Temukan jutaan ebook, buku audio, dan banyak lagi dengan uji coba gratis

Hanya $11.99/bulan setelah uji coba. Batalkan kapan saja.

Zikini
Zikini
Zikini
eBook318 halaman3 jam

Zikini

Penilaian: 0 dari 5 bintang

()

Baca pratinjau

Tentang eBuku ini

Aku berjalan di tengah udara malam yang dingini daerah Barbés di utara Paris, tidak jauh dari Montmartre. Tak terasa, lamunan dan emosiku membuatku berjalan terlalu jauh menuju taman yang sepi dan gelap.
Saat kusadari aku berada di tempat yang gelap dan sunyi aku mulai merasa khawatir. Seolah-olah langkah kakiku diawasi oleh seseorang. Lalu aku memberanikan diri untuk duduk di sebuah bangku taman. Lampu taman yang teman dan semilir angin dingin membuat bulu romaku berdiri. Kemudian tiba-tiba muncul seorang pria negro berbadan tinggi besar menghampiriku.

BahasaBahasa indonesia
Tanggal rilis11 Jan 2024
ISBN9798215789438
Zikini
Penulis

Andi Sulistiadi

Anthesianz is an eccentric singer, songwriter, author, and arts and culture researcher. He has spawned few digital albums. Hope's the first album contains eight catchy songs in the Pop-Etnic-EDM genre in early 2022. Then, he released his previous digital albums entitled "Laka Laka", "Mr. Christmas", "Sraddha", and "Saved" in 2023. Then he was realeasing his album "Sokasrana", and extended play tittled "Short" in 2024. This singer from West Java is often known as a researcher in art, society, and culture under the name Dr. Andi Sulistiadi, MM.​Anthesianz became the opening performer of the second day of Prambanan Jazz 2022 in Yogyakarta, previously Anthesianz was selected as the winner of the Jawara Goes To Prambanan Jazz Festival in Bandung in early June 2022. A month later, in early August 2022, he performed as a solo singer and musician at the International Tourism Wellness Conference Festival 2022 in Solo.Then, he attended several music festivals such as Edufun Music Festival, Mag Festival, Kalai Festival, Tangerang Volume 5 Gigs, Rumah Musik Indonesia, Musikawan De Javu Festival, Sarinah Wastra Dolanan Music Festival and December Care Festival 2022.In early 2023, Anthesianz actively educated the arts & culture preservation campaign #indonesianwaves in the Tip-tip Cultural 2023 and Tangerang Fashion Festival (Taffest) 2023, Tabe Spots Festival 2023, Indonesia Annual Concert 2023, Teras Sore Elshinta TV, Bincang Musik Radio Heartline FM, Chillax Culture & Culinary Festival 2023, Eco Living Fest 2023, Festival Indonesia 2023, Traditional Games TGR Detective series, and Festival Seba Baduy 2023.Amazingly, his songs were awarded in several events such as: "Kanekessian" won best Jawara Goes to Prambanan 2022, "Halimun" the best King Q Voice Fest 2023, "Adorn Our Souls" at Indonesia Annual Concert 2023, "Tak Jauh/Ain't That Far" got privilege award at Tren Got Talent 2023, and "Aku Bisa Hebat" got best oroginal song at The Darwin's Theory.The man who was born on November 29 in Purwakarta, West Java, Indonesia is known as an aesthetic pop singer with a distinctive voice and wide octave range. He is also known to be very fond of scientific research in the fields of art, culture, and education, especially in Indonesia. According to him, local wisdom is the nation's most remarkable heritage. The form can be anything, such as art, customs, heirlooms, philosophical values, and the like. Anthesianz himself has been named the official artist channel on YouTube. The name is interpreted imaginatively by him as someone who has the values of goodness and truth, a world full of honesty, peace, love, and good change.

Baca buku lainnya dari Andi Sulistiadi

Terkait dengan Zikini

E-book terkait

Komik & Novel Grafis untuk Anda

Lihat Selengkapnya

Ulasan untuk Zikini

Penilaian: 0 dari 5 bintang
0 penilaian

0 rating0 ulasan

Apa pendapat Anda?

Ketuk untuk memberi peringkat

Ulasan minimal harus 10 kata

    Pratinjau buku

    Zikini - Andi Sulistiadi

    1

    Chapter 1

    Usiaku sekitar 20 tahun saat itu. Aku baru saja menginjak kota Jakarta untuk melanjutkan kuliah di salah satu kampus kesenian di Jakarta.

    Di pagi hari yang indah dan cerah ditemani dengan kicauan-kicauan burung. Aku berangkat kampus dengan penuh kebahagian. Namaku Andi. Aku merupakan seorang anak yang memiliki sifat yang sangat ceria dan murah senyum.

    Saat di kampus, aku mendapat kabar bahwa kelompok paduan suara sekolahku akan mengikuti perlombaan paduan suara se Jakarta. Aku pun berminat untuk ikut bergabung dalam kelompok paduan suara di kampusku.

    Senin 17 oktober 2000, Aku dan teman- teman paduan suara ku memulai latihan untuk pertama kalinya di ruangan musik. Aku berkenalan dengan teman-teman yang tergabung dalam kelompok paduan suara di kampus. Sebelum memulai latihan, pelatih paduan suaraku memperkenalkan dirinya terlebihdahulu. Setelah itu, aku dan teman-temanku memulai latihan paduan suara dengan penuh semangat.

    Seminggu sebelum hari perlombaan, pelatih merasa bimbang dalam memilih siapa yang akan menjadi dirigen dalam lomba paduan suara ini. Teman-temanku satu – persatu mulai mengusulkan nama-namayang pantas dijadikan sebagai dirigen. Hingga pada akhirnya beliau memutuskan untuk memilih Gio sebagai dirigen.kelompok paduan suara kampusku juga berdiskusi menentukan kostum apa yang digunakan ketika lomba, yang di mana semua sepakat untuk menggunakan seragam kain tenun. Seragam hari selasa tersebut adalah seragam khas etnik. Setelah hal- hal tersebut selesai, aku bersama semua anak paduan suara memulai latihan dengan mengikuti arahan Gio. Semua berlatih dengan penuh semangat dan bahagia.

    Di akhir latihan, Pelatih mengatakan kepadaku untuk berlatih tersenyum dan berekspresi dalam bernyanyi di depan kaca, hingga terbentuk senyuman dan ekspresi yang murni ketika bernyanyi. Pelatih juga mengatakan kepada semua anak paduan suara untuk tidak mengonsumsi makanan berminyak dan minuman- minuman dingin atapun minuman bersoda.

    anak- anak, kita akan lebih memperketat latihan kita dan juga kita akan menambah jadwal latihan kita untuk mencapai target dan hasil yang memuaskan. kata pelatih.

    Sabtu 07, November 2000 ketika sang mentari belum menampakkan dirinya. Semua anak paduan suara sudah berkumpul di kampus untuk mempersiapkan diri berangkat ke tempat perlombaan. Sebelum berangkat, pelatih kami mengawali kegiatan ini dengan berdoa. Setelah selesai berdoa, satu-persatu anak paduan suara naik ke kendaraan yang telah disediakan. Sesampainya di tempat perlombaaan, kelompok paduan suara kami mengambil nomor urut tampil dan menunggu di ruang yang telah di sediakan.

    Jam menunjukkan pukul 11.00 WIB, dan ini adalah saatnya untuk kelompok paduan suaraku tampil. Sebelum menuju ke belakang panggung, pelatihku kembali memulai doa untuk kelancaran penampilan. Setelah itu kelompok paduan suaraku mulai masuk ke panggung yang telah disediakan. enam menit, waktu yang dihabiskan untuk menyanyikan lagu yang telah dipersiapkan dengan begitu matang. Akhirnya satu- persatu teman-temanku mulai keluar dari panggung dengan tetap tersenyum.

    Pukul 15.00 WIB waktu yang ditunjuk jarum jam dan ini adalah saatnya untuk pengumuman pemenang. Semua orang ada yang merasa khawatir dan ada yang merasa putus asa. Pengumuman pemenang dimulai dari pemenang harapan ketiga. Pada saat pengumuman pemenang harapan pertama, nama kampus kami disebutkan, dan aku dan teman-temanku berteriak gembira. Gio mewakili kelompok paduan untuk menerima piala kemenangan kami. Kami mengabadikan peristiwa itu dengan foto bersama, dan semua mulai meninggalkan tempat perlombaan dengan hati yang gembira.

    Teman-temanku kembali bergegas untuk ke kampus. Namun, aku meminta ijin kepada pelatihku untuk tidak pulang berbarengan. Kebetulan tempat lomba tadi searah dengan rumah kakakku di Bekasi. Kakakku akan menjemputku untuk kembali ke rumah bersama-sama.

    Aku menunggu jemputan kakakku di lobby gedung. Aku berdiri dengan memegang tas ranselku tepat di depan meja pendaftaran yang ada di lobby. Sudah lima menit aku berdiri menanti mobil kakakku. Ku lihat sekelilingku sudah agak sepi, hanya sedikit sisa-sisa peserta dari kampus lain yang berlalu-lalang. Aku pun memutuskan untuk duduk di tangga lobby yang tak jauh dari meja panitia.

    Aku memeluk erat tas ransel yang kupangku, sambi bersenandung salah satu lagu Brian McKnight pelan. Kulihat jam tanganku. Mobil kakakku masih belum nampak. Kebetulan, aku belum punya telepon genggam, jadi aku tidak bisa menghubungi keberadaan kakakku. Aku kembali bersenandung dengan lagu yang berbeda, sembari menundukkan kepalaku.

    Aku sangat menyukai penyanyi negro Amerika. Penyanyi kesukaanku adalah Brian McKnight. Selain suaranya yang membuatku meleleh, aku juga menyukai wajah dan bentuk badannya yang atletis. Di masa itu, Brian McKnight sedang naik daun. Beberapa lagu-lagunya sering kunyanyikan saat karaoke atau saat aku diminta untuk menyanyi di acara pernikahan. Aku lanjutkan bersenandung dengan membawakan lagu Brian McKnight yang lainnya.

    Tak kusadari volume suara senandungku agak membesar. Ruangan lobby yang luas dan beratap tinggi, membuat suara senandungku bergema. Aku pun mulai menyanyikan lirik lagunya dengan intensitas suara yang menanjak. Hingga kudengar suara tepuk tangan dari arah belakangku. Saat aku menoleh ke arah suara tepuk tangan itu, ku melihat seoarang pria seusiaku, tersenyum dengan gigi yang rata dan putih. Kulitnya coklat gelap, postur tubuhnya sedikit lebih tinggi dariku. Badannya kekar dan atletis. Sorot matanya mempesona, manis dan ganteng bercampur jadi satu. Jambang dan janggutnya tipis, rambutnya ikal ciri khas orang Indonesia timur.

    Wow, amazing suara lo sahutnya sambil berdiri di sebelah kananku.

    Ehh…makasih jawabku gelisah

    Tadi ikut lomba ya? tanyanya

    Iya sambil kutatap wajahnya yang manis itu, ingin rasanya kuraba jambang tipisnya itu.

    Boleh gua duduk di sebelah lo?

    Boleh jawabku malu

    Ia duduk tepat disisi kananku. Sambil menyingsingkan lengan bajunya sehingga otot bisepnya terlihat begitu kokoh. Membuatku berimajinasi untuk bersandar di lengan dan bahunya yang kekar itu.

    Juara berapa?

    Tadi kami juara harapan satu jawabku polos

    Wah, selamat ya ujarnya sambil mengarahkan tangannya untuk salaman.

    Aku menatap tangannya yang sudah siap untuk bersalaman. Dan tanpa ragu aku pun memberikan tanganku. Kami bersalaman dengan erat. Tangannya mencengkram tanganku dengan lembut. Hangat terasa telapak tangannya.

    Nama gue Joni sahutnya memperkenalkan dirinya

    Gue Andi jawabku singkat

    Lo tinggal di mana, ndi? tanyanya lagi

    Di Bekasi, kalo lo?

    Gua tingga di Depok bareng nyokap bokap, gua asli dari Ambon jawabnya

    Dalam hatiku, pantas saja hitam manis, ternyata asli orang Ambon. Terlintas wajah dan tubuh Brian McKnight di kepalaku. Rasanya seperti bertemu penyanyi favoritku.

    Lo asli Bekasi? tanyanya lagi penasaran

    Gua dari Biak jawabku asal-asalan agar dikiranya aku orang timur juga. Padahal sebenarnya aku asli dari Bandung

    O ya? kulit lo putih, gua pikir orang sunda loh, si kasep Sambil tersenyum dengan nada menggoda

    Lo anak kampus mana? tanyanya lagi

    Kampus Kesenian yang di Cikini jawabku

    Lah deket kampus gua dunk, kampus gua deket stasiun Cikini tuturnya dengan nada antusias

    Main-main aja ke kampus gua jawabku basa-basi

    Boleh, minta nomor Hape lo dunk pintanya

    Gua adanya telepon rumah kakak sembari kutuliskan di secarik kertas. Lalu kuserahkan dengan tangan kananku.

    Thank you, ndi! Eh, makan dulu yuk ajaknya

    Wah sorry gak dulu deh, kakak gue bentar lagi dijemput

    O ya udah, kapan-kapan kita janjian makan. Ntar gua traktir makan di Cikini aja

    Aku tersenyum dan mengangguk dengan ragu. Ah, palingan dia lupa. Aku sengaja tidak meminta nomor teleponnya. Karena, aku beranggapan ini hanya perkenalan sesaat saja. Paling sama aja kayak cowok-cowok lain, kalau tadi aku mengiyakan ajakannya untuk makan hari ini, selanjutnya pasti ngeseks habis itu dilupakan.

    Tak lama kemudia, mobil kakakku datang. Aku segera berpamitan untuk pulang duluan. Lalu aku bergegas masuk ke mobil kakakku. Aku duduk di bangku belakang, karena kakakku ditemani oleh suaminya. Saat mobil melaju, aku menatapnya melalui kaca belakang. Terlihat ia masih ditempatnya tadi berdiri tegap, sambil menatap mobilku, senyumnya masih menyeringai manis menghantar kepergianku. Jantungku sangat berdebar, rasanya seperti jatuh cinta.

    Seminggu berlalu. Setelah kejadian itu, selama itu aku gelisah tak menentu. Selama itu aku berharap cemas menantikan Joni menelponku. Namun, ternyata sampai detik ini tak ada tanda-tanda ia menghubungiku. Setiap telepon rumah berdering, aku berharap penuh ia yang telpon. Tapi, ternyata bukan. Aku benar-benar rindu ingin melihat lagi senyumannya yang manis itu.

    Seperti biasa, kulakukan tugas rutin harianku. Membersihkan ruang tamu dan kamar tidurku. Lalu, aku mencuci pakaian dan menjemurnya di pekarangan rumah. Cuaca sangat terik hari ini, kebetulan hari ini tidak ada kegiatan apapun di kampus, jadi aku benar-benar fokus untuk menyelesaikan pekerjaan rumah.

    Aku dilahirkan berjarak enam tahun dari kakakku, ya aku dilahirkan saat kakakku sedang asyik dilimpahkan perhatian dan hadiah dari nenek, kakek, ayah, dan Ibu. Bisa dibilang aku anugerah untuk kedua orang tuaku sekaligus petaka bagi kakakku.

    Dulu kakak sering marah padaku,

    Kamu sih lahir!

    Kenapa sih mamah sama ayah lebih perhatian ke adek?

    Berbagai kalimat luapan marah kakak padaku, aku tidak tahu apa sebabnya.

    Sering kali barang-barang atau pakaian yang aku pakai adalah bekas kakakku, sepatu bekas kakakku, tas sekolah bekas kakakku, seragam bekas kakakku. Untungnya kasih sayang orang tuaku tidak bekas dari kakakku.

    Di rumah, jarang aku temui potret diriku sewaktu bayi. Dinding rumah yang dipenuhi oleh potret kakak mulai dari kakak bayi, hingga balita. Sedangkan aku? Ya mungkin bisa dihitung jari berapa banyak fotoku. Mungkin saat itu orang tuaku sibuk beradaptasi membagi kasih sayang untuk aku dan kakakku, sehingga lupa memotret aku yang menggemaskan dulu waku bayi, tapi aku yakin kok waktu bayi aku pasti sama menggemaskannya dengan kakak.

    Beranjak umurku, aku mulai kenal dunia luar. Senang sekali rasanya aku bisa bermain di luar rumah. Teman saat itu yang aku punya hanya kakak, aku pun mengikuti kemana pun kakak pergi bermain. Mulai dari bermain sepeda, rumah barbie, sampai PS, ya meskipun aku selalu tidak dikasih pinjam. Terkadang kakak asik sendiri bermain, sehingga melupakan aku.

    Aku kesepian, lalu aku melihat kertas gambar dan crayon berwarna-warni. Aku mulai mewarnai, aku temukan duniaku sendiri. Ya, aku asyik sendiri, mempelajari hal-hal yang aku temukan sendiri. Aku mulai tidak bergantung pada kakak. Aku mencari hal lain yang bisa aku pelajari sendiri. Mulai dari dunia seni, musik, sastra. Aku tekuni semua sendiri, lama-lama aku jadi mandiri, jadi anak yang paling berbakat di rumahku dengan hal-hal yang ku pelajari sendiri.

    Kemandrianku menempel erat seiring tambah umurku. Aku tidak terlalu manja lagi kepada kedua orang tuaku, jarang mengikuti kakak bermain dengan teman-temannya, dan lama-lama aku jadi asyik dengan duniaku sendiri. Kadang yang bisa aku lakukan hanya menerima, menerima jika melihat kakak dibelikan barang-barang baru sedangkan aku harus memakai barang bekas dia pakai, meskipun warnanya berbeda dari warna kesukaanku sekalipun. Aku tidak banyak menuntut kedua orang tuaku. Sampai akhirnya, aku memutar otak untuk mendapatkan barang baru, dengan meminta barang yang tidak dimiliki oleh kakakku.

    Beberapa tahun berlalu, seorang adik kecil lahir menjadi anggota keluarga yang baru. Iya, dia adikku si bontot atau anak terakhir. Sejak saat itu, peranku bertambah jadi seorang adik dan seorang kakak di rumah. Ya, aku harus menjadi adik yang penurut pada kakak, dan menjadi kakak yang dicontoh oleh adik. Bagaimana caranya? Bahkan menjadi seorang adik pun rasanya aku belum cukup puas menjalankan hak dan kewajibanku di rumah.

    Terbiasa mandiri sejak kecil menjadikan aku agak cuek dengan keadaan di rumah. Meskipun begitu, aku tidak mau cuek terhadap adikku. Aku ingin menjadi contoh yang baik bagi adikku. Menjaga adikku ternyata tidak semudah yang dibayangkan. Sering kali kami bertengkar lalu menangis bersama. Di satu sisi aku ingin mengadu pada kakak sebagai adik, tapi di satu sisi aku harus mengalah pada orang tuaku sebagai kakak kepada adikku. Aku tumbuh menjadi orang yang banyak memendam emosiku.

    Seiring berjalannya waktu lama-kelamaan aku terbiasa dengan peran gandaku ini. Anak kedua, meskipun kamu bukan si bontot yang menjadi pusat dunia di keluargamu. Ataupun menjadi si sulung yang terhormat, tapi kamu telah berhasil menjadi penyeimbang di antara keduanya. Kamu bisa menjadi keduanya!.

    Aku terpaksa harus berada di rumah kakakku. Karena orang tua ku tak memiliki uang yang cukup untuk menyewa kos di Jakarta untukku. Terkadang jika ada latihan hingga larut malam, kakakku marah-marah karena harus membukakan pintu tengah malam.

    Hari ini kakakku dan suaminya bekerja hingga sore. Aku tak bilang padanya jika hari ini kampusku libur. Supaya kakakku beranggapan aku sedang ada di kampus, jadi paling tidak aku bisa keluar jalan-jalan ke mall.

    Jam sudah menunjukkan pukul tiga sore. Telepon darinya tak kunjung datang, jadi kuputuskan akan langsung ke luar jalan-jalan sore saja. Aku langsung mengganti pakaianku casual; kaos dan celana pendek. Kukenakkan sepatu kets agar kakiku nyaman untuk berjalan di mall. Saat aku sudah mau mengunci pintu depan. Tiba-tiba telepon rumahku berdering. Pikiranku langsung tertuju pada telepon yang kutunggu-tuggu, membuat hatiku berbunga. Aku bergegas membuka sepatuku, dan menggapai pesawat telpon yang tengah berdering.

    Jantungku berdebar, mengharapkan si Joni yang menelponku. Padahal bisa saja itu adalah telepon dari orang lain yang mencari kakakku atau suaminya. Atau dari sales bank yang mau menawarkan kartu kredit. Lalu kuangkat gagang telepon dan kuletakkan segera di telingaku.

    Halo, siapa ya?

    Akhirnya, suara itu. Ada jawaban juga dari seberang sana. Di sela suara motor yang baru saja lewat tepat di depan rumah.

    Halo, Joni.

    Betapa senangnya hatiku mendengar suara beratnya yang gagah itu

    Hi, Jon. apa kabar?

    Baik, sorry gua baru sempat telepon jawabnya

    "Iya gak apa-apa, ada apa Jon? Tanyaku basa-basi

    Pengin ngobrol aja, boleh? Suaranya melambat

    Boleh, ujarku

    Gue pengen curhat sih, enakan siih ketemu langsung biar bisa panjang lebar. Sire ini, lo ada kegiatan di Kampus gak? biar gua kesitu aja

    Gue lagi libur sih, emang ada apa tanyaku

    Hemmmm, gua lagi di depan kampus lu sih. Gua pikir lo ada di kampus hari ini. Terus gua coba telepon ke nomer yang lo kasih. Ehh…. ternyata lo lagi di rumah ya jelasnya sambil tertawa genit.

    Dalam hatiku, wah kalau aku lagi di kampus hari ini, pasti bisa ketemu dengannya.

    Curhat apa Jon? penting banget? tanyaku

    Lumayan sih, tapi kalo lo bisa ke sini aja. Kalo keberatan gak apa-apa kok jawabnya agak sedih

    Ya udah, tunggu gua di situ ya, gua jalan sekarang! jawabku degan pasti

    Serius lo? Bekasi-Cikini jauh loh!

    Aman, Jon! Tunggu gua ya jawabku lagi

    Oke, gue tunggu di taman depan kampus lo ya tuturnya lagi

    Aku segera bergegas menutup telepon dan mengunci pintu, Perjalanan menuju kampusku kira-kira menghabiskan waktu 90 menit menggunakan bis umum. Sepanjang perjalanan hatiku sangat berbinar. Ah senangnya hati ini!

    Sembilan puluh menit berlalu. Aku pun tiba di daerah Cikini. Hatiku sudah tak sabar untuk menemuinya. Tak peduli apa yang akan ia bicarakan. Hatiku hanya tertuju pada senyuman manisnya dan kulit gelapnya yang kekar itu. Wah, sepertinya aku terkena demam cinta pada pandangan pertama nih. Seperti yang pernah kubaca di satu artikel yang mengupas topik jatuh cinta pada pandangan pertama.

    Jika bicara tentang cinta pada pandangan pertama, pasti akan ada dua kubu yang terbagi yaitu orang yang mempercayainya dan orang yang tidak mempercayainya. Secara ilmiah, sebuah penelitian menemukan bahwa cinta pada pandangan pertama itu mustahil, tapi di sisi lain ada penelitian yang menemukan bahwa jatuh cinta bisa terjadi bahkan dalam hitungan detik saja dari tatapan mata. Lalu seperti apa rasanya jika kamu mengalami jatuh cinta pada pandangan pertama?

    Ketika kamu merasakan cinta pada pandangan pertama, secara alami jantungmu akan menabuh genderang. Ada dilema dalam otak dan hati. Jantung yang berdebar itu nyata dan membuatmu bersikap canggung di dekat orang yang membuatmu jatuh cinta. Otakmu pasti akan mencoba menampik hal ini, tapi di sisi lain juga memberi tahumu bahwa kamu tertarik padanya. Secara alami otak dan hati bekerja sama untuk menunjukkan perubahan yang berbeda di dalam dirimu.

    Cinta pada pandangan pertama umumnya terjadi karena daya tarik fisik, meskipun terkesan sangat dangkal karena jelas kamu belum mengenal kepribadiannya. Ya, seperti yang kurasakan saat ini, aku suka senyuman manisnya, aku suka kulit gelapnya. Tapi bola cinta itu telah bergulir begitu kencang sehingga terkadang karena kamu sudah jatuh hati pada penampilan fisiknya, dengan sukarela kamu lebih mudah menerima kepribadiannya.

    Pandangan mata selalu menjadi kunci utama jatuh cinta pada pandangan pertama. Ya, pandangan matanya memberikan seberkas hasrat jika ia suka padaku. Kamu tidak akan mudah menatap mata pria yang kamu cintai karena itu membuatmu malu dan canggung. Pandangan mata juga menjadi lebih tajam, kamu melihatnya dengan lebih jelas dan detail. Ketika kamu jatuh cinta, bahkan dari jarak pandang 10 meter lebih darimu, kamu tetap bisa melihatnya dengan sangat jelas. Semacam ada tambahan kekuatan dari dalam dirimu yang tak pernah kamu ketahui sebelumnya.

    Dunia seolah melambat, ini yang kurasakan saat pertemuanku dengan Joni di lobby Gedung perlombaan padua suara tempo hari. Mungkin kamu menyadari hal aneh yang terjadi di sekelilingmu, salah satunya adalah waktu menjadi sangat relatif, terutama lebih lambat dari biasanya. Ketika kamu berada di dekatnya, kamu merasa waktu berjalan pelan, apalagi debaran jantungmu tak bisa dikendalikan. Kamu berhenti memperhatikan lingkunganmu dan hanya fokus padanya. Kamu mengingat apa yang dia katakan lebih jelas dan mengingat kebiasaan kecil apa yang sering dia lakukan.

    Cinta pada pandangan pertama akan secara otomatis menguatkan keingintahuanmu terhadap kehidupannya dan kepribadiannya. Kamu ingin tahu lebih banyak tentang apa pun menyangkut dia. Hal-hal yang ia suka kemungkinan besar akan kamu suka, hal yang dia benci terlihat lucu dan setiap hal yang dilakukannya terlihat manis. Terkadang kamu juga akan dengan alami mencari-cari persamaan yang dia miliki denganmu, dan itu membuatmu merasa lebih punya kesempatan untuk bersama dengannya.

    Entahlah apakah benar-benar yang kurasakan adalah cinta atau nafsu belaka. Tapi apakah cinta pada pandangan pertama itu nyata? Ada banyak hal yang terjadi secara fisiologis yang dapat membuat tahap awal romansa terasa seperti cinta, mulai dari menyebabkan masuknya hormon hingga mengaktifkan area otak yang berhubungan dengan perilaku adiktif.

    Jadi apa itu cinta? Menurut kamus Merriam-Webster, cinta adalah kasih sayang yang kuat terhadap orang lain yang timbul dari ikatan kekerabatan atau pribadi. Sementara tim ilmuwan dari Rutgers University, New Jersey mengemukakan bahwa cinta dapat dibagi menjadi tiga kategori yakni nafsu, ketertarikan, dan kemelekatan. Ketertarikan, nafsu, dan keterikatan terhubung dan memperkuat satu sama lain, menurut ulasan tahun 2016 di Indian Journal of Endocrinology and Metabolism. Namun ketiganya adalah proses yang berbeda di otak di mana masing-masing dimediasi oleh neurotransmiter dan sirkuitnya sendiri.

    Nafsu terasa seperti sangat ingin berhubungan seks dengan seseorang. Cinta terasa seperti ingin berhubungan seks dengan seseorang dan dekat secara emosional dengannya. Cinta berarti ingin menghabiskan waktu dengan pasangan dan mendengarkan kebutuhan dan emosinya untuk merasa terhubung. Nafsu berarti lebih tertarik untuk berhubungan seks daripada melakukan percakapan intim. Ketika menginginkan seseorang, harus memilikinya. Membutuhkan tubuh atau kehadiran mereka dalam hidupmu seolah-olah hidupmu bergantung padanya. Tapi cinta tidak posesif, dirimu pasti menginginkan seseorang yang cintai dalam hidup, tetapi jika kehidupan terbaik mereka ditemukan terpisah dari mu maka itu tidak masalah. Ketika menemukan bahwa kesejahteraan pasangan adalah prioritas yang lebih tinggi daripada keinginanmu, berartidirimu benar-benar sedang jatuh cinta.

    Ahh..tak terasa sambil berpikir tentang cinta dan nafsu. Aku sudah tiba di taman Cikini. Aku melihatnya dari kejauhan, ia melambaikan tangannya dan bergegas berlari menghampiriku sambil tersenyum. Perawakannya yang gagah sambil berlari membuatku semakin yakin bahwa aku bernafsu padanya.

    Halo Biak! sapanya

    Halo Ambon! begitulah aku menyebutnya

    Makasih ya udah sempatkan ketemu aku, maaf kalo mendadak tuturnya sambil menatapku lembut.

    Yuk, kita ngadem di warung mie depan taman, sambil aku mau cerita-cerita ajaknya

    Aku mengangguk dan mengikutinya dari belakang menuju ke salah satu warung mie yang memiliki area makan dengan pohon yang rindang. Pohon-pohon hijau yang rindang membuat suasana warung menjadi teduh, semilir angin berhembus mereda udara kota sore yang cukup hangat. Ia memilih kursi yang sedikit memojok tepat di bawah pohon yang rindang.

    Kemudian, kami memesan makanan dan mulai berbincang.

    Jadi, kamu mau cerita apa? tanyaku

    Ehmm..gak sih, aku baik-baik aja. Hanya kangen aja pengen ketemu kamu jawabnya

    Loh, jauh-jauh aku dari Bekasi, kupikir ada hal darurat atau penting yang mau dibicarakan . Ternyata cuma mau bilang Kangen, pengen ketemu. Aku pun tersenyum malu.

    Kamu gak marah kan? tanya nya lagi

    Kirain ada apa, Jon sahutku

    Menikmati pratinjau?
    Halaman 1 dari 1