluarga besar Muñoz melewati Noche Buena (malam natal) sambil berkumpul di rumah dan menikmati makan malam. Berkumpul adalah momen yang langka buat keluarga ini. Karena ketiga anak mereka yaitu Christian, Lucca dan Alexa, sudah hidup terpisah sejak mereka melepas masa remaja. Anak tertua, Chris, bersama istri dan ketiga putrinya kini tinggal di California, Amerika Serikat. Lucca, setelah menikah dengan pacar wanitanya dan memiliki seorang putri, kini hidup di Munich, Jerman. Sedangkan si bontot Alexa, yang berprofesi sebagai tour guide , meski masih single dia memilih tinggal terpisah di Cebu, Filipina. Belum lagi masalah keluarga yang sudah mengkristal ikut menjauhkan mereka.

    Ayah mereka, Nathaniel Muñoz adalah pemilik salah satu accounting firm lokal terkemuka dan sudah membuka kantor di Manila dan Makati. Sedangkan ibu mereka, Sophia Garcia adalah seorang arsitek cukup ternama di Filipina. Beberapa karyanya termasuk dua gedung pencakar langit yang berada di distrik komersial Manila, Bonifacio Global City (BGC). 

    Ketika pelayan masih sibuk menyiapkan hidangan ke atas meja, semua sudah duduk sesuai dengan keinginan Mama Sophia. Papa Nathaniel dan Mama Sophia duduk saling berseberangan di ujung meja. Chris dan istrinya, Althea, duduk di baris kanan bersama dengan Lucca dan istrinya, Audra, lalu Alexa. Di baris kiri duduk keempat cucu mereka yang yaitu Maraki (20 tahun), putri Lucca dan Audra. Serta Teresa (23 tahun), Gloria (21 tahun), dan Ligaya (18 tahun), putri dari Chris dan Althea. Meski berbeda usia satu hingga lima tahun, keempat saudara ini terlihat sepantar.

    Sambil menunggu dinner di mulai, anak-anak Chris dan Lucca sibuk dengan ponsel masing-masing. Sementara itu Lucca, Audra, Alexa dan Althea ikut membantu merapikan makanan dan piring-piring. Meja mulai penuh oleh dua piring besar lechon (daging babi panggang), dua piring Pinoy spaghetti, dua piring liempo (perut babi bakar), dua piring lechon manok (ayam panggang), dan dua piring lumpiang ubod (fresh spring roll). Bertambah padat lagi setelah pelayan bolak balik datang membawa dua mangkuk besar kaldereta (semur daging babi dan ayam), tiga piring lumpia Shanghai (egg roll), tiga mangkuk menudo (semur tomat berisi daging babi dan sayuran), dua piring chicken adobo (ayam goreng saus kecap), semangkuk besar salad, serta tiga pitcher Sangria dengan buah-buahan. Tipikal hidangan Noche Buena di Filipina. Itu baru babak pertama. Untuk dessert belum keluar. Entah mampu para orang tua menghabiskan semua makanan tadi, karena cewek-cewek muda yang ada di hadapan makanan itu semuanya lagi pada diet.

    Makan malam pun dimulai oleh doa yang dipimpin Papa Nathaniel, lalu disambut ucapan haru Mama Sophia yang gak bisa menyembunyikan kebahagiaannya bisa berkumpul dengan anak-anak tercinta. Semua yang berada di depan meja sama-sama tahu sulitnya hubungan mereka selama ini, dan berusaha untuk tetap bersatu di malam natal tahun ini adalah hal yang paling disyukuri Mama Sophia.

    Sambil menikmati hidangan, mereka saling bertukar cerita pengalaman dan nostalgia. Beberapa diantaranya bikin semua tertawa terbahak-bahak. Tawa berhenti ketika Papa Nathaniel mengungkapkan niatnya untuk pensiun tahun 2024 dan mulai membahas soal aset dan menyusun wasiat. Meski usianya masih 55 tahun, tapi dia sadar kalau kesehatannya sudah menurun.

    (Dalam bahasa Tagalog campur bahasa Inggris)

    Bisnis Papa akan dilanjutkan oleh Christian, gimana menurut kalian? pandangan Papa Nathaniel tertuju kepada Lucca dan Alexa. "Kalau kalian setuju, dia sudah mau kembali ke Filipina dan tinggal di salah satu apartemen di BGC bersama keluarganya. Pertimbangan Papa sih, ya karena dia satu-satunya anak laki-laki Papa, dan satu-satunya juga lulusan sekolah business management," tambahnya. Sebelum menjawab, Lucca berbisik di telinga Audra menerjemahkan kata-kata Papanya yang dalam bahasa Tagalog ke dalam bahasa Inggris. Dia gak ngerti Tagalog, meski Lucca sudah pernah berusaha mengajarkan berkali-kali. Yang dia ngerti cuma beberapa kata atau kalimat saja, banyaknya bad words malah.

    Aku sih setuju, jawab Lucca.

    Aku juga, sahut Alexa yang memang gak pernah punya ketertarikan buat kerja kantoran, dengan mulut penuh makanan.

    Bagus! Semua sudah setuju. Untuk wasiat, nanti kita bahas di ruang kerja Papa habis makan ya, balas Papa Nathaniel bersemangat.

    Selesai makan malam, Maraki bersama ketiga sepupunya berkumpul sambil binge watching serial Spanyol, Elite, di ruang tv. Sementara itu para orang tua rapat wasiat di ruang kerja kakek mereka yang berada di lantai dua. Sesekali perhatian mereka tertuju ke ponsel lalu kembali ke televisi. Rumah berdesain minimalis modern yang berada di kawasan elit Bel-Air, Makati, itu berlantai dua, memiliki enam kamar tidur berikut kamar mandi, sebuah kolam renang dan gym. Rumah yang didominasi kaca tersebut juga memiliki rooftop yang kerap dipakai Papa Nathaniel bermain mini golf. Atau, sekedar ngopi dan merokok cerutu.

    Diluar harta warisan, Nathaniel Muñoz juga punya banyak aset hasil kerja kerasnya sendiri. Meski lahir dari keluarga berada, dia gak manja dan mau berusaha sendiri. Selain dua cabang accounting firm, dia juga

    Menikmati pratinjau?
    Halaman 1 dari 1