Temukan jutaan ebook, buku audio, dan banyak lagi dengan uji coba gratis

Hanya $11.99/bulan setelah uji coba. Batalkan kapan saja.

Jika Bukan Tuhan yang Membangun Rumah
Jika Bukan Tuhan yang Membangun Rumah
Jika Bukan Tuhan yang Membangun Rumah
eBook431 halaman4 jam

Jika Bukan Tuhan yang Membangun Rumah

Penilaian: 0 dari 5 bintang

()

Baca pratinjau

Tentang eBuku ini

Allah memaksudkan pernikahan dan kehidupan berkeluarga menjadi seperti surga di bumi. Begitu sedikit orang pada hari-hari ini mendapati pernikahan yang seperti itu. Berapa pun usia, status pernikahan, atau warisan budaya Saudara, buku ini akan membantu mengidentifikasi kelemahan-kelemahan dan area-area yang membutuhkan pengembangan dalam hubungan-hubunganmu serta menyediakan solusi-solusi yang mungkin dikerjakan untuk membangun suatu pernikahan dan kehidupan berkeluarga yang langgeng.
BahasaBahasa indonesia
Tanggal rilis5 Okt 2022
ISBN9781596659568
Jika Bukan Tuhan yang Membangun Rumah

Baca buku lainnya dari Rev. Robert A. Tucker

Terkait dengan Jika Bukan Tuhan yang Membangun Rumah

E-book terkait

Kristen untuk Anda

Lihat Selengkapnya

Kategori terkait

Ulasan untuk Jika Bukan Tuhan yang Membangun Rumah

Penilaian: 0 dari 5 bintang
0 penilaian

0 rating0 ulasan

Apa pendapat Anda?

Ketuk untuk memberi peringkat

Ulasan minimal harus 10 kata

    Pratinjau buku

    Jika Bukan Tuhan yang Membangun Rumah - Rev. Robert A. Tucker

    Jika Bukan Tuhan yang Membangun Rumah

    Kunci–kunci dari Tuhan bagi Pernikahan dan Kehidupan Keluarga yang Berkelimpahan

    Robert dan Angeline Tucker

    Judul asli dalam bahasa Inggris EXCEPT THE LORD BUILD THE HOUSE: God’s Keys for Abundant Marriage and Family Life ©2000 ROBERT A. TUCKER AND ANGELINE TUCKER Terjemahan ini berdasarkan versi bahasa Inggris nomor 1.2 (2022)

    EXCEPT THE LORD BUILD THE HOUSE: Kunci-kunci dari Tuhan bagi Pernikahan dan Kehidupan Keluarga yang Berkelimpahan ©2008 DANIEL G. CARAM Versi nomor 1.2 (Direvisi 2022)

    Penerjemah: Hanny Gunawan MSc.

    Penyunting: Dra. Yuliati Purnomo

    Disain sampul: © Zion Fellowship Inc. Hak Cipta Dilindungi Undang-undang

    Penerbit (buku elektronik): Zion Christian Publishers A Zion Fellowship ® Ministry

    Diterbitkan sebagai e-book (buku elektronik) dalam bahasa Indonesia pada 2022 ISBN buku elektronik 1-59665-956-4

    Bagian mana pun dari buku ini tidak dapat direproduksi dalam bentuk apa pun atau dengan peralatan elektronik/mesin apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit, kecuali kalau untuk kutipan singkat dalam artikel atau resensi. Kecuali disebutkan lain, semua kutipan ayat Alkitab berbahasa Indonesia di sini diambil dari Alkitab TB@LAI. Penerjemah menggunakan kode KJV untuk setiap terjemahan bebas dari ayat-ayat dalam Alkitab berbahasa Inggris versi King James.

    Pertanyaan umum tentang versi bahasa Inggris, silakan menghubungi Zion Christian Publishers di:

    PO Box 70, Waverly, New York 14892, USA

    Phone (607) 565 2801; Toll Free 1-877-768-7466; Fax (607) 5653329

    http://www.zcpublishers.com/

    Pertanyaan umum tentang versi bahasa Indonesia, silakan menghubungi VOICE OF HOPE

    Gedung DNR Jl. Budi Raya no.9 Kemanggisan, Palmerah, Jakarta 11530

    Tlp: (021) 5363572

    Email: y.voiceofhope@gmail.com

    PRAKATA

    Ketika Angeline dan saya menikah pada tahun 1965 hanya ada sedikit sekali pengajaran dan materi tertulis mengenai pernikahan dan kehidupan berkeluarga. Sejak saat itu, begitu banyak buku telah ditulis dan seminar- seminar diadakan mengenai berbagai aspek dari topik yang luas dan amat penting ini. Saya pernah beberapa kali bertanya kepada Tuhan apakah perlu ada satu lagi bahan tulisan mengenai hal ini. Informasi di dalam buku ini disajikan dari sebuah sudut pandang yang berbeda dibandingkan dengan buku-buku lain mengenai topik ini. Kami mengadakan pendekatan berdasarkan tatanan hirarki yang Tuhan tetapkan di dalam firman-Nya, dengan cara memberikan kepada setiap anggota keluarga penerapan secara praktik dalam kehidupan sehari-hari dalam menjalankan tanggung jawab yang telah Allah tetapkan. Kami secara pribadi telah berjuang melalui dan menjalankan prinsip-prinsip yang kami sajikan. Kami tahu jalan-jalan Tuhan adalah benar dan akan mendatangkan keberhasilan pada setiap generasi. Setelah membagikan konsep-konsep ini di seminar-seminar pelatihan kepemimpinan di banyak negara, kami juga tahu bahwa Firman Tuhan berlaku bagi berbagai kebudayaan dan menjawab masalah-masalah mendasar di dalam pernikahan dan kehidupan keluarga bagi semua suku bangsa.

    Semoga apa yang kami bagikan dari pengalaman kami dengan Firman Tuhan menjadi berkat dalam pernikahan dan kehidupan keluarga Anda. Jikalau bukan Tuhan yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang membangunnya (Mzm. 127:1). Semoga keluarga Anda dibangun berdasarkan pola yang telah Allah berikan sehingga keluarga Anda dapat menjadi kuat, bertahan sampai akhir, dan menjadi saksi-saksi yang efektif bagi dunia bahwa jalan-jalan Tuhan adalah sempurna dan benar.

    Robert A. Tucker

    UCAPAN TERIMA KASIH

    Kepada tim editorial: Mary Humphreys, Anne McDougall dan Leslie Sigsby

    Kami ingin menghaturkan terima kasih kami kepada orang-orang terkasih ini karena tanpa bantuan mereka yang telah meluangkan banyak waktu yang berharga, buku tidak akan mungkin selesai. Kami benar-benar merasa berterima kasih karena ketekunan, kreativitas, dan keunggulan mereka dalam penyusunan buku ini untuk kemuliaan Tuhan.

    Pendahuluan

    Dibangun Berdasarkan Pola Ilahi

    Angeline: Inilah persisnya yang telah saya lihat dalam  mimpi-mimpi  saya: RUANG BEDAH. Semuanya terjadi pada saya persis seperti yang pernah saya lihat dalam mimpi berkali-kali selama jangka waktu lebih dari setahun. Dalam mimpi, saya dipindahkan dengan ranjang dorong ke ruang bedah ketika suatu suara terdengar, Kalau saja engkau telah mencariku, engkau tidak akan berada di sini.

    Sekarang semuanya sungguh-sungguh menjadi kenyataan. Lebih dari setahun sebelumnya dokter mendiagnosa bahwa saya perlu dioperasi. Kami telah menunggu, mencari Tuhan agar Ia campur tangan melalui suatu mukjizat kesembuhan. Melalui nasihat para pemimpin kami, Allah menyatakan dengan jelas bahwa Ia memilih jalan operasi dan bukan melalui jamahan kesembuhan-Nya. Sepertinya mustahil bahwa Allah akan memilih jalan seperti sekarang ini. Ia telah berulang kali memberi mukjizat kesembuhan dalam kehidupan kami sebelumnya. Kami menganggap bahwa Ia akan selalu melakukan hal yang sama bagi kami. Nyatanya, kali ini tidaklah demikian.

    Tetapi sekarang, ketika saya sedang dibawa masuk ke ruang bedah, keragu-raguan membanjiri pikiran saya. Ketika saya melihat tanda di depan pintu, RUANG BEDAH, suara yang telah berbicara kepada saya di dalam mimpi bergaung lagi dalam pikiran saya, Kalau saja engkau telah mencariku, engkau tidak akan berada di sini. Kemudian Tuhan berbicara dengan jelas dan menjawab pergumulan dalam pikiran saya, Karena kamu telah mencari Aku, Aku telah memilihkan hal ini bagimu dan membawamu ke tempat ini. Damai Sejahtera Allah memenuhi pikiran dan roh saya.

    Tidak seorang pun dari kami berdua yang memahami tujuan Allah dalam situasi kami sampai beberapa tahun kemudian. Ketika kami dikemudian hari memikirkan kembali situasi tersebut, kami menyadari bahwa dokter memang telah melakukan operasi, tetapi yang lebih penting lagi, Tuhan sendiri yang telah memulai suatu pekerjaan pembedahan melalui peristiwa tersebut. Pembedahan-Nya bukan pada tubuh fisik tetapi lebih pada pernikahan dan struktur keluarga kami.

    Meskipun telah menikah selama tujuh tahun, kami hanya menerima sedikit sekali pengajaran mengenai pernikahan. Kami tidak menyadari bagaimana jauhnya hubungan pernikahan kami telah keluar dari jalur tatanan Allah dan betapa cepatnya kami melaju menuju bencana dalam kehidupan keluarga kami. Dalam belas kasihan-Nya yang luar biasa, Allah memulai suatu pekerjaan yang spesifik dalam pernikahan kami melalui peristiwa ini. Ia mulai mengajarkan kepada kami jalan-jalan-Nya dan menyingkapkan tatanan yang Ia kehendaki bagi suami, istri, dan anak-anak.

    Anda akan menemukan bahwa buku ini dibahas dari sudut pandang yang berbeda dengan buku-buku lain mengenai topik yang sama. Kebanyakan pelajaran-pelajaran yang kami bagikan di dalamnya telah kami pahami dan kerjakan dalam pengalaman kehidupan kami, yaitu saat Bapa Sorgawi yang sangat penuh kasih membimbing kami berjalan disuatu jalur yang spesifik untuk mengajar kami. Pelajaran-pelajaran tersebut seringkali kami terima di dalam lembah-lembah penderitaan dan kesalahpahaman. Kami tidak mau melalui lembah-lembah itu lagi, tetapi kami sangat bersyukur atas berbagai harta yang kami kumpulkan ketika kami berada di sana. Pengajaran kami berpusat pada tatanan yang telah Ia tetapkan bagi hubungan pernikahan dan tatanan keluarga.

    Sekarang setelah anak-anak kami menikah dengan pasangan yang sepadan dan kami menyaksikan bagaimana mereka membimbing cucu- cucu kami, kami dapat menyatakan dengan berani kepada Anda berdasarkan pengalaman: JALAN-JALAN TUHAN ITU SEMPURNA DAN BENAR!

    Kami berharap Anda akan merasa terdorong untuk percaya sepenuhnya kepada Tuhan dan mencari jalan-jalan-Nya. Kita hidup di tengah-tengah dunia di mana hubungan di dalam keluarga porak poranda. Banyak rumah yang seperti rumah yang tergoncang gempa sehingga berakhir menjadi puing-puing. Jika kita mau mencari Tuhan untuk menolong kita membangun sesuai dengan Firman-Nya dan jalan-jalan-Nya, rumah tangga kita dapat tetap berdiri utuh di atas Batu Karang, Kristus Yesus.

    Jikalau bukan TUHAN yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang membangunnya (Mzm. 127:1). Jika Anda menemukan bahwa kehidupan pernikahan atau keluarga Anda tidak berfungsi dengan benar, tolaklah keputusasaan. Ijinkan Roh Kudus untuk menjadi pembimbing Anda meletakkan segala sesuatunya sebagaimana yang Allah maksudkan. Ini mungkin akan makan waktu lebih banyak daripada yang Anda harapkan pada mulanya, tetapi hasilnya sungguh berharga.

    Tetapi kamu harus menaruh perkataanku ini dalam hatimu dan dalam jiwamu; kamu harus mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu. Kamu harus mengajarkannya kepada anak- anakmu dengan membicarakannya, apabila engkau duduk di rumahmu dan apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun; Engkau harus menuliskannya pada tiang pintu rumahmu dan pada pintu gerbangmu, supaya panjang umurmu dan umur anak-anakmu di tanah yang dijanjikan TUHAN dengan sumpah kepada nenek moyangmu untuk memberikannya kepada mereka, selama ada langit di atas bumi.

    Ulangan 11:18-21

    BAB 1 – ALASAN-ALASAN BAGI ADANYA TATANAN ILAHI

    RUMAH YANG DIPENUHI KEMULIAAN-NYA

    Tujuan Allah ialah untuk mendatangkan kebangunan rohani yang luar biasa pada hari-hari terakhir ini sehingga Ia dapat memanifestasikan sifat dasar dan karakter-Nya yang penuh kemuliaan melalui umat-Nya. Allah telah menetapkan suatu tatanan bagi semua yang telah diciptakan-Nya. Ketika tatanan tersebut ditegakkan, kemuliaan-Nya berdiam di tengah-tengah situasi tersebut.

    Kami melihat prinsip ini digambarkan di dalam Keluaran pasal 25-30, di mana Allah telah menjabarkan pola Kemah Suci secara rinci kepada Musa di padang belantara. Rencana-rencana untuk pembangunan Kemah Suci tersebut diikuti secara rinci, seperti yang tercatat dalam Keluaran 36-40. Kita lihat apa yang terjadi kemudian: Demikianlah diselesaikan Musa pekerjaan itu. Lalu awan itu menutupi Kemah Pertemuan, dan kemuliaan TUHAN memenuhi Kemah Suci (Kel. 40:33b-34). Ketika semua telah ditata sesuai dengan pola yang telah Allah berikan, kemuliaan Allah dinyatakan di Kemah Suci tersebut.

    Kira-kira 450 tahun kemudian, Allah memberi Daud sebuah pola untuk membangun Bait Suci di Yerusalem, beserta sebuah susunan ibadah yang rinci. Ketika semuanya selesai dikerjakan, termasuk perintah bagi para imam dan orang Lewi untuk menyembah Tuhan dengan sehati [serentak] dan dengan simfoni alat-alat musik, pada ketika itu rumah itu, yakni rumah TUHAN, dipenuhi awan, sehingga imam-imam itu tidak tahan berdiri untuk menyelenggarakan kebaktian oleh karena awan itu, sebab kemuliaan TUHAN memenuhi rumah Allah (2 Taw. 5:13- 14). Sekali lagi, ketika semuanya dilakukan menurut perintah dan tatanan Allah, Ia memenuhi bait itu dengan kemuliaan-Nya.

    Sebelum kenaikan Yesus, Ia memerintahkan kepada para murid untuk menunggu di Yerusalem untuk menerima janji Bapa (Kis. 1:4-5). Mereka bersekutu dalam doa selama 10 hari di ruang atas (Kis. 1:13-14). Tentu saja selama pertemuan doa tersebut banyak hal yang harus diatur menurut tatanan Allah di rumah itu. Pastilah semua murid tengah bertobat karena mereka telah meninggalkan Yesus ketika Ia sedang diadili. Petrus tentu telah merendahkan dirinya karena ia telah menyangkali Kristus. Yakobus dan Yohanes pasti telah berubah hatinya dalam hal siapa yang terbesar.

    Kisah Para Rasul 2:1 memberitahu kita, Ketika tiba hari Pentakosta, semua orang percaya berkumpul di satu tempat (Kis. 2:1). Allah telah melakukan sebuah karya untuk mengokohkan mereka sesuai dengan pola-Nya. Kemudian mereka semua dipenuhi oleh Roh Kudus dan seluruh rumah dipenuhi oleh kemuliaan Allah.

    Allah ingin memenuhi Gereja dengan kemuliaan-Nya pada zaman ini. Ia ingin memenuhi rumah tangga kita dengan kemuliaan-Nya, tetapi kita harus dibangun sesuai dengan pola yang telah ditetapkan-Nya bagi kita. Gereja tidak akan menjadi satu dalam tatanan Allah kecuali jika tiap keluarga dibangun dalam cara yang telah Allah tetapkan.

    Ia mempunyai satu pola yang pasti bagi pernikahan dan kehidupan berkeluarga. Mazmur 127:1 memberitahu kita, Jikalau bukan TUHAN yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang membangunnya ... Tuhan mengungkapkan kepada tiap anggota keluarga tanggung jawab masing-masing. Ketika setiap anggota menyambut tujuan Tuhan dan menerima kasih karunia untuk dapat berfungsi seperti demikian di dalam kehidupan sehari-hari, Tuhan kemudian akan memenuhi rumah tangga tersebut dengan kemuliaan-Nya.

    Angeline: Sebuah penerapan yang sangat alami dari prinsip di atas adalah pembersihan rumah secara berkala [misalnya bagi orang Amerika, pembersihan rumah diadakan setiap musim semi]. Inilah waktunya ketika sebuah rumah dibersihkan dari segala kotoran yang telah bertumpuk dan dari segala barang yang berantakan. Dalam proses pembersihan ini, rumah selalu kelihatan lebih parah daripada sebelumnya. Semua dipisah-pisahkan. Kita tetap harus memusatkan pikiran pada tujuan akhirnya agar tidak timbul keputusasaan yang besar. Saya selalu membayangkan tentang pekerjaan yang telah selesai, dan hal itu memberi saya kekuatan untuk terus melanjutkan pekerjaan yang sedang saya tangani. Saya hanya membersihkan satu ruangan per hari sehingga kami tidak menjadi kewalahan. Tetapi melalui proses ini selalu merupakan sesuatu yang sulit bagi seluruh keluarga.

    Hal yang sama juga berlaku dalam kehidupan rohani kita. Ketika Tuhan melakukan pembersihan berkala, kadangkala kita merasa diri kita berantakan dan dalam keadaan porak poranda. Tujuan akhir Allah adalah untuk membersihkan diri kita dan menata hal-hal di dalam hidup kita. Kami mengalami hal ini berulang kali dalam kehidupan pribadi kami, tetapi Tuhan juga melakukan hal yang sama dalam suatu pernikahan dan dalam suatu keluarga. Seluruh tujuannya bukanlah untuk menghancurkan kita tetapi untuk membersihkan kita dari ragi yang begitu mudahnya masuk ke dalam kehidupan kita melalui kehidupan di dunia yang sudah tercemar dan generasi yang jahat ini.

    Ingatkah ketika anak-anak Anda masuk ke rumah dalam keadaan kotor setelah bermain di luar? Meskipun Anda begitu mengasihi mereka, jauh lebih mudah bagi Anda untuk memeluk mereka setelah mereka mengalami sentuhan pembersihan di kamar mandi. Demikian juga halnya dengan Tuhan dalam kehidupan kita. Kita harus menundukkan diri untuk Ia bersihkan. Pertama-tama, Ia berurusan dengan kita sebagai pribadi-pribadi, kemudian Ia ingin berurusan dengan pernikahan dan kehidupan keluarga kita. Hasrat-Nya adalah agar semua bidang kehidupan kita beres sesuai tatanan-Nya agar Ia dapat memenuhi kehidupan dan rumah kita dengan kemuliaan-Nya, sehingga kita dapat menjadi saksi-saksi-Nya.

    KEBANGUNAN ROHANI AKHIR JAMAN

    Kebangunan Rohani pasti terjadi pada hari-hari terakhir ini sebelum kedatangan Yesus yang ke dua kali. Namun, pertama-tama harus ada persiapan dalam pernikahan kita dan keluarga-keluarga kita. Maleakhi menubuatkan masalah-masalah yang harus dibenahi dalam hati manusia sebelum kedatangan Tuhan yang pertama. Masalah pertama yang ia tunjuk adalah sikap hati mereka terhadap Tuhan.

    Masalah berikutnya yang ia tunjuk adalah sikap hati mereka terhadap  istri mereka. Tuhan membuat sangat jelas bahwa cara-cara tidak setia/ pengkhianatan yang dilakukan seorang pria terhadap istrinya dan praktik perceraian yang dibenci Tuhan memengaruhi anak-anak mereka (Mal. 2:13-16). Kapan saja pernikahan orang tua tidak berfungsi dengan benar, anak-anak menderita luar biasa dan seringkali tidak terus mengikut Tuhan. Tuhan menginginkan suatu keturunan ilahi.

    Ketika kita memelajari kehidupan dari beberapa raja Yehuda, kita dapat melihat dampak dari kehidupan para ayah dalam kehidupan para putra mereka. Raja Yosafat mengalami kebangunan rohani yang luar biasa dalam jamannya. Banyak orang berbalik kepada Tuhan. Namun, karena keluarganya tidak berada dalam tatanan ilahi, dampak-dampak kebangunan rohani yang terjadi tidak berlanjut kepada putranya, Yoram.

    Hizkia adalah raja Yehuda yang lain yang juga mengalami kebangunan rohani yang besar dalam jamannya. Terjadi suatu penyucian yang luar biasa di negeri tersebut. Tuhan telah melakukan perkara-perkara besar melalui Hizkia. Namun, 2 Raja-raja 20:17-19 menunjukkan bahwa Hizkia tidak mempunyai visi agar perkara-perkara yang telah Tuhan kerjakan dalam kerajaannya dapat berlanjut pada anak-anaknya. Putranya, Manasye, adalah salah satu raja Yehuda yang terjahat.

    Sekali lagi, kita melihat Raja Yosia yang juga mengalami sebuah lawatan yang serupa dari Tuhan ketika ia berkuasa (2 Taw. 34-35). Namun putra- putranya, Yoahas dan Yoyakim, berjalan jauh dari Tuhan. Kebangunan rohani itu sendiri telah gagal menghasilkan keturunan ilahi yang dibicarakan oleh Maleakhi (Mal. 2:15). Adalah tujuan Tuhan untuk mempersiapkan jalan dalam kebangunan rohani dengan membangun setiap keluarga sesuai dengan pola yang telah Ia tetapkan.

    Angeline: Bukan hanya mengajar melalui perkataan kita dan berkomunikasi melalui tindakan kita yang amat perlu untuk membimbing anak-anak kita di jalan-jalan Tuhan, tetapi adalah suatu keharusan untuk juga berdoa bagi mereka. Bertahun-tahun yang lalu, kami sedang berada dalam sebuah pertemuan di mana Roh Tuhan sedang bergerak menempelak dengan sebuah cara yang ajaib. Istri sang gembala sidang sedang berdoa di altar, dan saya merasa bahwa Allah ingin agar saya berdoa bersama dia.

    Pada waktu itu, putranya, yang berumur dua puluhan sedang bergumul dalam perjalanannya bersama Tuhan. Ketika kami sedang berdoa di altar, putranya datang ke altar karena sangat menyadari akan dosanya, berusaha untuk mengalami perjumpaan baru dengan Tuhan. Ia (istri gembala tersebut) tidak menyadari apa yang sedang terjadi.

    Tuhan memberi saya sebuah penglihatan mengenai wanita ini dalam keadaan sakit bersalin, siap untuk melahirkan. Dalam penglihatan ini, saya berlaku seperti bidan terhadap dia. Saya terus berbicara kepada dia, mendorong dia untuk terus melanjutkan persalinannya sampai tuntas. Ia terus berdoa seperti orang yang sedang bersalin. Saya dapat mengenali bahwa kelahiran sudah makin mendekat. Saya berkata kepada dia, Waktunya hampir tiba, masa kelahiran sedang terjadi. Ia terus mengerang dalam kesakitan.

    Tepat ketika ia merasa bahwa ia tidak dapat melanjutkannya lagi, putranya, yang sedang berdoa di altar, menangis dengan suara nyaring. Saya berkata kepadanya, Lihat, engkau baru saja melahirkan dia dalam Roh masuk ke dalam kerajaan Allah. Apa engkau mendengar tangisnya? Ini adalah sebuah kelahiran yang sesungguhnya. Ia mulai bersukacita ketika roh mengerang itu diangkat dan ia melihat anaknya menangis berseru kepada Tuhan. Keesokan harinya ia datang kepada saya dan bercerita bahwa sepanjang malam Iblis mengatakan kepada dia bahwa anaknya lahir dalam keadaan mati dan tidak ada kehidupan padanya. Saya meyakinkan dia dengan berkata, Kamu mendengar dia menangis ketika ia sedang bertemu dengan Tuhan.

    Ketika putra saya sendiri yang berumur enam belas tahun sedang menghadiri sebuah retret pemuda, saya tahu bahwa ia memerlukan perjumpaan yang baru dengan Tuhan. Karena saya mengetahui jadual retretnya, setiap hari ketika ibadah sedang berlangsung, saya akan  masuk ke dalam kamar tidurnya di rumah, berbaring di atas ranjangnya, dan berseru kepada Tuhan agar putra saya mengalami suatu perjumpaan yang sangat berarti dengan-Nya. Pada suatu hari ketika saya sedang berdoa, saya merasakan doa mengerang seperti orang sakit bersalin datang atas saya. Kemudian terjadi suatu kelepasan, dan sukacita yang luar biasa memenuhi roh saya. Ketika hal ini terjadi pada saya, putra  saya (yang berada 60 mil jaraknya dari rumah) sedang berdoa. Pada saat itu ia mendapatkan sebuah pengalaman yang membuat dia melanjutkan komitmen lebih lagi kepada rencana-rencana Tuhan.

    Saya selalu merasa bahwa setelah melahirkan anak-anak kami ke dunia secara jasmani, Tuhan juga ingin agar saya merasakan pengalaman melahirkan mereka secara rohani. Hal ini saya ajarkan dengan tegas kepada para istri dan ibu yang melibatkan diri mereka dalam doa untuk mendatangkan kelahiran rencana-rencana Tuhan dalam hidup anak-anak mereka. Raja-raja yang tadi telah disebut tidak mempunyai suatu kepedulian agar anak-anak mereka mengalami suatu perjumpaan penting dengan Tuhan dan berjalan dalam kebenaran.

    Yohanes Pembaptis mempunyai sebuah pelayanan yang unik sebagai pembuka jalan untuk mempersiapkan hati manusia bagi kedatangan Tuhan Yesus Kristus yang pertama ke dunia ini. Ia mengkhotbahkan pertobatan. Di Lukas 3:11-14, Yohanes membahas masalah seperti ketamakan, kebajikan, kejujuran, kekerasan, mengatakan kebenaran dan kepuasan hati. Pesannya, menurut Lukas 3:4-6, adalah untuk mempersiapkan suatu jalan raya –  jalan bebas hambatan – melalui daerah yang sukar dilalui sehingga banyak orang dapat bergerak cepat menuju hal-hal ilahi pada masa-masa kebangunan rohani yang akan datang. Semua orang akan melihat keselamatan dari Allah karena karya persiapan yang telah dilakukan Yohanes.

    Aspek lain dari pesan Yohanes dapat ditemukan di dalam Lukas 1:17: dan ia akan berjalan mendahului Tuhan dalam roh dan kuasa Elia untuk membuat hati bapa-bapa berbalik kepada anak-anaknya dan hati orang-orang durhaka kepada pikiran orang-orang benar dan dengan demikian menyiapkan bagi Tuhan suatu umat yang layak bagi-Nya. Bahkan bagi kebangunan rohani yang akan dibawa oleh Yesus sendiri, adalah penting untuk mengerjakan suatu persiapan terlebih dahulu di dalam keluarga. Ketika sedang memelajari kitab-kitab Injil dan Kisah Para Rasul, kita tidak bisa tidak memerhatikan betapa sering seluruh keluarga dijamah oleh lawatan Tuhan. Di dalam Perjanjian Lama, kita melihat bahwa sebelum saudara- saudaranya, Yusuf diutus oleh Tuhan terlebih dahulu ke Mesir untuk mempersiapkan jalan bagi mereka agar terluput dari kelaparan yang akan terjadi. Tuhan juga ingin mempersiapkan keluarga-keluarga untuk memperlihatkan kemuliaan Tuhan dan membuat jalan-Nya menjadi jelas bagi orang-orang lain yang akan ditarik kepada Tuhan dalam kebangunan rohani yang akan datang.

    PERSIAPAN BAGI PEPERANGAN AKHIR JAMAN

    Hari–hari ini sudah tentu merupakan hari-hari terakhir, masa yang sukar yang digambarkan dalam 2 Timotius 3:1-8. Semua tanda yang tertulis di dalam ayat-ayat ini pasti secara nyata terjadi dalam kepenuhannya pada jaman kita. Dalam Yesaya 60:1-2, Nabi Yesaya menggambarkan penglihatan yang diperolehnya tentang hal yang akan datang, dengan kata-kata yang serupa. Dalam ayat 2, ia memberitahu kita bahwa kegelapan menutupi bumi, dan kekelaman menutupi bangsa-bangsa. Namun, dalam ayat 1 pengharapan ini diberikan untuk diperbandingkan secara kontras dengan kegelapan: Bangkitlah, menjadi teranglah, sebab terangmu datang, dan kemuliaan TUHAN terbit atasmu. Dan dalam ayat 2 selanjutnya dinyatakan, "tetapi terang TUHAN terbit atasmu, dan kemuliaan-Nya menjadi nyata atasmu."

    Ketika kita mempertimbangkan berbagai kutuk yang ada di muka bumi pada hari-hari terakhir ini, kita juga harus mempertimbangkan pentingnya restorasi ilahi di dalam keluarga. Sesungguhnya Aku akan mengutus Nabi Elia kepadamu menjelang datangnya hari TUHAN yang besar dan dahsyat itu. Maka ia akan membuat hati bapa-bapa berbalik kepada anak-anaknya dan hati anak-anak kepada bapa- bapanya supaya jangan Aku datang memukul bumi sehingga musnah dengan suatu kutuk (Mal. 4:5-6 KJV). Banyak dari kutuk-kutuk tersebut berhubungan secara langsung maupun tidak langsung dengan ditinggalkannya tatanan hirarki ilahi dalam keluarga. Tuhan telah membangun keluarga untuk menyampaikan kekudusan, kebenaran, dan kebajikan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Kecuali jalan-jalan Tuhan dibangun di dalam keluarga-keluarga kita, kita tidak akan mengalami segala yang terbaik dari Tuhan di dalam kebangunan rohani yang akan datang pada hari-hari terakhir ini.

    Dengan mempelajari ayat-ayat Firman Tuhan yang berkenaan dengan akhir jaman, kita tidak mungkin dapat mengabaikan kenyataan bahwa waktu- waktu yang dahsyat dan sukar akan datang. Ketika kita mengejar yang terbaik dari Tuhan, kita harus memberikan perhatian kepada rincian dari tatanan  Tuhan. Kita membaca di dalam 2 Timotius 2:5, Seorang olahragawan hanya dapat memperoleh mahkota sebagai juara, apabila ia bertanding menurut peraturan-peraturan olahraga (atau menurut pola Tuhan). Tekanan yang luar biasa telah datang kepada unit keluarga. Jalan-jalan Tuhan membuat suatu keluarga kuat dan mampu bertahan menghadapi serangan kerajaan kegelapan. Waktu Iblis sangatlah singkat. Ia melakukan segala yang ia mampu lakukan untuk menghancurkan rumah tangga sehingga orang-orang dibelokkan dari tujuan- tujuan Allah.

    Angeline: Menarik untuk dicatat bahwa di dalam Matius 24:43, dalam konteks pengajaran Yesus mengenai hari-hari terakhir jaman ini, Ia memperingatkan mengenai pencuri yang akan datang dan membongkar rumah. Ada banyak hal yang Tuhan ingin bicarakan dalam bagian yang membahas tentang rumah ini. Dalam bahasa Yunani, hal ini merujuk pada rumah tinggal, yang berarti rumah-rumah kita di mana keluarga- keluarga berdiam. Apa yang terjadi di rumah kita, bagaimana anak-anak kita dibesarkan, dan bagaimana mereka berkembang sangat menentukan sampai tingkat yang sangat luas siapa yang akan mengambil bagian dalam kerajaan-Nya. Seringkali, kita melihat istilah rumah merujuk kepada gereja, tetapi sangat jelas dalam ayat-ayat ini rumah yang dimaksud adalah rumah tinggal. Mereka yang sukses dalam rumah tangga mereka adalah orang-orang yang waspada sehingga tidak ada pencuri yang menyusup atau mendobrak dan merampok mereka ataupun anak-anak mereka dari hal-hal yang telah diajarkan kepada mereka. Sebagai orang tua, kita harus tahu di mana anak-anak kita berada dan dalam hal apa mereka terlibat. Kita harus berhati-hati siapa yang menjadi teman mereka sehingga kebenaran-kebenaran yang sudah kita tanamkan di dalam diri mereka tidak mungkin dapat dicuri. Tuhan sedang mencari suatu keturunan ilahi (Mal. 2:15), tetapi kerajaan kegelapan berusaha membinasakan yang ilahi (Why. 12:4). Rumah tangga kita harus dapat menjadi seperti bahtera yang aman dari pengaruh dunia dan iblis. Seharusnya menjadi suatu kebijakan rumah tangga dari semua orang tua untuk membuat anak-anak mereka merasa bahwa rumah adalah tempat paling bahagia di dunia. Jika Anda menginginkan dunia menjadi lebih baik, Anda harus memulainya dari rumah Anda sendiri.

    Yesus menggunakan sebuah analogi lain di dalam Matius 7:24-27 pada akhir Khotbah di Bukit. Ia menunjukkan bahwa suatu badai akan datang bagi semua orang. Seberapa kuat kita dibangun di atas dasar kebenaran-Nya yang kokoh akan menentukan apakah rumah tangga kita akan berdiri tegak ketika melalui tekanan badai yang kuat dari Iblis yang akan datang pada akhir jaman ini.

    Kita harus

    Menikmati pratinjau?
    Halaman 1 dari 1