Temukan jutaan ebook, buku audio, dan banyak lagi dengan uji coba gratis

Hanya $11.99/bulan setelah uji coba. Batalkan kapan saja.

Pohon di Atas Air: 1, #1
Pohon di Atas Air: 1, #1
Pohon di Atas Air: 1, #1
eBook187 halaman2 jam

Pohon di Atas Air: 1, #1

Penilaian: 5 dari 5 bintang

5/5

()

Baca pratinjau

Tentang eBuku ini

Rencana Noe membuat apotek impiannya bubar ketika dikhianati  Shany. Sampai Noe bertemu Anindita, dokter yang  buat hati  Noe  bergetar. Bagaimana cara Noe membangun  apoteknya  dan merajut cintanya ?  

BahasaBahasa indonesia
Tanggal rilis5 Des 2021
ISBN9798201322380
Pohon di Atas Air: 1, #1
Penulis

Bernadi Malik

Bernadi Malik adalah seorang penulis, ceo pabrik novel baper & thriller, blogger di bernadimalik.com, penikmat seni dan fotografi, bernafas dan hidup di Indonesia, berjalan di muka bumi, pengagum alkimia dan filsafat bergelar apoteker, memposisikan diri di tengah-tengah, punya sifat humanis, pecinta sate kambing dan tongseng. Senang jalan-jalan dan menulis.

Baca buku lainnya dari Bernadi Malik

Terkait dengan Pohon di Atas Air

Judul dalam Seri Ini (100)

Lihat Selengkapnya

E-book terkait

Fantasi Dewasa Muda untuk Anda

Lihat Selengkapnya

Ulasan untuk Pohon di Atas Air

Penilaian: 5 dari 5 bintang
5/5

1 rating0 ulasan

Apa pendapat Anda?

Ketuk untuk memberi peringkat

Ulasan minimal harus 10 kata

    Pratinjau buku

    Pohon di Atas Air - Bernadi Malik

    BERNADIMALIK.COM

    All rights are reserved.

    No permission is given for any part of this book to be reproduced, transmitted in any form or means; electronic or mechanical, stored in a retrieval system, photocopied, recorded, scanned, or otherwise. Any of these actions require the proper written permission of the author.

    ISBN: 000-1234567890

    Bernadimalik.com Publishing

    informasi dan kontak:

    Bernadi Team

    0812-4514-0513

    Bernadi.apt@gmail.com

    SEBELUM MEMBACA

    TULISAN INI ADALAH fiksi bergenre roman, tak menutup kemungkinan ada beberapa karakter yang mirip bahkan sama di sekitar kita. Mungkin suka atau benci, utamakan untuk menyebarkan kasih sayang untuk mereka  meski mereka kadang menyakiti kita dan lingkungan kita.

    Pesan Khalifah Sayyidina Ali bin Abi Thalib r.a. Jadilah seperti bunga yang memberikan keharuman bahkan kepada tangan yang telah merusaknya.

    Rencana Noe membuat apotek impiannya bubar ketika dikhianati  Shany. Sampai Noe bertemu Anindita, dokter yang  buat hati  Noe  bergetar. Bagaimana cara Noe membangun  apoteknya  dan merajut cintanya ?  

    INSTAGRAM 

    Bagian Pertama

    Princess

    Terima kasih, itu suara Shany, matanya berkaca-kaca, telapak tangannya menutup mulutnya, bibirnya bergetar.

    Dua pembawa acara memberikan padanya seikat bunga mawar warna merah.

    Selamat pada juara kita malam ini. Diikuti tepuk tangan, riuh rendah, teriakan dan suitan 2000 orang penonton di Jakarta Convention Centre. Di belakang panggung ada seorang pria, rambutnya keriting, tubuhnya pendek. Dia Remi, manajer Shany sedang menarik sebuah koper cokelat tua berisi uang tunai. Namanya  Remi  yang punya inisiatif menyogok dua orang juri malam itu

    Koper yang dibawa Remi itu ditunggu sebuah Van GMC di area parkir VIP. Di ujung lorong Remi keluar dari dalam gedung disambut  seorang pria mengenakan jas hitam, kekar.  Ini pesanan Arthur dan Denia ? Kumis di bawah hidungnya terlihat rapi.

    Ya, jawab Remi.

    Pria berkepala plontos itu mendengus, telunjuknya mengarah ke mobil hitam di bawah lampu parkir warna oranye, lampu mobil menyala dan knalpotnya mengeluarkan kabut putih. Remi memberikan kopernya pada pria itu, si botak lalu menjauh menuju ke mobil. Sementara Remi buru-buru kembali masuk ke dalam Jakarta Convention Centre. Di kejauhan samar-samar dia mendengar lagi suara Shany.

    Terima kasih kepada ayah, ibu, dan teman-teman, sahabatku Remi, lalu kekasihku . Semua sponsor yang terlibat malam ini. Shany berdiri, disorot cahaya tunggal di atas panggung.  Sementara itu Remi baru masuk ke area ruang ganti, tempat beberapa awak film sedang mendorong kamera, di pojok tempat kamera ditumpuk dia harusnya belok ke kiri,pelan-pelan agar tumpukan kabel tak melilit sepatu Louis Vuitton miliknya.  

    Ikut memberi selamat sekaligus acara berakhir Gubernur DKI, wakil gubernur dan Menteri Peranan Wanita.  Shany Puteri Indonesia yang terpilih berasal Kota Jakarta menerima mahkota bertahta 50 buah berlian Swarowski, zamrud Bvlgari dan emas disepuh warna putih.  Wajah Shany berseri-seri. Dia dipeluk oleh dua orang finalis dari Kota Jakarta dan Makassar.

    Shany Armita, finalis usia 23 tahun, Rambutnya ikal sampai ke pinggang, cokelat tua, dia mewakili wajah ayahnya yang berasal dari Rusia, dan ibunya yang berkulit cokelat, senyum manis gadis Indonesia, tubuhnya semampai, tulang lengannya anggun ketika melambaikan tangannya. Gaun warna perak, bersayap daun yang direndam formalin, gaun bertabur permata dan sepatu hak tinggi bertabur berlian. Di lehernya memantul cahaya kalung ruby dan permata.

    Dua jam puncak acara adalah penobatan Shany, lalu acara selesai dan  ditutup, kamera menyorot ke arah Shany melambaikan tangan, memberi salam kepada penonton, satu persatu yang mulai  meninggalkan ruang konvensi itu, antrian di pintu keluar di dua lorong di belakang, sementara Noe  berdesak-desak melawan arus, dia menuju ke atas panggung. Di sana masih ada Shany yang berfoto bersama dewan juri, bersama para penonton VIP dan pimpinan perusahaan.

    Sampai di depan panggung, Shany melihat Noe  yang mendekat,  wanita itu menyeret gaunnya, warna perak memantulkan puluhan permata, cahaya lampu yang terang benderang. Dia berjalan mendekati Noe , senyumnya merekah. Noe , panggil Shany, dia mendekat dan membiarkan Noe  memanjat panggung, dia belum sempat berdiri tegak ketika Shany sudah memeluknya erat-erat. Aku menang, ucap Shany berbisik di telinganya.

    Selamat, balas Noe .

    Ini untuk kamu sayang, bisikan Shany di telinga Noe  membuatnya mundur, dia melihat Remi, si manajer berbicara dengan Arthur.

    Mulai besok aku harus panggil kamu Putri, Putri Indonesia ucap Noe .

    Terima kasih sayang, Shany tersenyum, dia memeluk Noe sementara di sekitar mereka lima fotografer mengabadikan momen itu. Ayo cepat sayang, jangan sampai kamu jadi sasaran mereka, itu ucap Shany.

    Kilatan cahaya lampu bersahutan di sekitar Noe  dan Shany. Noe  melirik tulisan di tas kamera yang dibawa oleh wartawan itu, CNN, Kompas Media dan MNC group, Metro, dan TVone beberapa wartawan lain memanggil-manggil meminta waktu untuk wawancara.

    Kamu hebat, bisik Noe , padahal kepalanya pening tak suka perhatian dari media dan dunia yang hiruk pikuk itu. Shany berbisik, Ayo kita pulang Noe.

    Belum sempat turun dari panggung, dari samping, kedua orang tua Shany datang memeluk dan mencium Shany, Ayahnya yang jangkung, hidungnya mancung itu berseri-seri. Ibunya  berdiri di sebelah Shany mengenakan kebaya, dan kerudung batik dipanggil Ibunda oleh Noe , dia menyalami Noe dan Shany. Selamat, sukses buat kalian berdua ya,

    Terima kasih, balas Noe , suaranya mendadak serak dan perutnya terasa mual.   

    Shany, mengecup pipi ibunya, lalu mencari dan memanggil Remi,dia memberikan pada manajernya hadiah yang tadi diterima di atas panggung, sebuah trofi setinggi 30 sentimeter, beberapa untai kembang, piring putih dari platinum, piring dari tembaga dan emas, semuanya dari sponsor dan selembar cek senilai 300 juta.

    Kami pulang dulu Ibu, ayah, kata Shany, dia menjauh dan menarik Noe  berjalan turun tangga lewat samping panggung, dia disambut berapa finalis dari kota lain, Noe  berjalan di sampingnya merasa aneh diperhatikan oleh banyak wanita. Shany mendapat ucapan selamat dari semua saingannya itu,  dia membalas mengecup pipi para saingannya. Lewat ruang ganti yang dipenuhi para penari yang sedang ganti kostum, mereka berjalan keluar, di teras pintu bagian belakang, sebuah Toyota Alphard hitam menunggu menjemput Shany.

    Noe  membuka pintu dan membantu Shany naik ke kursi di sebelah kiri, Shany kesulitan menaikkan gaunnya yang panjang tapi Noe  membantu memasukkan kain bertabur permata itu, dari belakang sebuah suara  memanggil. Itu Remi yang membawa hadiah.Ini disimpan di bagasi belakang.

    Noe  kaget mendengar suara pria itu. Sopir mobil Shany keluar dan membuka pintu belakang, memasukkan seperangkat hadiah sementara Noe  naik dari pintu sebelah kanan.  Ya sudah silahkan berangkat aku masih ada acara, ucap Remi, dia menutup pintu.

    Mobil warna hitam dan mengkilat itu bercahaya disinari lampu jalan, meninggalkan gedung konvensi, beberapa wartawan masih memaksa di pintu pos pengamanan, berusaha menerobos barikade polisi.  Kita jangan langsung ke hotel Pak, kata Shany.

    Loh bukannya kamu capek ? tanya Noe .

    Aku mau jalan-jalan dulu,  Noe  memeriksa jam tangan Swatch di tangan kirinya, saat itu sudah pukul 23:49, sebentar lagi tengah malam, acara pemilihan Puteri Indonesia dimulai pukul 19:00 wib dan menyita hampir 5 jam disiarkan di tiga stasiun televisi swasta. Siaran langsung yang disaksikan oleh hampir 10 juta penonton. Mobil itu bergerak meninggalkan kawasan Semanggi, menuju ke arah pusat kota, masih ada lampu menari-nari sepanjang jalan, lampu mobil dan motor, dan suhu yang tadi panas menyelimuti penatnya kota, kini berganti tiupan angin sejuk. Shany menatap semua itu, tapi dia penasaran menatap Noe . Kamu senang aku juara ?

    Ya, aku senang, balas Noe.

    Kenapa kau sedih ?

    Tidak kok.

    Sudah hampir dua tahun kita bersama, aku  tahu kalau ada sesuatu yang tidak beres. Shany meraih tangan Noe , dia menggenggam erat dan mendekatkan tubuhnya ke samping pria itu, meletakkan kepalanya ke pundaknya.

    Aku tahu semua cerita ini Shany, bisik Noe.

    Tahu kenapa ?

    Kau dan timmu semua menyuap para juri, ucap Noe.    Shany mengangkat kepalanya dia menggenggam tangan Noe ,  menatap bola mata Noe  mengerutkan keningnya.Maksudmu? Wajahnya jadi pucat..

    Aku tahu dari manajermu kau menyuap untuk menangmalam ini, padahal aku hanya ingin kamu selesaikan malam ini.

    Shany diam, alisnya berkerut tapi dia memang tak bisa mengelak. Noe , kesempatan ini hanya satu kali.

    Bukan begitu caranya, bisik Noe , apa semua ini cukup ?

    Hanya ini kesempatan yang ada di depan mataku. Tolong malam ini aku berhasil membuat mimpiku jadi kenyataan.

    Kamu egois Shany ?

    Maksudmu ?

    Yang menang bisa dari kota lain tapi karena kau menyuap juri, ah sudahlah kau jadi juara.

    Jadi kau marah Noe  ? Alis di wajah Shany berkerut. Di malam aku menjuarai kontes ini ? disaat ribuan wanita bermimpi jadi aku ?

    Ya, aku kecewa, balas Noe  dia ingin membentak Shany tapi menahan diri, tapi nadanya terdengar kaku. Dia membuang wajahnya, menyaksikan Tugu Monas yang bermandikan cahaya warna ungu dan merah muda. Shany meraih tangan Noe  dan menggenggamnya penuh rasa bersalah.Maafkan aku,

    Ya Shany, tapi tolonglah aku, ucap Noe 

    Apa itu ?

    Aku kecewa padamu. Shany memajukan tubuhnya, dia mendekat dan menatap Noe  yang duduk di sampingnya. Kenapa kamu merusak malam ini ? Shany berkata pada pengemudi, Pak tolong berhenti di depan Balai kota.

    Mobil hitam itu mengurangi kecepatan, lalu menepi, berhenti di samping trotoar, Shany membuka pintu dan turun dari dalam mobil. Tak ada orang disana, hanya trotoar kosong dan lampu jalan warna kuning.  Di seberang gedung Balai Kota Jakarta, di gerbang masuk menuju Tugu Monas. Beberapa binatang malam, laron dan nyamuk terlihat mengitari lampu.   Noe  turun, dia mengikuti Shany berjalan di atas trotoar berlapis keramik. Dua meter di belakang Shany, Noe  berhenti dia diam tak bergerak.

    Jadi kau tidak suka aku menang Noe , tanya nada pertanyaannya mengandung kesedihan. Dia membelakangi Noe , berlian di mahkota puteri Indonesia yang dipakai di kepalanya itu memantulkan cahaya putih yang menusuk mata.  Aku tidak suka caramu, balas Noe .

    Shany menghela napasnya, dia berkata datar, Noe, Coba jelaskan padaku, apa yang kau siapkan untuk aku ? Rencanamu sejak setahun kau lulus kuliah, kau tidak ingin dibantu ayahku, kau mencari kerja tapi selalu gagal. Lantas sekarang ketika aku punya cara untuk kita kau malah protes.

    Kau ingin aku seperti apa ? tanya Noe, dia mendekati Shany..

    Aku bosan Noe, mimpimu ingin punya apotek, membuatkan aku rumah. Shany menatap Noe  dan melanjutkan, Semua mimpimu yang kau ceritakan itu kapan kau laksanakan ?

    Jadi itu sebabnya kau begini  menyuap para juri dan memberikan kemenangan ini untuk kita ? ucap Noe.

    Aku tidak minta apa-apa dari kamu Noe.

    Aku tahu, jawab Noe. Aku benci kamu, dan kau biki aku kecewa.  

    Shany diam dia tak menjawab,dia tak memperlihatkan air matanya yang menetes dia menatap puncak tugu Monas yang berdiri kaku. Buru-buru menyeka air mata di pipinya.  Maafkan aku agak emosional .

    Suara Noe  terdengar jelas sekali di malam yang sepi itu.

    "Shany,

    Menikmati pratinjau?
    Halaman 1 dari 1