Temukan jutaan ebook, buku audio, dan banyak lagi dengan uji coba gratis

Hanya $11.99/bulan setelah uji coba. Batalkan kapan saja.

Kotbah di Bukit
Kotbah di Bukit
Kotbah di Bukit
eBook237 halaman11 jam

Kotbah di Bukit

Penilaian: 0 dari 5 bintang

()

Baca pratinjau

Tentang eBuku ini

Pesan dalam Perjanjian Lama tidak pernah dapat digenapi oleh manusia. Namun Kristus dalam Kotbah-Nya di Bukit, memberikan sebuah hukum yang bahkan lebih tinggi kepada Gereja Perjanjian Baru. Pesan yang didasari oleh kasih karunia dan kebenaranlah yang memampukan umat manusia untuk berkemenangan dalam segala hal. Dalam buku penjelasannya [commentary] tentang Kotbah di Bukit, Rev. Daniel Caram akan memberikan sebuah penjelasan yang jelas dan seimbang tentang hukum yang lebih tinggi yang Kristus berikan bagi Gereja Perjanjian Baru, sehingga kita dapat menjadi orang-orang kudus yang hidup berkemenangan dan memiliki kelimpahan hidup di dalam Kristus Yesus.
BahasaBahasa indonesia
Tanggal rilis5 Okt 2022
ISBN9781596659575
Kotbah di Bukit

Terkait dengan Kotbah di Bukit

E-book terkait

Kristen untuk Anda

Lihat Selengkapnya

Kategori terkait

Ulasan untuk Kotbah di Bukit

Penilaian: 0 dari 5 bintang
0 penilaian

0 rating0 ulasan

Apa pendapat Anda?

Ketuk untuk memberi peringkat

Ulasan minimal harus 10 kata

    Pratinjau buku

    Kotbah di Bukit - Rev. Daniel G. Caram

    KOTBAH DI BUKIT

    Sebuah Pendahuluan untuk Perjanjian yang Baru

    Daniel G. Caram

    Judul asli dalam bahasa Inggris SERMON ON THE MOUNT

     ©2002 DANIEL G. CARAM

    Terjemahan ini berdasarkan versi bahasa Inggris nomor 2.1 (2022)

    SERMON ON THE MOUNT: Sebuah Pendahuluan untuk Perjanjian yang Baru

     ©2007 DANIEL G. CARAM

    Versi nomor 2.0 (2022)

    Alih Bahasa: Dra. Yuliati Purnomo

    Penyunting: Dra. Yuliati Purnomo

    Disain sampul:

     ©  Zion Fellowship Inc. 

    Hak Cipta Dilindungi Undang-undang

    Penerbit (buku elektronik):  Zion Christian Publishers

    A Zion Fellowship ® Ministry

    Diterbitkan sebagai e-book (buku elektronik) dalam bahasa Indonesia pada 2022

     ISBN buku elektronik 1-59665-957-2

    Bagian mana pun dari buku ini tidak dapat direproduksi dalam bentuk apa pun atau dengan peralatan elektronik/mesin apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit, kecuali kalau untuk kutipan singkat dalam artikel atau resensi.

     Kecuali disebutkan lain, semua kutipan ayat Alkitab berbahasa Indonesia di sini diambil dari Alkitab TB@LAI.

    Penerjemah menggunakan kode KJV untuk setiap terjemahan bebas dari ayat-ayat dalam Alkitab berbahasa Inggris versi King James.

    Pertanyaan umum tentang versi bahasa Inggris, silakan menghubungi

    Zion Christian Publishers di:

    P.O. Box 70

    Waverly, New York 14892

    Phone: (607) 565 2801

    Toll free: 1-877-768-7466

    Fax: 607-565-3329

    http://www.zcpublishers.com/

    Pertanyaan umum tentang versi bahasa Indonesia, silakan menghubungi

    VOICE OF HOPE

    Gedung DNR Jl. Budi Raya no.9

    Kemanggisan, Palmerah, Jakarta 11530

    Tlp: (021) 5363572

    Email: y.voiceofhope@gmail.com

    UCAPAN TERIMA KASIH

     Kami ingin menyatakan terima kasih kepada:

     * Mary Humphreys – untuk keunggulannya dalam mengedit buku ini

     * Jeremy Kropf – untuk keunggulannya dalam memformat buku ini

    PENDAHULUAN

    Beberapa waktu yang lalu saya mulai mengadakan studi secara pribadi tentang Kotbah di Bukit. Saya pikir saya akan membuat garis besar kotbah tersebut, membaginya menjadi berbagai teks dan sub-judul, dan mungkin bisa memperoleh selusin halaman. Namun ketika saya mulai menyelidiki sejarah kotbah ini, saya mulai menyadari betapa minimnya pemahaman yang Gereja miliki tentang isi yang sejati dari kotbah ini.

    Saya mulai menghitung semua perkataan yang Kristus katakan di bukit tersebut yang mungkin telah ditafsirkan secara keliru selama berabad-abad. Saya mencoba berhenti pada hitungan ke 40, tetapi ternyata tidak bisa. Misalnya: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu ... Apakah ini berarti saya harus membiarkan orang merampok rumah saya? Siapapun yang menampar pipi kananmu ... Apakah ini berarti bahwa saya harus membiarkan penjahat yang kejam memukuli saya di jalanan?

    Yang membuat kotbah ini tampak begitu sulit dilaksanakan adalah ketidakseimbangan dalam penafsiran dan pengajarannya. Kotbah di Bukit telah banyak dijadikan bahan perdebatan di sepanjang abad. Ada orang-orang yang bersikeras dalam pendapat mereka bahwa kotbah itu harus dilakukan sebagaimana tertulis. Hal itu berarti, jika matamu menyesatkanmu, cungkillah! Hal itu berarti, jika Saudara mau berdoa, carilah sebuah kamar dahulu.

    Ada orang-orang lain lagi yang mempermasalahkan bahwa hal itu hanya dapat dilaksanakan oleh para hamba Tuhan. Banyak orang menjadi biarawan dan biarawati karena mereka merasa itulah satu-satunya cara untuk menggenapi kotbah tersebut. Sedangkan orang-orang lainnya lagi meyakini banyak penafsiran yang aneh dan patut dipertanyakan.

    Satu hal yang pasti: Umat Tuhan telah banyak mengalami derita dan kesusahan yang tidak perlu karena adanya sebuah pengertian yang tidak seimbang tentang kotbah ini. Banyak orang yang mengalami serangan kriminal, menjadi korban tuntutan pengadilan yang tidak benar, dan kerugian-kerugian pribadi, belum lagi rasa tertuduh dan rasa bersalah yang mereka alami. Benar apa yang dikatakan oleh seorang nabi, Umat-Ku hancur karena kurangnya pengetahuan [Hos. 4:6 KJV]

    Kotbah di Bukit adalah sebuah pesan yang tidak pernah menjadi usang. Bagi orang-orang kudus yang dewasa rohani, kotbah itu tumbuh semakin matang seiring dengan bertambahnya usia. Kita menemukan sebuah definisi dan perbedaan yang lebih besar dalam kotbah ini tatkala kita menjadi dewasa di dalam Tuhan. Semakin saya memahami kotbah itu, semakin mudah saya melakukannya. Dengan mengingat hal ini, saya mempersembahkan pembahasan Kotbah di Bukit ini.

    Adalah kerinduan Tuhan bagi umat-Nya untuk memahami jalan-jalan-Nya. Kita adalah umat Perjanjian yang Baru. Kita adalah orang-orang yang seharusnya memiliki hukum Tuhan tertulis di hati sehingga kita pun dapat mengajarkannya kepada bangsa-bangsa. Semoga Tuhan memberi kita kasih karunia untuk memecah-mecah kotbah ini dengan benar dan menyeimbangkannya sehingga sesuai dengan kehidupan kita sehari-hari!

    Rahasia TUHAN ada pada orang yang takut akan Dia, dan perjanjian-Nya diberitahukan-Nya kepada mereka.

    (Mzm. 25:14 KJV)

    PRAKATA

    Injil Matius mencatat kotbah di bukit sebagaimana adanya dan tidak dipersingkat. Sekalipun kita akan menemukan bagian-bagian dari kotbah ini dalam berbagai bagian kitab Markus dan Lukas, bagian-bagian tersebut tidak terkait satu sama lain dan dilukiskan dalam situasi-situasi yang sama sekali berbeda. Jelaslah bahwa Yesus mengajar dan  mengkotbahkannya di tempat-tempat lain juga.

    Kotbah di Bukit tidak diragukan lagi merupakan kotbah terbaik disepanjang masa. Kotbah ini, sebagaimana dicatat dalam Matius 5-7, pada dasarnya berisi benih yang mengilhami semua kotbah. Dalam kenyataannya, kotbah ini adalah ringkasan dari semua kotbah yang pernah disampaikan. Yesus menyatakan bahwa Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi (Mat. 7:12)!

    Kotbah ini memperkenalkan kita kepada Perjanjian yang Baru

    Kotbah di Bukit sebenarnya menantang setiap niat hati, motivasi, sikap hati, dan pemikiran. Pesan yang disampaikan dari bukit ini sesungguhnya memperkenalkan kita kepada Perjanjian yang Baru ~ hukum yang tertulis di atas loh hati kita (Lihat Yer. 31:31-34).

    ... Tetapi beginilah perjanjian yang Kuadakan dengan kaum Israel sesudah waktu itu, demikianlah firman TUHAN: Aku akan menaruh Taurat-Ku dalam batin mereka dan menuliskannya dalam hati mereka; maka Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umat-Ku (Yer. 31:33).  Sekalipun kita menjadi umat Perjanjian yang Baru ketika kita diselamatkan, bahan perjanjian ini merupakan sebuah proses yang terus berlangsung. Memiliki hukum yang tertulis di hati kita adalah sebuah karya yang berkelangsungan yang terjadi ketika kita menyerah kepada (atau berjalan dalam) Roh. Kita perlu banyak memberikan tanggapan dalam ketaatan ketika Tuhan sedang berbicara kepada kita. Dan sebagaimana akan kita lihat, tujuan akhir hidup kita yang kekal dan tempat kita dalam kekekalan ditentukan oleh seberapa banyak pesan ini masuk ke dalam hati kita (Baca Mat. 5:19).

    Dibutuhkan cukup waktu sebelum pesan ini menjadi kenyataan di dalam kita. Jemaat di Korintus bisa kita jadikan ilustrasi yang baik. Mereka sudah diselamatkan. Mereka dikuduskan (dipisahkan demi maksud Tuhan), dan mereka dipenuhi dengan Roh. Namun, Paulus menyebut mereka duniawi! Pada hakekatnya, mereka melanggar setiap ajaran di bukit. Tentu saja, yang saya maksudkan di sini adalah hukum ini harus berkembang di dalam hati kita. Mendengar sebuah pesan dan mengingatnya di kepala kita adalah sebuah hal yang berbeda. Hal tersebut berbeda dengan memiliki kebenaran pesan tersebut di hati kita sehingga terekspresikan dalam perkataan dan perbuatan kita sehari-hari.

    Perjanjian yang Lama Versus Perjanjian yang Baru

    Perjanjian yang Lama

    Memahami Perjanjian yang Lama menolong kita lebih memahami Perjanjian yang Baru. Di dalam Alkitab, kedua perjanjian itu menggambarkan dua laki-laki. Musa adalah pengantara perjanjian yang pertama, dan perjanjian itu diberikan di atas bukit. Perjanjian yang pertama diwakili oleh sebuah hukum yang diukir di atas lempeng batu. Bukan saja Sepuluh Perintah yang terkandung dalam perjanjian itu, tetapi ada juga sederet panjang peraturan dan hukum yang mendikte setiap bidang kehidupan! Seluruh kehidupan orang Yahudi dikuasai oleh Hukum Musa ~ Perjanjian yang Lama.

    Rasul Paulus menggambarkan perjanjian yang tertulis di atas loh batu itu sebagai Pelayanan yang memimpin kepada kematian! (2 Kor. 3:7-9). Pelayanan ini memimpin kepada kematian karena tujuan hukum adalah untuk menyingkapkan dosa (Rm. 3:20; 7:13). Namun sesudah dosa disingkapkan, tidak ada kuasa atau kasih karunia untuk menang atas dosa dalam perjanjian ini! Karena itu, hukum hanya dapat menunjukkan kepadamu dosamu. Hukum juga dapat menuduhmu, tetapi tidak dapat memberimu kemenangan atas dosa!

    Perjanjian yang Baru

    Sungguh menarik bahwa janji Perjanjian yang Baru diberikan secara khusus kepada orang Yahudi (Yer. 31:31-34). Namun, karena mereka menolak Tuhan Yesus Kristus, Utusan Pembawa Perjanjian yang Baru (Mal. 3:1), mereka tidak diikutsertakan dalam perjanjian ini di sepanjang Zaman Gereja (2000 tahun). Sebagai sebuah bangsa, Israel tidak masuk ke dalam perjanjian ini sampai akhir Zaman Gereja, ketika Kristus datang kembali dan memerintah di bumi selama 1.000 tahun selama Zaman Millenium (Yeh. 36:8-28). Namun, Paulus menyatakan Perjanjian yang Baru diperuntukkan bagi orang-orang percaya dalam Zaman Gereja (Ibrani pasal 8 dan 10).

    Yesus (yang juga disebut "Pengantara" dari perjanjian tersebut) juga menyampaikan hukum-Nya dari atas sebuah bukit. Namun, Ia juga mendeklarasikan keunggulan perjanjian ini ketika Ia mengutip Musa, dengan berkata, "Kamu telah mendengar yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan membunuh; siapa yang membunuh harus dihukum. Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum; …" (Mat. 5:21-22).

    Tetapi Aku berkata kepadamu menyiratkan bahwa otoritas Yesus melebihi otoritas Musa. Kristus sudah ada sebelum Musa; malah sesungguhnya, dari tengah semak duri yang menyala-nyala Kristus mengutus Musa. Kristus adalah AKU ADALAH AKU! yang memperkenalkan dirinya di Keluaran 3:14. Jadi, Kristus menegakkan mandat yang jauh lebih tinggi daripada hak Musa.

    Keunggulan Perjanjian yang Baru

    Sebagaimana akan kita lihat, Perjanjian yang Baru menuntut suatu standar yang lebih tinggi daripada Perjanjian yang Lama. Lalu kita mungkin bertanya-tanya apa keuntungan dari Perjanjian yang Baru, mengingat bahwa Israel sudah memiliki kesulitan untuk memelihara Perjanjian yang Lama. Sebenarnya Paulus memberi kita sejumlah manfaat Perjanjian tersebut dalam kitab Ibrani, tetapi terutama ia menekankan fakta bahwa kita memiliki sebuah Perjanjian yang lebih baik dan Pengantara yang lebih besar (Ibr. 8:6; 12:24). Kita memiliki seorang Imam Besar yang senantiasa hidup selama-lamanya. Ia selalu berdoa syafaat bagi kita, dan Ia selalu siap sedia untuk memberikan kasih karunia dan kuasa ketika kita sedang membutuhkannya!

    Perbedaan besar antara Perjanjian yang Lama dan Perjanjian yang Baru adalah bahwa kita dapat mengalami kasih karunia dan kuasa untuk bertahan saat kita sedang mengalami ujian. Sesungguhnya janji Perjanjian yang Baru adalah bahwa Kristus akan memberdayakan kita untuk melaksanakan perjanjian tersebut! Roh-Ku akan Kuberikan diam di dalam batinmu dan Aku akan membuat kamu hidup menurut segala ketetapan-Ku ... (Yeh. 36:27). Dunia akan melihat gambaran Kristus dalam Gereja. Ini akan meyakinkan dunia bahwa kekristenan itu nyata!

    Kasih karunia dan kebenaran

    Rasul Yohanes berkata, Sebab hukum Taurat diberikan oleh Musa, tetapi kasih karunia dan kebenaran datang oleh Yesus Kristus (Yoh. 1:17). Kristus datang dengan kasih karunia dan kebenaran. Kebenaran membebaskan dan memerdekakan (Yoh. 8:32). Seringkali kasih

    Menikmati pratinjau?
    Halaman 1 dari 1